Beranda / Romansa / Hatiku Tertawan Mafia Tampan / Bab 1 : Kejutan Ulang Tahun

Share

Hatiku Tertawan Mafia Tampan
Hatiku Tertawan Mafia Tampan
Penulis: Mandy Poole

Bab 1 : Kejutan Ulang Tahun

Penulis: Mandy Poole
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-26 18:08:08

Suara mesin mobil menderu tanpa henti di jalanan bebas hambatan, namun terasa sepi dan lambat bagi gadis yang baru saja menginjak usia 19 tahun bernama Lorena Barnes. Rambut coklatnya yang ikal terlihat kusut dan tidak beraturan karena ia secara tiba-tiba dijemput paksa oleh segerombolan pria yang mengenakan setelan serba hitam di kediamannya ketika ia sedang meniup lilin di atas kue ulang tahunnya.

Ia memang sudah tahu hal ini akan tiba, ketika malam sebelum hari ulang tahunnya tiba-tiba ayahnya mengetuk pintu kamarnya berkali-kali dan ketukannya hampir terdengar putus asa untuk membangunkannya di tengah malam sebelum hari ulang tahunnya, gadis itu membuka pintu dengan semangat, namun bukannya kue ulang tahun dan terompet yang menunggunya di depan pintu.

“Lorri, kita harus bicara” ucap Timothy Barnes, air mukanya terlihat gugup.

Lorena menatap wajah ayahnya dengan bingung, dan menepi untuk membiarkan ayahnya masuk ke dalam kamarnya yang berukuran 2 x 3. Cukup ironis gadis itu harus tidur di kamar yang sempit, ketika reputasi keluarganya terkenal kaya. Ia mengisyaratkan ayahnya untuk duduk di atas tempat tidurnya.

Timothy mengedarkan pandangannya ke dalam kamar Lorena yang nyaris terlihat seperti gudang, lalu menghela nafasnya panjang sebelum membuka mulutnya “Lorri, maafkan aku selama ini tidak bisa membuatmu bahagia dan memberikanmu sesuatu yang pantas”

Lorena menundukkan kepalanya, diam-diam menyetujui ucapan ayahnya.

“Aku selalu memintamu untuk mengalah, bahkan kau tidak pernah mendapatkan apa yang kau benar-benar inginkan.” ucap Timothy sambil menggenggam kedua telapak tangan putrinya dengan kedua bola matanya yang berkaca-kaca. 

“Lorri, aku harap ini yang terakhir, ini akan menjadi permintaanku yang terakhir”

Lorena tersentak, mengangkat kepalanya sambil berusaha mencerna apa maksud ucapan dari ayahnya. “Apa yang kau maksud, ayah?”

“Dengarkan aku Lorena, ini bukan keputusan yang bisa dengan mudah aku ambil. Aku sudah mempertimbangkan dengan baik segala resiko dan kemungkinannya”

“Ayah- aku tidak mengerti. Ini membuatku semakin khawatir, apa sesuatu terjadi padamu?”

Timothy menggeleng lembut, dan kembali mengeratkan genggamannya pada tangan mungil Lorena, “Tolong gantikan kakakmu untuk menikah dengan Damian Voronkov”

Lorena membelalak kaget, dadanya terasa sesak akibat tekanan yang ia rasakan. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab permintaan ayahnya yang sangat konyol. Ia sudah sering diminta mengalah untuk kakaknya yang egois dan setengah waras itu. Tapi, ini yang paling menggelikan. ‘Menggantikannya untuk menikah dengan orang lain?’  benar-benar tidak masuk akal, pikinya.

Gadis itu menarik paksa kedua tangannya yang tengah digenggam ayahnya. “Aku sudah banyak mengalah untuk Evelyn, bahkan aku harus makan sisa makanannya dan tidur di tempat seperti ini.”

Timothy tertunduk lesu, lalu berkata dengan lirih “Lorena, aku bisa saja meninggalkanmu bersama ibumu hidup dalam daerah kumuh itu-”

“Tapi itukan karena ayah-”

“Diam, Lorena! Aku belum selesai” bentak Timothy, nada tingginya membuat tubuh Lorena tersentak dan gemetar.

“Iya, memang itu salahku tergoda oleh wanita murahan yang licik tanpa sadar menjebakku. Tapi, toh aku tetap bertanggung jawab atas darah dagingku sendiri. Ku bawa kau untuk tinggal disini, aku memberimu makan dan menyekolahkanmu, bahkan memberikan Barnes sebagai nama belakangmu. Beginikah caramu membalas rasa terima kasih? Kau bisa saja menjadi pelacur seperti ibumu yang menjijikan itu”

Airmata mengalir di atas pipi Lorena yang lembut, semua kata-kata yang dilontarkan ayahnya terasa tidak pantas, bukan salahnya jika ia lahir dari hasil hubungan gelap Timothy dengan wanita lain. Tapi apa yang bisa ia lakukan selain diam dan mengikuti perintahnya. Memangnya ia punya pilihan?

Lorena menarik nafas panjang dan menelan ludah dengan susah payah, sebelum menjawab kata-kata ayahnya yang menyakitkan supaya suaranya tidak terdengar menyedihkan akibat isakan yang tertahan di tenggorokannya.

“Kalau aku boleh tahu kemana Evelyn saat ini? Aku tidak melihatnya dari pagi” tanya Lorena berusaha mengalihkan pembicaraan yang mulai memanas.

“Ah.. kakakmu pergi, mungkin pergi dengan pacarnya. Dia sangat terkejut dan marah saat aku memintanya untuk menikahi Damian”

‘Begitu pula dengan aku’ gumam Lorena dalam hati.

Timothy bangkit dari tempat tidur Lorena lalu menepuk pundak kanan putrinya dengan mantap, “Lorena, aku harap kamu tidak banyak bertanya soal permintaanku. Lakukan saja, maka kau sudah jadi orang yang berguna untuk keluarga ini”

Lorena mengatupkan rahangnya dengan kuat, matanya mengekori kepergian ayahnya dari kamarnya, kemudian Timothy tiba-tiba berhenti sejenak di tengah ambang pintu dan menoleh ke belakang “Turunlah ke bawah pagi nanti, aku sudah siapkan pesta ulang tahun untukmu” 

“Nona Barnes?”

Tiba-tiba lamunannya menjadi buyar, Lorena menoleh ke samping kanan dan kirinya mencari suara itu berasal.

“Tolong angkat kepalamu, kau telah bersandar di pundakku selama 30 menit. Aku tidak ingin Tuan Voronkov mencurigaiku. Kau adalah calon istrinya. Tolong berhati-hatilah” bisik pria yang sebelah kanan Lorena yang mengenakan pakaian serba hitam.

Lorena menghela nafas dan memperbaiki posisinya, bokongnya terasa panas karena terlalu lama duduk diatas kursi mobil dan diapit dua orang pria asing.

“Apakah kita masih jauh?” tanya Lorena.

“Bersabarlah, kami akan memberitahukanmu ketika sampai disana” ucap pria lain yang duduk disamping pengemudi dengan ketus.

Lorena melemaskan pundaknya lalu bersandar pada kursi dan menghela nafas, ia tidak membenci ini tapi tidak menyukainya juga. Untuk sejenak ia bisa tenang tanpa mendengar hinaan dan cacian dari Evelyn atau ibu tirinya.

Ini sama saja seperti kabur dari kandang harimau, lalu terperangkap kandang singa.’ pikir Lorena.

Mobil itu melaju pelan, memasuki wilayah yang tersembunyi dan jauh dari penduduk. Jalan berbatu yang tidak terawat membuat mobil bergoyang-goyang, seperti sedang menari di atas permukaan yang tidak rata. 

Batu-batu kecil yang tersebar di jalan membuat suara gemuruh yang tidak enak didengar, seperti suara guntur yang jauh. Lorena berusaha mempertahankan badannya di dalam mobil agar tidak condong ke pria yang berada di sisi kanan dan kirinya.

‘Jalan menuju rumah pria itu sama mengerikannya dengan kepribadiannya’ gumam Lorena dalam hati bergidik ngeri.

‘Perjanjian apa yang dibuat ayah dengan pria bengis itu, hingga harus mengorbankan keluarga sendiri’.

Saat Lorena berdebat dengan pikirannya sendiri, ia melihat sebuah bangunan besar diujung bukit, ia menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas. ‘Sebuah mansion?’ pikirnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hatiku Tertawan Mafia Tampan   Bab 6 : Rahasia Dibalik Dinding Penuh Keangkuhan

    Dengan satu langkah pelan, Lorena menyelinap ke dalam ruang tersembunyi di balik rak buku itu. Udara di dalamnya lebih dingin—seperti ruangan yang telah lama tak tersentuh.Debu menggantung tipis di udara, dan aroma kayu tua bercampur dengan sesuatu yang lebih samar… seperti aroma parfum yang sudah lama memudar.Lorena meraba-raba dinding hingga menemukan saklar tua. Saat lampu kecil di langit-langit menyala redup, ia melihat bahwa ruangan itu bukan sekadar gudang. Ini adalah ruang pribadi. Tempat seseorang menyembunyikan bagian dari dirinya yang tidak bisa dibagi ke dunia luar.Di tengah ruangan, terdapat meja kayu besar penuh dengan tumpukan kertas, buku catatan, dan foto-foto usang. Di atasnya, satu bingkai foto pecah tergeletak miring, kaca depannya retak, tapi potret di dalamnya masih terliha

  • Hatiku Tertawan Mafia Tampan   Bab 5 : Siapa Dirimu?

    Lorena tetap berdiri di tempat saat Damian menghilang ke lorong lain. Suara langkahnya yang berat memudar perlahan, digantikan keheningan yang lebih menusuk daripada ancaman yang baru saja pria itu tinggalkan.Begitu suara itu benar-benar lenyap, bahunya merosot, dan seluruh kekuatan yang ia paksa bangun di depan pria itu runtuh dalam sekejap. Nafasnya terengah, matanya menatap lantai kayu gelap yang kini terasa seperti perangkap besar yang menelannya hidup-hidup.“Aku tidak bisa…” bisiknya lemah.Tapi dia harus. Karena menyerah berarti tenggelam dalam dunia ini—dan mungkin tidak akan pernah keluar lagi.Lorena mengangkat kepalanya perlahan dan mulai melangkah, tumit sepatunya menimbulkan ketukan samar di lantai kayu tua. Ia menaiki satu anak tangga, lalu berhenti, menyentuh pegangan besi hitam yang dingin. Tangga spiral ganda di depannya tampak seperti belalai ular yang siap membelitnya.Saat ia melangkah, suara halus terdengar dari samping:“Kalau kau terus menggigil seperti itu, ka

  • Hatiku Tertawan Mafia Tampan   Bab 4 : Perjanjian

    Lorena menatapnya dengan dagu sedikit terangkat, berusaha menyembunyikan ketakutan yang menggerogoti dadanya."Dan jika kau pintar…" suaranya terdengar lebih stabil dari yang ia kira, meski tangan di samping tubuhnya masih gemetar, "kau akan tahu bahwa tidak semua orang bisa kau kendalikan sesuka hati."Damian mengambil langkah lebih dekat, menutup jarak di antara mereka, tatapannya terkunci pada gadis itu dengan intensitas yang berbahaya.“Benarkah begitu, sayang? Kamu pikir kamu bisa melawanku, begitu?”Dia mengeluarkan tawa pelan, suara yang terdengar geli sekaligus mengerikan.“Aku akan menikmati mematahkan semangat kecilmu itu. Aku tidak suka wanita yang berusaha terlihat lembut dan penurut. Aku suka jika mereka memiliki sedikit perlawanan dalam diri mereka.”Dia mengulurkan tangan, membiarkan tangannya menelusuri pipinya, sentuhannya lembut dan posesif.Lorena menghela napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan debaran di dadanya. Jika melawan secara fisik mustahil, mungkin ia bi

  • Hatiku Tertawan Mafia Tampan   Bab 3 : Bermain Peran

    Damian mengangkat dagunya, memaksanya untuk menatapnya. Tapi alih-alih melawan, Lorena malah memejamkan matanya erat-erat, seolah dengan begitu, ia bisa mengabaikan keberadaan pria itu.“Aku bukan pembohong,” suaranya lirih, nyaris hanya bisikan.Damian mendengus kecil, nadanya meremehkan bercampur kepuasan.“Oh, tapi kau berbohong.”Ia mendekat lebih jauh, hingga nafasnya yang hangat menyapu telinga Lorena, meninggalkan jejak geli sekaligus mengintimidasi.“Aku bisa melihatnya dalam setiap tarikan nafasmu yang tersendat, mendengarnya dalam setiap kata-katamu yang goyah.”Jari-jarinya menyusuri pipi Lorena—sentuhan yang nyaris tak terasa, tapi justru itulah yang membuatnya begitu menusuk.“Kau memakai topeng, Barnes. Dan aku bisa melihatnya dengan jelas.”Lorena menggigit bibirnya, berusaha menenangkan debaran jantungnya yang menggila. Perlahan, ia membuka matanya, memberanikan diri untuk menatap pria yang kini begitu dekat dengannya.Dan saat matanya menangkap wajah Damian dengan jel

  • Hatiku Tertawan Mafia Tampan   Bab 2 : Pertemuan Pertama

    Lorena menatap bangunan megah di depannya, matanya membelalak dalam keterkejutan. Mansion itu berdiri angkuh dan berwibawa, lebih mirip istana dibandingkan rumah biasa. Fasadnya didominasi warna krem dan abu-abu, dengan sentuhan batu alam yang menambah kesan kokoh dan mahal.Bagian depan mansion dihiasi dengan jendela-jendela lengkung besar, membiarkan cahaya keemasan dari dalam menyemburat keluar, menciptakan bayangan yang dramatis di halaman. Pintu masuk utama menjulang tinggi, terbuat dari kaca hitam dengan aksen besi berukir, memberi kesan mewah sekaligus mengintimidasi.Atapnya berwarna hitam pekat, kontras dengan dinding terang di bawahnya, semakin menegaskan aura misterius dari tempat ini. Lampu-lampu kecil berjajar di sepanjang atap, menerangi mansion dengan cara yang halus tetapi tegas—seolah menunjukkan bahwa siapapun yang masuk harus tunduk pada kekuatan yang bersemayam di dalamnya.Di sekeliling mansion, pepohonan hijau tertata rapi, memberikan sedikit ilusi kedamaian yang

  • Hatiku Tertawan Mafia Tampan   Bab 1 : Kejutan Ulang Tahun

    Suara mesin mobil menderu tanpa henti di jalanan bebas hambatan, namun terasa sepi dan lambat bagi gadis yang baru saja menginjak usia 19 tahun bernama Lorena Barnes. Rambut coklatnya yang ikal terlihat kusut dan tidak beraturan karena ia secara tiba-tiba dijemput paksa oleh segerombolan pria yang mengenakan setelan serba hitam di kediamannya ketika ia sedang meniup lilin di atas kue ulang tahunnya.Ia memang sudah tahu hal ini akan tiba, ketika malam sebelum hari ulang tahunnya tiba-tiba ayahnya mengetuk pintu kamarnya berkali-kali dan ketukannya hampir terdengar putus asa untuk membangunkannya di tengah malam sebelum hari ulang tahunnya, gadis itu membuka pintu dengan semangat, namun bukannya kue ulang tahun dan terompet yang menunggunya di depan pintu.“Lorri, kita harus bicara” ucap Timothy Barnes, air mukanya terlihat gugup.Lorena menatap wajah ayahnya dengan bingung, dan menepi untuk membiarkan ayahnya masuk ke dalam kamarnya yang berukuran 2 x 3. Cukup ironis gadis itu harus t

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status