Share

part 3

Author: Senja Aruna
last update Last Updated: 2025-08-21 22:43:27

Begitu nyampe di kelas, Nura langsung duduk dan naro tas juga byeol - nama biola kesayangannya. Saat sedang serius menata buku musik diatas meja belajarnya, tiba-tiba ada yang menepuk bahu nya pelan dari belakang. Nura yang kaget sontak menoleh, ternyata itu ulah Mecca sahabat tersayangnya sejak awal masuk kuliah.

"Duh ca, kebiasaan deh pagi-pagi bikin kaget orang mulu nih kerjaannya." gerutu Nura, sebal, lalu kembali bersuara

"Eh Ca, tapi kok tumben banget kamu dateng lebih telat dari aku, biasanya kan seorang Mecca dari subuh udah nongkrong aja di bangku sambil bantuin pa Yusuf beresin kelas wkwkwk"

"Hehehe maap deh best udah bikin kamu kaget pagi-pagi gini, tapi sebenernya bukan salah aku juga sih, kamu nya aja tuh yang serius banget sampe aku panggil daritadi nggak denger.. "

Nura yang mendengar jawaban sahabat nya itu sedikit bingung, "ah masa sih aku seserius itu ca? padahal aku ga ngapa-ngapain loh cuma ini nih nata buku doang buat nanti matkul nya Pa Dirga"

"Yeeh si neng ga percayaan, nih buktinya suara aku sampe abis gini.. pokonya gamau tau kamu harus balikin suara emas aku ra, istirahat nanti traktir aku minum.. okeey nura yang cantik dan baik hati walau kadang suka nyebelin kalo lagi bengong" timpal Mecca

"Hmm dasaar giliran ada maunya aja kamu muji-muji, mana ujungnya kaya ga ikhlas gitu lagi wkwk"

"Jadi gimana nih traktirannya?? ayolah raaa please"

"iya bawel nanti aku traktir kamu minum sepuasnyaa, sampe gentong-gentong nya juga deh aku kasih hahahaha"

"Nuraaaaaaaaaaaa........ ih dia maaah" teriak Mecca, sementara yang diteriaki langsung menutup telinga sambil tersenyum jahil.

..

Setelah sedikit berdebat dan saling goda, akhirnya Mecca nyerah dan duduk di samping Nura. Mereka mulai menata buku-buku dan alat musik masing-masing sambil sesekali tertawa melihat kebiasaan satu sama lain. Suasana kelas pagi itu menjadi lebih hangat, meski dosen yang mengajar kayanya telat datang.

Nggak lama dari itu, Nura ingat pesan yang ia sampaikan pada Arthur tadi pagi. Ngebayangin nanti sore mereka pulang bareng lagi, hatinya tiba-tiba berdetak lebih cepat dan ada seulas senyum dipipinya.

Mecca yang heran melihat kelakuan sahabatnya yang nggak biasa buru-buru bersuara “Eh, Ra… kenapa sih kok diem aja? Mana sambil senyam senyum gitu lagi.. Kamu nggak lagi salah minum obat kan Ra?,” ucapnya sambil menaruh tangan di dahi Nura, khawatir.

Nura tersentak, lalu tersenyum canggung. “iih apaan sih Ca.. aku nggak apa-apa ko, sehat banget malah aku hari ini hehe."

"Syukur deh, aku udah panik tau nggak? liat kamu aneh banget gitu kaya bukan Nura yang aku kenal. Kenapa sih, Ra? Sini-sini coba cerita"

"Beneraan ca aku nggak kenapa-napa, gausah lebay gitu deh.. Ohiya ca, nanti istirahat kayanya aku mau ke perpus deh bentar"

Mecca mengangkat alis, setengah serius setengah jahil. “Hah? ngapain ra kamu ke perpus? kan hari ini gaada tugas. Hayooo.. jangan-jangan mau ada yang ditemuin nih.. ciee cieee nuraaku udah dewasa ternyata ya 😜.”

"Ah apaan sih ca, jangan ngeledekin aku gitu ah"

..

Bel kelas pun berbunyi, Nura langsung berdiri dan berjalan ke arah pintu keluar.

“Mecca, aku ke perpustakaan dulu ya” ucapnya sambil tersenyum malu-malu.

"Tapi Ra, kan kamu udah janji mau traktir aku minum" rengek Mecca

Nura seperti nggak mendengar rengekan sahabatnya, ia pun bergegas keluar kelas menuju perpustakaan.

"wooy raa.. Nuraaaa.." panggil Mecca kesal, lalu kembali bersuara " pokonyaa kamu hutang minuman ke aku yaa ra"

..

Sampai di depan perpus, kebetulan kondisi pintu nya tertutup. Nura yang emang lagi nggak fokus karna sambil scroll hp, langsung membuka knop pintu tanpa sadar kalo tangan dia ternyata ada di atas tangan orang lain. Begitu sadar, dia langsung coba narik tangannya dan ngeliat ke sekitar, niatnya mau ngucapin maaf ke si pemilik tangan itu, tapi pas dia liat siapa orangnya, semua kata-kata yang udah dia siapin menggantung gitu aja di udara.

Kalian pasti udah bisa tebak kan siapa si pemilik tangan itu? Iyaa itu Arthur.

Suasana tiba-tiba berubah jadi canggung, waktu di sekitar mereka rasanya kayak ngefreeze. Mereka saling bertatapan salah tingkah, sampe ada salah satu mahasiswa yang menyadarkan mereka

"Wooy mau masuk nggak sih kalian tuh? Kalo mau berduaan sono jangan ngalangin pintu"

"O-oh i-iya maaf.. maaf" dengan cepat mereka berdua bergeser dan mempersilahkan mahasiswa itu masuk lebih dulu ke perpustakaan

"Pfft...Wkwkwkwkkwkwkwkwk 🤣🤣" keduanya kompak tertawa mengingat adegan tadi

"Lucu ya kita Ra, kayak di drakor aja" Arthur lebih dulu membuka suara

"ha..ha.. Iya Thur. Ohiya maaf yaa tadi aku nggak sengaja, aku nggak gitu fokus soalnya sambil scroll materi tadi"

"Iya Ra, nggak apa-apa.. Kamu jadi mau ke dalem?"

"Jadi kok Thur, ada buku yang harus aku pinjem"

"Yaudah yuk kita masuk bareng aja"

"okey boleh, ayo"

Dan di sana, di antara rak-rak buku dan cahaya matahari yang menembus jendela, pertemuan nggak sengaja antara itu berlanjut dengan sebuah obrolan panjang

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hati yang Tak Direstui   bab 16

    Setelah menemukan musholla, Nura langsung bergegas mengambil wudhu, tapi sebelum itu ia sempat berkata pada Arthur, "Thur aku sholat dulu ya, kamu mau nungguin aku sampe beres sholat atau mau langsung pulang duluan?""Sans aja Ra, aku nggak buru-buru banget pulang kok lagian di rumah suasana nya lagi ngga kondusif, kan kamu tau sendiri wkwk.. Nikmatin aja waktu kamu berdua sama Tuhan ya, aku nunggu kamu disini..""Ooh okee kalo gitu.. wait yaaa""Ra.. raa, aku sekalian nitip doa yaa hehe"Cuma jempol yang jadi jawaban untuk Arthur, selanjutnya sosok Nura sudah hilang di balik tembok.Sembari menunggu Nura, Arthur sibuk menelaah kembali semua yang terjadi padanya belakangan ini.. mulai dari pertemuan pertama mereka, kejadian di cafe, gosip yang sempat menyebar seantero kampus, kecanggungan mereka, kekaguman Arthur sama Nura waktu liat perform nya di acara kampus, sampe masalah dia dan ayahnya dan hari ini pertemuan kesekian mereka, semuanya terputas jelas di otak Arthur, dan dia menyad

  • Hati yang Tak Direstui   bab 15

    Langit sore kali ini berwarna jingga keemasan, seolah sedang melukis ketenangan setelah hari-hari kemarin yang penuh hiruk pikuk.Burung-burung kecil melintas di antara pohon cemara yang mulai gugur, sementara semilir angin membawa aroma tanah dan daun basah sisa hujan tadi siang.Di bangku taman yang agak tersembunyi di sudut barat, Nura duduk sambil memainkan gantungan kunci berbentuk treble clef, kesayangannya. Ia melirik jam tangan, lalu tersenyum kecil ketika sosok yang ditunggunya akhirnya muncul — Arthur, dengan kemeja biru muda yang digulung sampai siku dan rambut sedikit berantakan. Iya, setelah 2 hari yang lalu mereka bertukar cerita via telepon, akhirnya hari ini mereka memutuskan untuk bertemu secara langsung di taman kota. “Maaf ya ra aku telat dikit hehe” katanya sambil mengangkat dua gelas minuman dingin. “Aku tadi sempet nyasar soalnya taman ini ternyata luas banget ya.” Nura terkekeh. “Padahal aku udah kasih shareloc, loh thur.” Arthur duduk di sampingnya, m

  • Hati yang Tak Direstui   bab 14

    Sudah beberapa hari berlalu sejak obrolan panjang malam itu, tapi setiap kali Nura mengingatnya, bibirnya selalu tanpa sadar tersenyum. Percakapan lewat telepon yang awalnya hanya basa-basi ringan kini berubah jadi kebiasaan kecil yang ia tunggu setiap malam.Namun sore itu, ada sesuatu yang terasa berbeda. Notif pesan yang ia tunggu, tidak juga muncul. Padahal biasanya Arthur selalu rajin mengiriminya chat seperti "kamu lagi apa ra? “udah makan belum?” atau “hari ini pulang jam berapa? bareng yuk”. "Arthur kemana ya? ko tumben banget seharian ini dia nggak ada ngehubungin"Nura menatap layar ponsel nya yang tetap sepi, lalu menghela napas. Ia mencoba mengalihkan diri dengan latihan biola, tapi fokusnya buyar setiap beberapa menit. Nada-nada yang seharusnya lembut malah terdengar goyah.“Udah gapapa nura kamu harus tetep fokus, positif aja mungkin dia ketiduran, sibuk atau gaada kuota.. mending lanjut lagi deh latihannya” gumamnya, separuh kesal pada diri sendiri.Ketika lagi fokus l

  • Hati yang Tak Direstui   bab 13

    "seharian ini aku capek banget, kayanya minum coklat panas sambil nonton enak kali yaa.. etapi bentar deh, coklat yang kemaren itu masih ada sisa ga ya? aku cek dulu kali" tanpa menunda, Nura langsung pergi ke dapur. "Alhamdulillah masih ada stok wkwk, kalo abis males banget aku harus jalan dulu ke warung Mang Sobur, jauh.. hihii rezeki anak sholehah, emang nggak kemana.." setelah menyeduh cokelat, Nura langsung balik lagi ke kamar. Dia duduk di depan laptop dan sibuk milih-milih film apa yang mau dia tonton, akhirnya pilihannya jatuh ke Jurassic World. Di awal film mulai, dia emang keliatan banget seriusnya, tapi di pertengahan entah kenapa fokus itu sepertinya hilang, Nura tampak sedang memikirkan sesuatu dibanding menikmati alur film. "Di acara tadi sore, aku kayanya liat arthur deh.. tapi ko sampe beres acara dia ga nemuin aku ya? etapi aku juga nggak yakin sih dia beneran ada disana apa nggak" ternyata yang membuat Nura hilang fokus adalah kejadian acara tadi sore di kampus. S

  • Hati yang Tak Direstui   bab 12

    Hari itu, suasana aula fakultas musik sangat berbeda dari biasanya. Banyak mahasiswa dan mahasiswi dari fakultas lain memenuhi ruangan, karena tepat sore ini ada kegiatan yang diadakan. Acara konser mini tahunan lebih tepatnya, ya memang bukan acara yang besar, tapi cukup bergengsi. Semua mahasiswa jurusan musik diwajibkan untuk tampil, entah itu solo ataupun grup, hal itu sebagai bentuk tambahan nilai semester sekaligus ajang unjuk diri.Nura sejak pagi sudah gelisah. Tangannya dingin, kertas partitur yang dipegangnya berulang kali ia lipat lalu dibuka lagi. Byeol, biola kesayangannya, entah sudah berapa puluh kali ia gesek, bagi yang mendengar mereka merasa permainan Nura sudah sangat bagus walaupun ini masih dalam sesi latihan. Tapi, Nura sendiri masih merasa begitu tegang. Ia takut penampilannya nanti nggak maksimal.Mecca duduk di sampingnya, sibuk ngemil wafer seolah nggak ada beban. “Santai aja kali, Ra. Nggak usah tegang banget kaya gitu, aku yakin kok penampilan kamu nanti ba

  • Hati yang Tak Direstui   bab 11

    Hari-hari di kampus akhirnya kembali tenang bagi Nura. Setelah Mecca menjelaskan dan meluruskan gosip yang sempat ramai, perlahan bisik-bisik di sekitar mereka mereda. Kini, Nura bisa berjalan di koridor tanpa harus merasa jadi pusat perhatian, meskipun sesekali masih ada teman yang meledek. Namun, ada satu hal yang belum ia selesaikan: buku tebal yang beberapa hari lalu ia pinjam dari Arthur. Bukan buku musik, melainkan buku hukum dasar—Arthur bilang buku itu lumayan untuk menambah wawasan. Nura awalnya hanya menerima dengan ragu, tapi ternyata setelah sempat membaca beberapa bab ia merasa tertarik. Ia jadi sedikit tahu tentang bab hak cipta yang bisa berkaitan dengan musik, dan itu cukup membuka pikirannya.Siang itu, usai kelas, Nura memutuskan untuk mengembalikan buku tersebut. Ia menunggu momen yang pas, dan akhirnya melihat Arthur sedang berdiri di dekat loker, sibuk merapikan barang. Dengan langkah hati-hati, ia menghampiri.“Arthur,” panggil Nura pelan.Arthur menoleh, wajahn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status