Share

Bab 2

Author: Parasyna
Terdengar ketukan di pintu kamar tidur. Kemudian, Alvaro berjalan masuk bersama Enzo. Pria itu membawa ember rendaman kaki, sedangkan putra di sebelahnya memegang semangkuk besar salad buah. Mereka sama-sama memasang ekspresi menyanjung.

"Istriku sayang, ayo rendam kakimu untuk sembuhkan flunya."

"Mama, ayo makan buah!"

Alvaro berjongkok dan melepas kaus kaki Natasha, lalu membasuh kakinya. Dia juga memijat kaki Natasha dengan tatapan penuh kasih sayang.

Enzo juga berdiri di samping dan menyuapi Natasha sepotong demi sepotong buah. Dia bahkan menyiapkan tisu dan dengan hati-hati menyeka noda di bibir Natasha.

Melihat kedua orang yang merawatnya dengan begitu perhatian dan saksama, Natasha mencibir dalam hati. Dia mengambil kotak hadiah tadi dan menyerahkannya kepada mereka berdua sambil berkata dengan santai, "Ini hadiah untuk kalian."

Alvaro menerimanya dengan wajah penuh kejutan. "Sayang, apa yang kamu berikan padaku?"

Enzo juga berjingkat-jingkat dan terlihat gembira. "Makasih atas hadiah Mama! Mama baik sekali! Zozo sayang banget sama Mama!"

Namun, ketika putranya hendak membuka tali pita itu, Natasha menghentikannya dan berujar dengan dingin, "Bukalah di hari ulang tahunku sepuluh hari lagi. Melihat isinya di hari itu baru akan berarti."

Mendengar hal itu, Alvaro dan Enzo pun menghentikan gerakan mereka dengan patuh. Mereka mengatakan akan melakukan semuanya sesuai keinginan Natasha, lalu dengan hati-hati memasukkan kotak hadiah itu ke dalam brankas.

Begitu brankas ditutup, ponsel Alvaro berdering. Suasananya pun menjadi hening.

Pada detik berikutnya, terdengar suara hati Enzo. 'Gawat! Bibi Nana pasti sudah menunggu dengan cemas di rumah. Aku harus segera bujuk Mama untuk tidur supaya aku dan Papa bisa pergi cari Bibi Nana.'

Dengan ekspresi datar, Natasha memperhatikan putranya merangkak ke sisinya dan memohon agar dia membacakan dongeng sebelum tidur. Alvaro juga memeluk Natasha dan membujuknya untuk tidur lebih awal.

Natasha tersenyum sinis dalam hati. Dia menatap putra yang biasanya sangat dia sayangi dengan tatapan penuh arti dan bertanya, "Kamu masih ingat kisah putri duyung kecil yang kuceritakan sebelumnya?"

Enzo merasa agak bingung. Tepat saat dia hendak bertanya, Natasha melanjutkan, "Putri duyung kecil itu berubah menjadi busa karena pengkhianatan sang pangeran dan menghilang selamanya. Enzo, kalau Mama dikhianati, Mama juga akan menghilang dari dunia semua orang seperti putri duyung kecil itu."

Natasha menekankan kata-katanya dan nadanya juga terdengar tegas. Suasananya sedikit menegang dan Enzo langsung mengelak.

'Apa yang terjadi pada Mama? Apa dia tahu sesuatu?'

Enzo tiba-tiba panik sejenak. Sebelum dia sempat berpikir, ponsel di saku Alvaro berbunyi beberapa kali lagi. Itu adalah pesan Luna mendesak mereka untuk berangkat.

Ayah dan anak itu bertukar pandang, lalu menyelimuti Natasha. Alvaro tersenyum dan menyentuh wajah Natasha. Dia berkata dengan tatapan lembut, "Sayang, apa yang lagi kamu pikirkan? Tidurlah."

Kemudian, Alvaro memberi isyarat pada Enzo. Enzo langsung sadar dan berbicara di saat yang tepat, "Benar, Mama. Istirahatlah dulu. Zozo masih ada PR. Zozo nggak ganggu Mama lagi, ya."

Natasha tidak menjawab, hanya menutupi dirinya dengan selimut dan memejamkan mata. Ayah dan anak itu mengira Natasha akhirnya tertidur. Mereka pun segera memadamkan lampu dan pergi secara diam-diam.

Namun, tak seorang pun tahu bahwa tepat setelah pintu ditutup, Natasha tiba-tiba membuka matanya dalam kegelapan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 27

    Lebih dari setengah tahun telah berlalu. Selama setengah tahun ini, Natasha mencurahkan isi hatinya di samping tempat tidur Lydia setiap hari. Dia menyeka wajah Lydia setiap pagi, juga merawatnya dengan saksama dan penuh kasih sayang.Alvaro dan Enzo mencari berbagai alasan buruk untuk datang menemui Natasha. Di bulan Desember yang dingin, Alvaro bahkan berlutut meminta maaf pada Natasha selama sehari semalam di hari salju turun dengan deras dan hampir mati kedinginan. Akan tetapi, Natasha hanya menatapnya dengan dingin.Enzo membawakan berbagai macam bunga untuk Natasha setiap hari. Dia bahkan belajar membuat kue sendiri. Pintu Natasha selalu dipenuhi dengan bunga dan kue.Para tetangga yang lewat memandangnya dengan iri. Setiap kali hal ini terjadi, Natasha akan berbagi kue dan bunga itu. Dia sama sekali tidak tertarik pada hal-hal ini dan hatinya sama sekali tidak tersentuh.Pada kali pertama Enzo mengetahui bahwa kue yang dia buat untuk Natasha diberikan kepada orang lain, dia dudu

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 26

    Natasha melewati beberapa hari yang damai dan tenang.Keesokan harinya, Enzo dan Alvaro muncul di depan pintunya pagi-pagi sekali. Dia mengabaikan ketukan di pintu, tetapi malah melihat ayah dan anak yang duduk di lantai bawah itu melambai padanya di balkon.Natasha tak punya pilihan selain bergegas turun. Dia menatap ayah dan anak di depannya, lalu bertanya dengan acuh tak acuh, "Apa sebenarnya mau kalian?"Alvaro tersenyum sambil menatap Natasha di depannya, lalu berkata dengan manja, "Sasha, ayo kita nonton kembang api bersama! Kamu masih ingat janji kita pada Zozo tahun lalu? Kita bilang, kita akan bawa dia menonton kembang api setiap tahun."Enzo menarik tangan Natasha, lalu menggoyang-goyangkannya dan menimpali dengan manja, "Mama! Mama! Temani aku sekali, ya? Aku benar-benar merindukanmu."Suara hati Enzo masih terngiang di benak Natasha.'Papa bilang, selama kita pergi nonton kembang api, Mama bisa ingat kenangan-kenangan kita dulu, lalu nggak akan bersikap dingin lagi ....'Na

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 25

    Selama setengah bulan berikutnya, Alvaro dan Enzo selalu datang tepat waktu ke rumah Natasha setiap hari. Mereka juga tidak mau pergi tidak peduli bagaimana pun Natasha mengusir mereka.Setiap hari, Enzo selalu berusaha mencari cara yang berbeda untuk menyenangkan Natasha. Dia meniru orang dewasa dan membelikan berbagai hadiah kecil untuk Natasha, tetapi Natasha membuangnya semuanya.Sementara itu, Alvaro mengantarkan makan tepat waktu tiga kali setiap hari. Ayah dan anak itu bahkan membuang kantong sampah yang diletakkan Natasha di depan pintu ....Melihat ayah dan anak yang hidup berputar mengelilingi Natasha setiap hari, serta hati Alvaro yang penuh dengan Natasha, hati Luna dipenuhi rasa cemburu. Dia merasa bahwa Natasha sengaja menggunakan cara memalsukan kematiannya untuk mendapatkan kembali cinta Alvaro ....Suatu hari, terdengar ketukan pintu yang kuat dan cepat. Natasha membuka pintu dengan kesal, lalu menunduk dan memejamkan mata sambil berseru, "Alvaro, mau gimana baru kamu

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 24

    Lampu merah di ruang operasi padam dan pintunya dibuka.Natasha melangkah maju dan menatap dokter dengan sungguh-sungguh, lalu bertanya, "Dokter, gimana keadaan adikku?"Setelah dokter mengangguk dan mengatakan bahwa operasinya berjalan lancar, Natasha baru menghela napas lega. Dia hendak mengikuti Lydia yang didorong pergi, tetapi ketika dia berbalik, pergelangan tangannya dicengkeram erat oleh Alvaro.Alvaro menatap Natasha di depannya, matanya dipenuhi dengan rasa bersalah dan penyesalan. Dia berseru, "Sasha, aku nggak peduli cintamu padaku palsu atau nggak! Aku mencintaimu dan itu sudah cukup! Orang yang kucintai selama ini adalah kamu!"Natasha tidak dapat menahan tawanya. Suaminya yang berselingkuh justru mengatakan bahwa orang yang dicintainya adalah dirinya. Sungguh ironis. Dia menarik tangannya dari cengkeraman Alvaro, lalu menunjuk Luna yang ada di sampingnya dan berkata dengan dingin, "Orang yang kamu cintai itu seharusnya dia, bukan aku."Mata Alvaro berkilat terkejut. Dia

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 23

    Saat ketiganya saling berpandangan, alarm ventilator di dalam gudang berbunyi dan napas Lydia makin lemah.Natasha berusaha melepaskan diri dari genggaman Alvaro seperti orang gila, lalu langsung berlari ke sisi tempat tidur dan menelepon ambulans.Ketika menyadari bahwa Lydia tidak mungkin dapat menunggu hingga ambulans tiba, Natasha menatap Alvaro di depannya dengan tidak berdaya, lalu berseru, "Alvaro, berikan aku kunci mobilnya ...."Saat mendengar namanya keluar dari mulut Natasha, Alvaro makin yakin bahwa wanita ini adalah istrinya. Dia bergegas maju dengan gembira untuk memastikannya dan berkata, "Kamu itu Sasha .... Aku tahu kamu belum meninggal ...."Natasha mendorongnya dengan kesal dan berteriak, "Jangan bicara omong kosong! Berikan kuncinya padaku!"Dengan bantuan Alvaro, Natasha menggendong Lydia ke dalam mobil. Kemudian, keduanya membawa Lydia ke rumah sakit bersama.Di luar ruang operasi, Natasha melipat tangannya sambil berdoa dan berjalan mondar-mandir di depan pintu.

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 22

    Keesokan paginya, Natasha masuk ke ruang pasien sambil menyenandungkan lagu. Sepasang matanya terlihat berbinar dan dia terus bergumam, "Lydia, Kakak datang menjengukmu ...."Namun, saat mendekati ranjang pasien, dia malah mendapati bahwa tempat tidur itu kosong. Natasha pun membelalak. Dia menyingkap selimut dengan putus asa. Air matanya mengalir deras dan kakinya tiba-tiba terasa lemas hingga dia jatuh terduduk di lantai.Dia berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan diri. "Lydia pasti dibawa pergi Profesor Holden untuk diperiksa. Profesor Holden .... Benar!"Natasha tiba-tiba berdiri dan bergegas masuk ke kantor Holden. Para dokter dan perawat di koridor tidak berhenti bergosip dengan tampang merendahkan."Siapa ini? Kenapa dia berlarian di rumah sakit!"Holden melirik orang-orang di luar kantor, lalu tatapannya tertuju pada wajah Natasha. Mata Natasha terlihat merah padam, dia jelas habis menangis. Raut wajahnya yang terlihat gembira tetapi juga sedih membuat Holden bingung. Dia me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status