Share

Hati yang lemah
Hati yang lemah
Author: Lieka Syam Sa'at

1. Awalnya

AT SMKN 1 (School life)

Saa Fera's Pov

.......................

'Coba gue cek ceritanya, udah update atau belum ya?.'aku segera mengambil Smartphone ku diam-diam dari dalam laci meja, kemudian segera menyentuh layarnya dan mengetik laman Web favoritku di mesin pencari, Fanfiction --Situs internet yang isinya cerita-cerita buatan fans.

Setelah mencari cerita yang sebelumnya ku baca -Cerita tentang Sakura dan Sasuke- namun belum selesai karena chapter sebelumnya belum update,akhirnya sekarang udpate juga.

Aku memperhatikan Guru MTK ku -- Seorang Bapak-bapak berumur sekitar 40-an dengan perut buncit, kulit yang kecoklatan dengan tahi lalat di keningnya lalu rambutnya berwarna hitam pudar dengan beberapa helai uban, memakai baju seragam guru yang berwarna kuning telur dengan sepatu bersol rendah dan tali pinggang denimnya yang besar , iris matanya hitam pekat-- yang lagi nge-jelasin tentang rumus-rumus yang sama sekali nggak masuk di otakku yang cantik ini, ekhm.

Mumpung gurunya lagi nggak memperhatikanku, aku pun terus menunduk kebawah kemudian memberdirikan buku cetak mtkku tepat di depan muka, pura-pura baca buku.

(Dibawah ini isi cerita yang aku baca)

Chapter 6.

Money love gamble

"Sakura,kapan kau akan berhenti untuk taruhan? " tanya Ino sembari menyeruput Strawberry Milkshakenya.

Hinata menatap Sakura sambil menyatukan kedua jari telunjuknya berulang kali di depan dadanya, dia mencicit kecil "S-sa-sakura ... Aku rasa kau harus menghentikannya... Kau tau, bertaruh setiap hari dengan anak laki-laki lainnya membuatmu nampak seperti laki-laki juga.A-a-palagi dengan rambutmu yang juga kau potong pendek itu... Kau juga tidak punya pacar sama sekali selama 16 tahun kau hidup ... A-apa .. Ja-jangan-jangan kau tidak suka laki-laki ya? " Hinata menundukkan kepalanya dan semakin heboh menyatukan kedua jari telunjukknya. Dia berpikir 'Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah ku katakan dan ajaib sekali ke-gagapanku sedikit berkurang. Kau hebat Hinata!'.

Ino membelalakkan matanya terkejut, "Ya. Aku setuju dengan Hinata...Atau...Apa kau, jangan-jangan? hii ayo pergi Hinata" seraya mengambil tangan Hinata bergerak menjauhi Sakura.

Sakura memandang Ino dan Hinata sebal.

"Hei hei kalian! berhentilah, itu menyebalkan tau! aku tidak seperti itu dan aku menyukai laki-laki. Jangan membuat aku tampak aneh dengan kalian menjauh " Sakura melihat sekelilingnya, beberapa siswa dan siswi lainnya yang duduk tak jauh dari meja mereka melirik sekilas.

Sakura berdengus kesal. "Kalian ini!...huftt" Sakura berpikir keras, 'Tampaknya aku harus berbohong kalau aku punya pacar, aish memangnya siapa yang sedang jatuh cinta! ayolah bepikir Sakura! berpikir! ' batin Sakura

seraya memijit pelan keningnya. "Ah!, kalian salah... Aku sedang jatuh cinta sekarang!" ucap Sakura antusias, mencoba meyakinkan Hinata dan Ino yang masih menjauh.

"Jangan menipu kami Sakura kami tau kau tidak sedang jatuh cinta" dan Hinata kembali mengangguk.

Sakura memutar bola matanya kesal." Hghh... Aku berkata benar, Aku sedang jatuh cinta." kata Sakura sekali lagi menyakinkan.

Ino tetap menggelengkan kepalanya dan berkata " Tidak mungkin. Kau pasti mencari-cari alasan. Selama ini pun, kau tidak pernah curhat tentang itu kepada kami," tegasnya sekali lagi seraya menyeruput kembali Milkshakenya dengan kasar.

"S-sakura..K-kalau kau memang berkata benar.. Apa buktinya? siapa yang sedang kau cintai?se-sebutkan ciri-cirinya! " Hinata memandang sakura dengan serius.

"Aish.." Sakura memutar otak dan berpikir.. 'Haha aku akan berkata secara asal saja kepada mereka, toh tidak mungkin ada orang seperti ini, kurasa.' batin Sakura yakin.

"Orangnya putih seperti kapas, rambutnya hitam dan mencuat seperti ekor bebek, matanya tajam dan gelap,Trus apalagi ya...

Ah. dia memakai baju biru dongker . Bukan, maksudku sweater biru dongker yah, sepertinya itu sweater kesukaannya karena dia memakainya selalu...Dan dia kakak kelas,"

' Hufft.. karangan yang bagus sakura! ' batinnya yakin .

" Apakah orang itu sekolah disini? " tanya Ino lagi.

Hinata dan Ino kembali mendekati Sakura di meja.

"Tidak...Engg aku tidak yakin sih... " kata sakura lagi. Seraya memakan baksonya yang mulai mendingin.

"Kurasa iya. bukankah itu orangnya? " kata ino antusias. seraya menunjuk segerombolan pemuda yang sedang bercanda di meja kantin paling ujung yang dekat dengan tembok.

Mata sakura membelalak seraya melihat kearah orang yang ditunjuk ino, hinata juga melirik kearah seorang pemuda yang mempunyai rambut hitam mencuat seperti bebek dan kulitnya yang putih bersih serta sweater biru dongker yang dikenakannya, persis sama seperti cowok yang digambarkan oleh sakura barusan.Hinata mengalihkan pandangannya pada sakura yang sedang melihat pemuda itu dengan mulut menganga lebar, Hinata menatap Sakura meminta kejelasan. " Apa maksudmu dia tidak sekolah disini? bukankah itu orangnya?" wow. Entah kenapa, saat Hinata sudah serius. Ke gagapannya hilang entah kemana.

"Ini tidak seperti yang kalian pikirkan. Bukan orang itu maksudku ck"

'K-kok bisa? bukankah orang itu hanya karanganku? kenapa bisa ada orang seperti itu?,lagipula aku tidak ingin berpacaran walaupun setampan apapun dia itu,aku belum siap jatuh cinta'batinnya. Sakura berdecak kesal sekaligus terheran- heran lalu melirik baksonya yang sudah habis. 'Ya ampun aku belum kenyang, siapa yang menghabiskan baksoku? ' batinnya ikut kesal.

" Kau harus jadian dengannya Sakura!.Titik. Pokoknya harus bagaimana pun caranya"

Milkshake Ino sudah habis dan dia segera mengambil milkshakenya hinata yang tinggal setengah.

Tanpa meminta izin, dan Hinata pun hanya pasrah. 'Kenapa tidak kuhabiskan dari tadi saja sih' batin Hinata menyesal.

" Tidak!" mata Sakura membelalak terkejut, pupil matanya membesar. " Tidak! tidak! aku tidak arghhh... Ayo kita pergi!" Sakura kehabisan kata-kata dan segera berlalu menuju ke kelasnya dengan terburu-buru, meninggalkan Hinata dan Ino yang masih mencerna kejadian tadi . "Apa itu barusan?" tanya Ino pada Hinata dan Hinata hanya menggeleng dengan wajah polos.

" Hinata..." panggil Ino pada Hinata yang segera disahut. "Ya Ino?" .

"Kita harus membantu sahabat kita. Ini cinta pertamanya dan kurasa tadi Sakura mencoba untuk berkata dia tidak tau caranya agar bisa berpacaran dengan orang yang dia cintai. Aku akan menyelidiki pemuda itu" Ino menunjuk Sasuke dengan dagunya.

"Ino ... P-pemuda itu...N-na-namanya Sa-sasuke Uchiha dan kudengar dia itu p-playboy " Hinata mengangguk sekilas kemudian menggeleng.

" Bagaimana kau bisa mengetahuinya ? "

tatap Ino menyelidik.

Muka Hinata tiba-tiba menjadi merah seperti kepiting rebus.

"D-dia itu sahabatnya pacarku. N-na-naruto senpai.. " dan Hinata menggeleng kepalanya berulang kali seraya menepuk-nepuk pipinya yang memanas membayangkan pemuda yang menjadi pacarnya sebulan belakangan ini. Hinata kembali melirik kearah Sasuke yang sedang makan bersama anggota tim basketnya dengan wajah tenang yang terkesan dingin. Kemana Narutonya ya? biasanya mereka selalu menempel seperti permen karet.

Hinata melihat gerombolan itu sekali lagi mencari-cari sosok pacarnya, namun nihil.

'Hufft ya sudahlah.Mungkin nanti dia akan menelponku. ' Batinnya lagi sambil mesam-mesem. Menghiraukan Ino yang memandanginya dengan tampang 'Kamu kenapa?'.

Kemudian mereka sama-sama kembali ke kelas , Ino kembali melirik Sasuke lagi 'Hmm selera Sakura memang bagus. Aku akan berjuang untukmu Sakura!,tapi... Apa benar dia playboy?' Ino sedikit meragu 'Ah lihat nanti saja'. Dan segera berlalu dari kantin. Mereka tidak menyadari bahwa Sasuke melirik mereka sejak tadi, tepatnya Sakura namun setelah Sakura pergi dia tidak melirik kearah mereka lagi.

'Pink'a pink'a pu, namanya Sakura kan? ' dan seulas serigai menghiasi wajah dingin Sasuke. mengabaikan teman-teman se-timnya yang sedang tertawa entah karena apa.

Discontinued_

..................

Kamp*et.

kok dikit amat?. Dengan wajah nelangsa yang seperti telah kehilangan semangat hidup.

Aku memutuskan untuk menyimpan Smartphoneku kembali dibawah laci meja

dan mulai meperhatikan pelajaran MTK, baru saja aku ingin melihat guruku yang sejak tadi menerangkan pelajaran tanpa mengerti apapun ,tiba-tiba saja guru itu langsung menunjukku dengan jari telunjuknya dan raut muka yang datar,untuk maju kedepan kelas. "Sekarang, bapak ingin kalian mengerjakan soal dengan rumus ini di papan tulis,Baiklah. Yang pertama di mulai dari yang paling depan dipojok kanan" Kata bapak itu seraya nunjuk gue.

Serta merta gue mengap-mengap sesak napas, "g-gu-gu sa-saya pak? " jari telunjukku kuarah kan hidungku yang mancung tapi kebawah ini.

"Iya. Kamu fera. Maju sini." kata Bapak itu lagi,penuh penekanan.

"Ugh. Kok saya sih pak? kenapa bukan yang lain aja? apa salah saya pak?" aku benar-benar menyesal setelah mengucapkan ini. aduh Kenapa mulutku ini nggak bisa dijaga sih? bisa-bisanya ceplas-ceplos ,kayak nggak bisa direm!. Seraya memukul-mukul pelan bibir tebalku yang warbasyah ini.

"Kamu bilang apa tadi?" mampus aku ! dan kulihat bapak itu menatap nyalang terhadapku seperti mau mengeluarkan amaterasu dari matanya,ingin membakarku hidup-hidup.

"Hii...Nggak pak nggak! nggak apa-apa pak! oke pak!" dan aku menggeleng-geleng kepalaku dengan heboh.

Lalu melirik Levi--yang memiliki surai berwarna hitam pudar dan sangat lurus cenderung tipis, iris mata coklat gelap, kulitnya putih langsat, tingginya sekitar 148 cm dan tubuhnya ideal-- yang menutup mulutnya sambil terkekeh, aslinya sih ngakak .

Anjir, aku panik banget !!.

"Minggir Vi! " dan levi pun menyingkir dengan berdiri di luar meja. "Fera semangat!! hwaiting!" bisik Levi menyemangati.

"Jangan cuma kasih semangat Vi!,jawabannya juga sekalian" balas gue yang juga ikutan berbisik.

Setelah gue keluar, Levi pun kembali duduk dengan senyum gaje di wajahnya.

"Ini" ujar Bapak itu sambil menyerahkan spidolnya ke padaku, dan aku pun mengambil spidol itu lalu menghadap papan tulis yang di penuhi dengan coretan rumus dan soal.

Anjir ini jawabannya apaan sih?! sumpah! aku panik!,tanganku keringatan.

Si Levi sama sekali nggak nge-bantu, aku melirik temenku yang lain, yang juga pintar di pelajaran MTK.

Melisa--iris matanya berwarna coklat gelap,rambut berwarna hitam pekat dan ikal serta sedikit tebal, berkulit sawo matang, tubuh yang kurus dan tingginya sekitar 150 cm-- . Dia duduk di barisan paling depan, hampir dekat dengan meja guru yang berada hampir di tengah ruangan bersama yola--memiliki iris mata yang berwarna hitam pudar, senyum yang manis,kulitnya berwarna sawo matang, rambut berwarna hitam sedikit tampak kemerahan akibat di cat dan lurus serta lebat, tubuh ideal dengan tinggi 162-- yang tentu saja temenku juga.

"Fokus kedepan ! jangan lirik kiri-kanan " ah pak guru ngagetin aku aja !. Keringat sebiji jagung mulai menetes dari dahiku.

Nggak ada harapan ini mah.

Aku mengerakan tanganku,mengukir angka dengan hati-hati di papan tulis yang berwarna putih ini.

Aku merasakan banyak mata yang memandangiku dari balik punggungku ,sampai menjadikanku sangat gugup. "Pak jangan natap-natap pak. Saya gugup ni. kalian juga jangan natap napa!" protesku pada teman-teman sekelasku.

"Wuuu. Siapa juga yang natapin loe. Gr amat loe" seru salah satu temen sekelasku.

"Fera sih pedenya overdosis"

timpal lainnya.

"Pan lu pada tau kalau si Fera ini super hiperaktif "

sahut Sarmita --memiliki rambut ikal sebahu yang berwarna hitam sedikit kecoklatan, memiliki kulit yang berwarna sawo kuning langsat, iris mata coklat pudar, tubuh semampai dan tinggi sekitar 160--dia ini juga temanku, dia duduk di belakang melisa dan yola di urutan kedua bersama chila--rambutnya hitam pekat , lurus dan tebal, iris matanya warna hitam pekat dan suka pake soft-lens warna biru dan ungu.kulitnya putih merona dan tubuhnya sedikit berisi dengan tinggi sekitar 154 cm -- sekali lagi, dia juga temanku.

(aku banyak temen kan hehe)

Aku cuma cengengesan sambil menunjukan 2 jari pada mereka, Peace!.

"Kamu bapak suruh kedepan buat ngerjain soal!. Bukan ngelawak Saa feraa!" mampus aku! bapak itu sepertinya sudah hilang kesabaran.

"Maaf pak ,maaf!." seruku cepat-cepat, takut dia ngamuk.

Oke Fer,Sekarang putar otakmu!.

Tanganku pun terangkat lagi untuk mengukir angka di papan tulis. Iya kamu nggak salah baca, aku memang benar-benar mengukir kok, bukan menulis.

Aku baru saja menyelesaikan ukiran rumusnya dan baru memikirkan bagaimana cara menjawab soal.

"Sudah berapa lama kamu berdiri disitu dan belum satupun jawaban yang kamu tulis. kamu mau mempermainkan dan menghabiskan waktu pelajaran saya ya?"

Aduh pak, tolong jangan marah terus, gimana kalau aku jantungan nanti?. Ini juga lagi meras otak pak, Sabar kenapa?.

Dan temen-temenku yang tadi memperhatikanku, sekarang pada sibuk sama diri sendiri.

Ahhh...

Mereka sudah terlalu lelah.

-tinining pelajaran pertama sudah selesai tininining pelajaran kedua dimulai tinunit-*bunyi bel *

krrhhh.... *suara mic*

Tes, satu, dua. yak!

perhatian kepada guru-guru agar segera menuju keruang rapat. sekali lagi perhatian kepada semua guru untuk segera ke ruang rapat , terima kasih.

Baru kali ini aku ngerasa get save by the bell' dan wajahku sumringah seketika, seperti bebanku terangkat begitu saja.

Bagai gema kemenangan. aku spontan teriak-teriak sambil loncat-loncat , Alhamdulillah ya allah terimakasih!!

Ya ampun , seneng banget rasanya. Tapi aku lupa kalau guru itu masih berdiri di depanku,otomatis aku langsung kicep melihat wajah guruku yg terlihat marah sekaligus pasrah.

"sudah! sana duduk, kamu ini soal yg begini gampang saja tidak bisa kau kerjakan."

-skip time-

Setelah itu pelajaran pertama selesai kemudian dilanjutkan dengan pelajaran kedua.

Guru MTK sudah keluar setengah jam yang lalu dan guru setelahnya belum masuk sampai sekarang, keadaan kelas menjadi kacau.

Kami menggunci pintu kelas kami dari dalam untuk mencegah orang lain masuk sejak dari setengah jam yang lalu.

Murid-murid yang lain membentuk kelompok --kelompok laki-laki (yang cuma berjumlah sekitar 7 orang di kelasku) dan kelompok perempuan.

Dan berkumpul dengan beberapa kelompok di tempat yang berbeda--kelompok laki-laki dengan gitar dan suara cempreng mereka berada di ujung kelas dan kelompok perempuan dengan film thailand mereka di barisan depan--, semua Murid dikelas kami berjumlah 27 orang dan hari ini sekitar 6 orang absen.

kelompok Murid perempuan menonton film dari Laptop yang dibawa Yanti, aku berada di samping Melisa, yang sedang menatap layar Laptop didepannya dengan sangat serius begitu pun juga aku.

Sudah sejak tadi aku memperhatikan apa yang sedang ku tonton sekarang dan aku masih belum paham akan alur ceritanya bahkan judulnya pun aku tidak tahu.

"Mel, sebenarnya ini... kita lagi nonton apa sih? kok gue nggak ngeh dari tadi? itu juga filmnya aneh banget, masa cowoknya kesekolah pake rok? trus tinggal sekamar dengan cewek di asrama cewek sih? kok bisa gitu... gak masuk akal " tanyaku dan melihat pada Melisa yang masih fokus pada film itu, bukan hanya dia saja. Namun semua cewek di dalam kelas ini yang lagi nonton kecuali aku sama Levi yang dari tadi lagi asik main batu, gunting, kertas. Sehingga sewaktu kamu sudah jenuh bermain ,kami pun ikut-ikutan menonton karena penasaran.

Kenapa mereka sama sekali tidak bergeming?.

"Lah itu cewek lah Fer. masa gak bisa bedain? " kata melisa tanpa repot-repot mengalihkan pandangannya padaku.

Dan aku kembali bingung.

"Ganteng gitu lu kata cewek? katarak lu Neng?"

Melisa tidak menggubris dan mengabaikan pertanyaanku begitu saja.

Aku mengangkat kedua bahuku acuh dan kembali menonton.

Tepat saat aku baru saja menonton,saat itu juga muncul adegan yang memperlihatkan kedua orang yang sekarang ku ketahui gendernya cewek, itu tidur diatas satu kasur. mereka berpelukan dan berciuman.

"Hhhgg"

kami semua terkejut dan tanpa sengaja menarik napas dalam,dengan pupil melebar dan Yanti selaku pemilik Laptop dan tepat berada di depan Laptop ,segera menggeser adegan laknat itu maju sehingga kami melihat adegan selanjutnya yang memperlihatkan si cewek yang feminim sedang berbicara dengan Ibunya.

"Hoi ! ini film apaan sih? kok aneh banget? "

seru Levi yang dari tadi bungkam--dia memang orang yang pendiam pada saat tertentu.

Yanti memandangi Levi dengan sebal karena terganggu dengan suaranya yang menggelegar.

Sedangkan kelompok laki-laki, sedang ajep ajep dengan irama musik ngebeat dari salah-satu ponsel mereka tanpa memperdulikan keadaan di sekitar --masa bodoh.

"Ishh,masa nggak tau sih? anjir lo... Ini film 'yes or no' ceritanya tentang cewek lesbian" jelasnya tanpa melihat Levi, sedangkan aku dan Levi mengangga lebar dan segera mendekati levi.

"Vi, mereka gila ya? masa nonton film beginian. kita kekantin aja yuk dari pada otak kita yang putih bersih tercemar dengan hal-hal begituan"

Levi mengangguk lalu memandangi mereka semua, ada yang sedang menahan tangis, muka datar tapi fokus, mesem-mesem,muka bloon dan lain-lain.

Yang pasti kami tidak mau ikut tercemar seperti mereka.

Aku mengamit lengan Levi dan menuju ke arah pintu kelas bersama, kemudian memutar kunci beserta gagang pintu "Woi ini ditutup dari luar atau dari dalam aja?" Levi melihat kearah mereka.

Aku hanya mengintip sekilas lewat bulu mataku, mereka semua memandang kami dengan senyum aneh.

"Kalian pergi kemana tu?"

tanya Anisa.

"Ke kantin ni" ujar Levi tanpa melepas tanganku yang mengamit lengannya erat.

Sebenarnya gak ada maksud apa-apa sih cuma karena kami berdua sudah sangat akrab dan aku sudah mendeklarasikannya bahwa kami ini bersahabat.

"Aciee... " seru mereka bersamaan dan aku yakin filmnya sudah di Pause terlebih dahulu sebelum mereka semua menatap kami dan lengan kami yang menempel erat.

"Apaan sih?" gue bingung.

"Aciiee pengangan tangan.Fera, rupanya lo agresive juga ya. " sahut Yanti dengan wajahnya yang penuh dengan serigai yang pingin banget aku jepit pake Tang.

"Aciee!! " seru mereka serempak.

"Apaan sih ? kalian gila ya? yuk Fer, kita ke kantin terus. Gak usah ladenin mereka. "

kata Levi cemberut lalu segera menarikku keluar kelas menuju kantin.

Dan kepergian kami pun diikuti dengan suara." Aciee. ihir ihirr" .

Gue takut.

Gue takut gara-gara film itu mereka jadi lesbi, dan cowok-cowok di kelas, pada nggak laku.

Kami baru saja kembali dari kantin dan membawa sekotak susu rasa Strawberry,masing -masing.

Aku berjalan ke meja , diikuti oleh Levi yang mengekoriku.

kami tidak berpegangan tangan lagi karena hal tadi, mereka sungguh menyebalkan dan sekarang di kelas hanya tersisa beberapa murid yang masih menetap-Yola, Melisa, Anisa, Sarmita,Ridwan, Fahri , Chila, Ayu -- di jam istirahat ini, yang lainnya entah menyebar kemana.

Aku melihat Ayu yang sedang menggambar tokoh Anime, dia duduk di belakang ku , dibarisan kedua dekat dengan dinding dan jauh dari pintu kelas. Aku dan Levi sudah duduk dari tadi dan aku sudah menghabiskan susu kotakku sedangkan Levi masih menghisap sedotannya dengan lancar.

Aku kembali melirik Ayu yang sekarang sudah menggambar mata anime yang besar di sebelah kanan dan dilanjutkan dengan mata sebelah kiri dengan sketsa kasar terlebih dahulu agar tidak miring-miring.

" Itu... Gambar Karin Hanazono ya? matanya besar banget" tanyaku memastikan. Dia menatapku sekilas.

"Geli deh, Fer. Jangan liat-liat gue napa? jangan selingkuh dari Levi Fer. " ujarnya lancar tanpa hambatan sedangkan levi tersedak minumannya sendiri mendengar ucapan dari Ayu.

"ukhhh... uhuk uhuk!" Levi menepuk dadanya berulang kali agar batuknnya berhenti.

Aku dan Levi terkejut setengah mati , menatap Ayu dengan pandangan mematikan, jika pandangan bisa membunuh, mungkin Ayu sudah tercabik-cabik sekarang.

"Lu bilang apa yu? gue kagak congek kan? "

aku menatapnya heran, darimana dia mendapatkan pemikiran itu? .

Levi menngeratkan giginya melihat Ayu yang tanpa beban.Sekarang dengan santainya mengecat gambarnya tanpa sekalipun memandang kearah kami.Aku dan Levi sedikit menjaga jarak sekarang.

"Kagak Fer. "

sahutnya lagi lamat-lamat sambil menyerigai.

Aku kehilangan kesabaran dan bangun dari kursi ku, mau mengajak Ayu berantam namun Levi yang tau apa niatku segera menghentikan gerakanku. "Udah Fer, udah! jangan emosian. Tenangin diri dulu. "

"Gue tuh gak bisa diginiin vi, lu pan tau sendiri"serta merta muka ku memerah menahan amarah.

"Kalau lu marah berarti lu benaran lesbian" Ayu menatapku dari balik bulu matanya yang kelewat panjang,Anisa duduk disampingnya dari tadi dan fokus pada Smartphonenya dari tadi, menghiraukan situasi.

Sedangkan Melisa,Yola,Chila dan Sarmita masih menonton drama korea yang diunduh kemarin lewat laptopnya Melisa.

"Gue jambak juga ni orang, berapa kali harus gue bilang kalau gue gak gituan? ihh najis banget. Lagipula kan gue cewek bukan cowok",Aku dan Levi saling memandang sejurus kemudian langsung membalikkan badan satu sama lain.

"Hiii amit-amit !" dan geli sendiri.

"Siapa juga yang bilang lesbian itu cowok x cewek Fer. Yang ada cewek x cewek " ujarnya lagi sambil memutar bola matanya dan mengambil pencil warna biru kemudian mewarnai mata gambarnya.

Aku dan Levi gregetan.

"Eh Yu, jangan fitnah lah ya. ingat kalau fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan" akhirnya levi angkat bicara dan raut wajahnya mengeras-- artinya dia sudah sangat serius.

"Siapa juga yang fitnah. Gue tu bisa nyebutin fakta-fakta nya. Pertama. Lu sama Levi dari kecil gak pernah punya pacar cowok sama sekali dan lo berdua selalu nempel -nempel kemana-mana berdua. Kurang bukti apa juga coba. Teorinya tu udah benar".

"Teori sampah macam apa itu? benar benar tidak masuk akal. " Aku mendengus kesal mendengar segala omong kosongnya.

Ayu mendogakkan kepalanya, menatapku yang sudah berkacak pinggang di depannya dengan Levi.

Anisa menatap kami sekilas lalu kembali fokus pada ketikanya di Smartphonenya, dia menyerigai kearah benda kotak tipis itu. "Bukan cuman Ayu doang yang berpikiran demikian.Tapi hampir semua cewek di kelas kita ini." katanya menambahkan.

"APA!!" Aku dan Levi berteriak di depan wajah Ayu serempak dengan terkejut.

Membuat dia kalang kabut.

"Apa, apaan sih kalian!" seraya mengelap jigong yang tersembur secara tidak sengaja.

"Iuhh. Bau!"

-Skip time-

Ini sudah hari kelima sejak kejadian itu sehingga membuatku dan levi sedikit renggang karena selalu di cie- cie-in sewaktu kami sedang bersama.

Dan setelah kejadian itu mereka selalu saja mengolok-ngolok kami dengan parah sehingga membuatku sangat malu dan bertekad untuk punya pacar.

Namun apa daya diriku yang masih belum siap punya pacar,baiklah aku akan menjadikan seseorang korban dari bualanku saja. Baiklah,! aku akan berkata bahwa aku suka dia dan menunjukkannya pada mereka bahwa aku menyukai seorang laki-laki, hmm aku harus mencari seseorang yang kece nih.

Hari itu tepat setelah kelas terakhir selesai dan bel sekolah bergema untuk menandakan waktunya pulang, jam menunjukan pukul 2 siang dan murid-murid mulai berjalan-- termasuk Aku --

ke luar kelas,menuju lobi untuk menunggu di jemput Ayahku--Aku sudah menelponnya sebelumnya--.

Aku duduk dikursi tunggu yang ada disitu dan melihat

Ayu duduk di sampingku --setelah melirik beberapa kali dan melihat bangku sudah di penuhi orang,hanya tersisa satu ruang kosong bagi bokongnya, yaitu di sampingku,lalu duduk dengan terpaksa--

dan menaruh tasnya ditengah-tengah kami. 'Sialan. Dia masih berpikir kalau aku ini lesbi ' batinkku kesal setengah hidup.

Lalu melirik sekitarku yang dipenuhi dengan Murid-murid lainnya yang berhamburan keluar dari gerbang sekolah, Ada yang jalan kaki, naik Motor, bawa Sepeda dan beberapa kecil lainnya menyetir mobil, tujuan mereka hanya satu yaitu keluar dari gerbang sekolah dan pulang kerumah masing-masing.

Aku melihat kearah Ayu yang kurasa sejak tadi sedang sibuk dengan telepon gengamnya, dan memandang benda persegi itu dengan intens.

Aku mengambil tasku dari samping tubuhku-- yang kuletakan disamping tasnya Ayu-- dan memangkunya hmm... Kurasa ini waktu yang tepat untuk melancarkan aksiku.

"Ayu. " panggilku menunggu responnya.

"Hm?" gumannya tidak jelas tanpa melihat kerahku, masih dengan telepon gengamnya.

"Lu tau gak? Nama cowok itu siapa? " tanyaku padanya, dia melihat kearahku.

"Yang mana? " tanyanya penasaran tanpa mengetahui niatku.

Aku mengedarkan netraku ke kesekitarku sekali lagi mencari objek yang pas untuk bualan ku,dan aku menemukannya. Dengan rambut mencuat kebelakangnya, wajah oriental, kulit putih, tinggi dan rampingnya itu berjalan ke arah gerbang sekolah.

"Yang itu tuh... Yang putih itu, kayaknya keturunan cina deh. " Aku menunjuk ke arah sosoknya yang sedang berjalan bersama teman-temannya.

"Oh itu,Tapi emang iyakan. trus kenapa memangnya? Lu naksir? hahahaha mau selingkuh dari Levi yah?" Dia berkata seperti itu tanpa beban dan tergelak, langsung saja kucubit lengannya dengan keras.

"Adu-du-duh!! sakit!! Fer!"

Lalu aku melepas cubitanku pada lengannya, dia menatapku sebal seraya mengaduh dan mengusap-ngusap lengannya yang sakit.

"Mangkanya kalau punya mulut itu di jaga! jangan asal nyablak aja" Aku mendengus kesal dan menatapnya sinis, sejurus kemudian langsung berkata. " Iya, gue suka sama dia tapi gue gak tau nama dia siapa... Aneh kan?" kataku sambil pura-pura terlihat lesu di depannya.

" Lu seriusan? bukannya lu suka sama Levi ?"

"Itu cuma karangan kalian doang kamp*et! Gini-gini gue masih normal banget, kebangetan malah... Huh...Sebenarnya gue udah suka sama dia setahun yang lalu cuma masih takut buat pedekate hanya bisa menatapnya dari jauh doang tanpa mengetahui identitasnya. Malang nian nasibku haha" Aku tersenyum miris dan pura-pura tertawa menyedihkan--Anak drama ini coy--. Untungnya dia percaya dan berhenti mengolok-ngolokku dengan Levi Kemudian memberitahu perihalku kepada teman-teman sekelasku--pada saat Aku dan Levi tidak ada di kelas--, sehingga olok-olok itu sekarang berhenti total. Lalu Aku dan Levi kembali akrab seperti biasanya.

Kemudian masalah yang lebih besar muncul, karena hal itu.(menjadikan seseorang sebagai korbanku) Dan dengan banyaknya Frekuensi bertemu dengannya di berbagai tempat. mulailah rasa ingin tahu ku bersarang pada sosok keturunan cina itu dan mencari info tentangnya lalu setelah 2 bulan kemudian, Aku resmi menjadi Secret admirernya namun hanya berani menatapnya dari jauh kemudian hanya mengetahui beberapa hal tentang dia.

Hampir semua hal tentang dia aku tahu, Kecuali ukuran celana, sepatu dan bajunya -- ini sudah gila, tapi Aku jadi benar-benar suka sama dia--.

Dan ini membuatku menjadi semakin sesak di saat yang Aku lakukan hanya menatap sosoknya tanpa berani menyapanya atau sekedar bermodus ria.

Aku berharap ,dia tidak mau menerima gadis itu untuk menjadi pacarnya dan menembakku untuk menjadi pacarnya--Mungkin hayalan belaka dia bahkan tidak mengetahui bahwa aku ada.

Aku melihat beberapa hari yang lalu , seorang gadis mendekatinya dan menyatakan cintanya pada faber--namanya Faber Mclister, orang yang aku kagumi-- Namun aku tidak tau apa dia menerimanya atau tidak karena Aku segera pergi dari tempat itu, tidak tahan melihatnya. Jika kalian ingin tahu , Aku tidak mengikutinya. Hanya tidak sengaja melewati halaman belakang sekolah ku itu, dan menemukannya dengan seorang gadis yang malu-malu di hadapannya.

Kuharap dia tidak menerimanya.

Argghh kenapa Aku pergi begitu saja kemarin sih? seharusnya aku kembali untuk melihat keputusannya.

Kau benar-benar bodoh Fera!!

Huh... biarlah.

Hmm jika dia memang jodohku maka dia tidak akan lari kemana, tapi jika dia bukan jodohku, aku tidak terima hal semacam itu.

Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status