Share

part 2

Penulis: Senja Aruna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-21 22:39:30

Setelah pertemuan singkat di bawah payung hitam itu berlalu, Nura menjalani hari-harinya seperti biasa; berangkat ke kampus tepat waktu, latihan biola sampai jarinya lelah, mengikuti ujian praktik yang menegangkan, menjadi penghuni setia perpustakaan, dan tetap mengejar jadwal kereta terakhir di setiap sore..

Namun, di sela rutinitas yang selalu sama sepanjang hari nya itu, Nura entah mengapa merasa ada sesuatu yang berbeda, ada ruang kosong dalam hatinya yang dia sendiri pun tak pahami, seolah separuh dari dirinya tertinggal bersama hujan kala itu.

Ia tak pernah mau benar-benar mengakuinya, walaupun sebenarnya dia sadar betul apa penyebabnya, iya bayangan seorang pria berpayung hitam dengan tatapan teduhnya yang sepanjang jalan menemani nya ke stasiun kereta lah yang jadi sebabnya.. yang selalu berputar-putar di sela pikirannya, menurut Nura pertemuan singkat itu sepertinya tidak akan sesingkat yang diduga nya..

..

yap benar, sesuai dengan praduga nya pertemuan singkat itu ternyata belum selesai. Beberapa hari kemudian, saat hujan tipis mulai menetes, Nura kembali menjejakkan kakinya di stasiun untuk berangkat kuliah. Entah mengapa, hatinya seakan ditarik pada satu titik tertentu, di peron yang sama di mana bayangan pria berpayung hitam itu pernah muncul.

Dan benar saja, di ujung peron, sosok itu berdiri—sama teduhnya, sama diamnya, seolah menunggu. Mata mereka bertemu, dan seketika Nura merasakan denyut yang aneh, campuran antara cemas, penasaran, dan sesuatu yang lebih dalam, yang tak bisa ia definisikan. Pertemuan singkat yang dulu terasa seperti kilat itu kini membuka babak baru yang jauh lebih panjang daripada yang pernah ia bayangkan.

"Nura" suara pria itu terdengar hangat tapi tenang.

Nura menatapnya, terkejut tapi juga lega. “Arthur… kamu… kenapa di sini?”

Arthur tersenyum tipis, menunduk sedikit. “Sepertinya kita tidak bisa begitu saja mengakhiri pertemuan kemarin. Aku hanya ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja.”

Nura menelan ludah, hatinya berdebar kencang. “Aku… aku baik-baik aja kok,” ucapnya, meski hatinya terasa penuh. “Hanya… aku tidak bisa berhenti memikirkanmu sejak hujan itu.”

Arthur melangkah lebih dekat, jarak mereka tinggal beberapa langkah. “Aku juga, Nura. Sejak hujan itu, aku terus menunggu kesempatan untuk bertemu lagi… untuk bicara lebih banyak denganmu.”

Nura menunduk sejenak, kemudian menatap mata Arthur. “Kalau begitu… sepertinya pertemuan singkat kita kemarin memang belum berakhir.”

Arthur tersenyum lembut, dan di bawah hujan yang mulai menetes tipis, keduanya berdiri dekat, seolah waktu berhenti untuk mereka berdua.

...

"Arthur… mau ga kamu temani aku sampai ke kampus? supaya aku tidak terlalu basah kena tetesan hujan.”

Arthur mengangguk, tersenyum, dan membuka payungnya lebih lebar, memayungi mereka berdua. “Tentu. Aku senang bisa berjalan bersamamu.”

Langkah mereka menyatu di trotoar yang basah. Sepanjang jalan, Nura tak bisa menahan rasa ingin tahu. “Jadi… apa yang sebenarnya kamu pikirkan saat hujan kemarin?”

Arthur menatap ke arah Nura, senyumannya lembut. “Aku berpikir… bahwa kadang pertemuan yang singkat bisa meninggalkan jejak yang panjang. Dan aku ingin tahu lebih banyak tentangmu, Nura. Tentang setiap hal yang membuatmu seperti ini…” ia menunjuk ke wajah Nura, “…penuh rasa ingin tahu, dan sedikit misteri.”

Nura tersenyum, merasa jantungnya berdebar. “Aku juga ingin mengenalmu, Arthur. Tapi… aku takut terlalu cepat berharap.”

Arthur menoleh, menatap matanya penuh perhatian. “Tak apa, aku akan sabar. Yang penting kita mulai dari langkah kecil ini, bersama.”

Hujan semakin reda, tapi di hati Nura, rasa hangat itu baru saja mulai tumbuh. Langkah demi langkah, mereka berjalan, seolah dunia di sekitar menghilang, hanya menyisakan mereka berdua di bawah payung hitam itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hati yang Tak Direstui   part 9

    Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya. Sejak gosip kecil tentang dirinya dan Arthur beredar, Nura jadi merasa seluruh mata di kelas menyorotinya. Awalnya ia berusaha cuek tak mau peduli, tapi ternyata gosip yang tadi nya kecil itu sudah menyebar lebih jauh dan menjadi besar.Terlebih lagi, ketika ada mata yang melihat Arthur menunggu Nura di depan kelas. Ia sengaja membawa buku partitur yang tadi dibelinya untuk diberikan pada Nura. Hal itu pun memicu kesalahpahaman lain“Eh, itu kan Arthur, nungguin siapa sih?”“Liat deh… oh, kayaknya Nura. Wah, jangan-jangan mereka…?”Bisikan itu tidak luput dari telinga Mecca. Ia yang kebetulan lewat, langsung memasang ekspresi penuh arti. “Hmm… cocok juga ya,” batinnya sambil melirik.Gosip yang awalnya hanya berupa celetukan ringan, berubah menjadi percakapan serius saat masuk ke grup chat kelas.“Kayanya bener deh apa yang dibilang Mecca kemaren, soalnya tadi ada anak-anak yang liat Arthur nungguin di depan kelas kita sambil bawa sesuatu

  • Hati yang Tak Direstui   part 8

    Setelah cukup lama menikmati waktu berdua, mereka pun memutuskan untuk kembali ke kampus, kebetulan Arthur masih ada mata kuliah yang harus ia ikuti dan Nura pun ada janji dengan sahabatnya.Jalanan sore itu ramai oleh segerombolan mahasiswa yang baru saja selesai kelas, angin semilir berhembus, membawa aroma tanah basah karena gerimis yang sempat turun siang tadi, menambah suasana syahdu antara mereka. Arthur berjalan bersisian dengan Nura disamping kanan nya, menenteng segelas kopi yang hampir habis isinya.. sementara Nura, ia lebih banyak diam, mencoba mengatur langkah agar tak terlalu dekat tapi juga tak terlalu jauh.. Sayangnya langkah ringan mereka tak luput dari pandangan Mecca, dari kejauhan ia sudah berdecak kecil sambil mengangkat alis "wuiih beneran nih udah jalan pulang berdua doang? jangan jangan..."Yah tentu aja, seperti yang bisa kita tebak, Mecca gadis itu gabisa menahan diri, ia buru-buru mengeluarkan ponselnya, dan mengetik sesuatu di grup kelasMecca : "Guys, brea

  • Hati yang Tak Direstui   part 7

    Setelah beberapa saat ngobrol dan tertawa di kafe, Nura dan Arthur duduk di sudut yang lebih tenang. Di luar, suara orang lalu-lalang dan mesin kopi tetap terdengar samar, tapi di meja mereka seolah ada “ruang hening” sendiri.Arthur menyandarkan tubuh ke kursinya, kedua tangannya melingkari cangkir kopi hitamnya yang masih mengepul. “Ra… aku suka tempat kayak gini,” katanya dengan nada santai. “Bukan cuma karena kopinya, tapi karena suasananya. Tenang, nggak ribut kayak kantin.”Nura menatap secangkir latte di depannya, menggulirkan jarinya di atas tutup gelas. “Aku juga suka… ruang yang tenang. Kayak gini tuh bikin aku bisa mikir lebih jernih. Walau…” ia berhenti sebentar, menarik napas pelan, “kadang hening itu malah bikin aku kepikiran hal-hal yang bikin jantung deg-degan.”Arthur tersenyum, matanya tak lepas dari wajah Nura. “Deg-degan yang baik kan?”Nura melirik sekilas lalu buru-buru menunduk. “M-mungkin…” jawabnya pelan, wajahnya mulai memanas.Ada jeda. Tapi bukan jeda yang

  • Hati yang Tak Direstui   part 6

    Nura mendorong pintu cafe, suasana hangat dan semerbak aroma kopi langsung menyambutnya. Di salah satu sudut, Arthur sudah menunggu dengan senyum tipis, tak lupa buku catatan kecil juga sudah setia menemani.“Hai… datang juga akhirnya,” ucapnya ramah, sambil bangkit untuk menyapa Nura.“Hi… iya, maaf ya agak lama, tadi ada urusan kecil dulu di kelas,” jawab Nura sambil tersenyum malu."iya gapapa ra, santai aja kali", lalu mereka duduk, dan Arthur langsung memanggil pelayan.“Satu cappuccino untuk saya… dan satu latte manis untuk teman saya,” katanya sambil tersenyum pada Nura.Nura menelan ludah tipis, hatinya berdebar. Tapi begitu minuman datang dan ia mencicipi sedikit, ekspresinya berubah. Latte itu terlalu manis untuk seleranya.“Oh… ini… hmm… manis banget,” gumam Nura pelan sambil menahan senyum malu.Arthur menatapnya penasaran.“Hah? Manis? Aku kira kamu suka kopi manis…, gimana apa mau aku ganti aja yang sesuai selera kamu?”Nura menggeleng kecil, menatap cangkirnya.“Sebenar

  • Hati yang Tak Direstui   part 5

    Keesokan paginya, Nura sampai di kelas jam 7 kurang 15 menit, sebenarnya jadwal tetap matkul aransemen & orkestrasi itu dimulai jam 8 tapi gadis itu sengaja datang lebih awal ke kampus karna hari ini ada ujian tertulis, dan kejadian di perpustakaan kemarin tentu aja bikin dia ngga fokus untuk belajar, jadilah di pagi yang tenang ini Nura, si gadis cantik bertubuh mungil itu sibuk mengulang lagi hafalannya..Baru saja ingin membuka lembar berikutnya, kehebohan menghampiri, merusak ketenangan batin pagi itu.. ya siapa lagi kalau bukan ulah Mecca Wulandari"Ra.. raa.. Nuraa" tapi si pemilik nama enggan menyahuti, Semua orang di kelas menoleh saat suara lantang Mecca terdengar.“NURAA ALFIANDRI~!” teriaknya, membuat Nura hampir meloncat dari kursi karena kaget.Nura menatap Mecca dengan mata setengah kesal, setengah ingin menahan tawa.“Ca… ya ampun… bisa diem sebentar nggak sih? Aku lagi mau fokus ujian nih!”Mecca hanya tersenyum jahil, melangkah ke bangku sebelah Nura sambil menepuk m

  • Hati yang Tak Direstui   part 4

    Nura duduk di depan Arthur, masih sedikit gugup tapi berusaha terlihat santai. Arthur menutup bukunya perlahan, menatap Nura dengan senyum tipis yang hangat.“Ra aku ga nyangka kamu bakalan dateng, aku pikir kamu bakalan sibuk sama latihan musik di kelas, ternyata bisa nyempetin datang juga,” ucap Arthur, suaranya tenang tapi ada nada senang yang sulit disembunyikan.Nura tersenyum malu-malu, “Iya… aku sempat kepikiran juga sih. Lagipula, aku penasaran sama buku-bukunya, siapa tahu bisa ngebantu tugas kita nanti.”Mereka mulai membuka buku-buku, membicarakan tugas dan referensi yang harus dicari. Tapi percakapan mereka perlahan bergeser ke hal-hal ringan, seperti kebiasaan unik teman-teman kuliah, cerita lucu masa SMA, dan pengalaman aneh selama kegiatan kampus. Tawa kecil mereka sesekali terdengar di ruang perpustakaan yang tenang.Tiba-tiba, Mecca muncul di pintu, membawa minuman dari kantin. Matanya membelalak melihat Nura duduk berdua dengan pria asing itu.“Eh?! Nura… siapa tuh?!

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status