Share

Blue Moon Mission pt.1

Author: Olin Wu
last update Last Updated: 2021-07-22 12:25:55

15-07-2018

The Muse Museum, New York.

         “Seven,” panggil seorang pria berkumis dan berseragam pemadam kebakaran. Mereka berdua sedang menggantung di atas ketinggian dengan sniper di tangannya.

         “Sev! Sev! Seven! Dick sucker!” lanjutnya.

         Seven menggetok kepala partner-nya dengan kasar, “Apa kau bilang?”

         “Geez! Aku memanggilmu daritadi idiot! Turun ke bawah!”

         Seven dan Eight segera merenggangkan tali yang terikat pada pinggang sebagai penahan beban tubuh. Seven memecahkan kaca jendela Lantai 54 gedung museum yang sedang kebakaran dan masuk dengan gampangnya.

         Mereka bergegas melepas kaitan tali dan mengaktifkan mesin perekat otomatis ke dinding.

         “Seven, hati-hati,” tegur Eight menahan langkah Seven yang sembrono.

         “Are you crazy? Sekarang sedang kebakaran di lantai 31, there’s nobody here!” sanggah Seven melanjutkan langkahnya.

         Kedua pria berseragam pemadam kebakaran itu segera memasuki ruang instalasi pusaka langka untuk menemukan Blue Moon, permata biru 70 karat.

         “Finally!” seru Seven saat menemukan kotak kaca berisi target curian mereka.

         Eight bertugas menjaga pintu depan, sedangkan Seven bertugas mengeluarkan permata dari singgasananya. Seven mengikat pinggiran kotak dengan benang besi transparan yang telah dihubungkan dengan mesin aliran listrik berkekuatan tinggi.

         “Shock!” seru Seven seperti dokter saat memacu detak jantung pasien.

         “Shock! Shock!” serunya semakin keras dan menjadi-jadi.

         “Idiot! Berhenti membuat keributan!” pinta Eight yang gugup setengah mati.

         “Ahahaa little guts!” ejek Seven yang artinya orang bernyali kecil.

         Pinggiran kotak terkikis sedikit demi sedikit dan mengeluarkan serbuk kaca. Seven mempolesnya dengan minyak lalu meningkatkan kapasitas listrik. Butuh waktu lima menit untuk menembus kaca tebal lapisan pelindung pertama. Seven mengangkatnya dengan hati-hati.

         Sekarang tinggal satu lapis kaca lagi, kali ini menggunakan metode lain. Seven membungkus seluruh permukaan kaca dengan puluhan kantong icebags.

         Setelah menunggu beberapa saat, ia menghidupkan mancis dan membakarnya.

Cracckkk!

         Kotak kaca itu retak dan terbelah dua, lalu jatuh ke lantai.

Pranggg!

         “Jesus Christ! Berhenti bertingkah chipmunk!” rajuk Eight segera melapor pada ketua melalui walkie talkie-nya.

         “Halo 88994, mission success!” diawali dengan kode panjang di depan.

         Seven membungkus permata dengan kain sutra anti deteksi dan menyimpannya dalam kulit perut buncit buatannya. Mereka berdua bergegas keluar dari ruangan dan pergi menuju lokasi pendaratan pertama.

         Sialnya dua petugas FBI melihat mereka.

         “Hey pemadam kebakaran, what are you doing here?”

         Eight yang jarang turun ke lapangan langsung gemetaran dan kehilangan suaranya.

         “Just kami sedang mencari ruang kontrol fasilitas, barangkali kami bisa membuka pipa air gedung,” jawab Seven setenang mungkin.

         “Ow that’s right, we think the same!” sambut kedua petugas FBI itu.

         “Kalian berdua coba cek di sebelah kanan, dan kami akan cek di sebelah kiri.”

         “No no, kami cek di sebelah kiri saja,” tolak Seven karena tali kendaraan mereka terparkir di sana.

         Kedua petugas FBI itu saling bertukar pandangan sejenak, hingga akhirnya setuju dengan usulan mereka.

         “Hands Up!”

         Seven dan Eight terkejut, baru saja membalikkan badan dan pistol telah menghadap ke punggung mereka.

         “Sniper-nya sangat keren,” sindir salah satu petugas FBI itu.

         Seven dan Eight baru menyadari senapan bermuncung panjang dan berwarna merah mencolok sedang tergantung di ikat pinggangnya.

         Mana mungkin pemadam kebakaran membawa senapan pembidik kemana-mana. Mereka berdua terpaksa mengangkat tangan ke atas dan saling menatap.

         Dan—

         Dalam hitungan ketiga, mereka berdua berguling dan lari ke arah berlawanan.

***

[To be Continued....]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Explode.

    La Blonde adalah satu-satunya kafe bernuansa Asia di Italia. Aku tidak tahu mengapa kafe ini diberi nama kebarat-baratan. Yang jelas, semua pelayan disini menggunakan rambut palsu berwarna blonde. Kami memutuskan untuk mengawali hari dengan sarapan disini. "Simon, kau tidak sibuk hari ini?" tanyaku. "Praktekku buka mulai pukul sepuluh, jadi tidak usah terburu-buru. Santai saja," terangnya. "Apa yang ingin kau bicarakan? Katanya sangat penting?" "Joke memberitahuku bahwa kau mendapat surat ancaman, dan kau berusaha menyembunyikannya dari kami semua?" ungkap Simon. "Heol, apa-apaan anak itu? Hampir 90% ceritanya sudah diubah, Simon." Aku tidak berbohong. Toh, nyatanya aku memang tidak berusaha menyembunyikannya. Tapi, aku berpikir surat itu hanya keisengan seorang pengangguran atau haters yang ingin melihatku terpuruk. "Setelah kasus kakak beradik itu, kau tidak boleh menyepelekan hal apapun. Mungkin

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Openness?

    Amplop merah muda dengan ukiran mawar emas itu masih terlentang bebas di atas meja kerjaku. Aku tidak bisa fokus menciptakan rancangan selanjutnya. Kendati menyingkirkan benda itu, aku malah jatuh dalam kekesalan dan amarah yang tak dapat diuraikan. Bilson brengsek! Apa ia sungguh-sungguh menganggap perselingkuhannya dengan Chloe adalah hal yang patut dibanggakan? Selain memikirkan berbagai cacian dan makian menjijikan, aku juga tak habis pikir tentang perasaan Bilson pada wanita itu. Apa Bilson benar-benar mencintai Chloe? Aku terlalu percaya diri meyakini bahwa Chloe akan mendapat karma instan, karena Bilson pasti hanya menganggapnya sebagai mainan menarik untuk sesaat. Tapi, sekarang situasinya berbeda. Bilson akan menikahi Chloe, seperti yang tertulis di kartu undangan amplop merah muda, waktunya bulan depan. Tring.. Tring.. Aku menatap layar ponsel menyala, sebuah kata 'Ges

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Gold Rose Invitation.

    "Jadi, surat ini sudah Anda terima sebelum kasus terjadi?" "Benar." "Ya ampun, kenapa baru bilang sekarang?" "Aku benar-benar tidak ada keinginan untuk merahasiakannya sama sekali. Tapi, lihatlah surat ini, seperti omong kosong tak bermodal. Lihat saja, kertas yang digunakannya. Lagipula, yang diancamnya juga adalah aku," terangku. Tak sadar, volume suaraku semakin tinggi, Mr. Foster memberi isyarat dengan menempelkan ujung jarinya ke bibir. "Ya, apapun itu. Hal sekecil apapun sangat berguna dalam penyelidikan. Biarkan pihak kepolisian yang menilainya." "Aku benar-benar tidak mengerti. Bagaimana mungkin orang yang mengancamku berhubungan dengan kasus kematian Sarah?" "Aku sendiri juga tidak tahu, tapi tidak menutup kemungkinan keduanya saling berhubungan. Aku akan membawa kedua surat ini menemui atasanku dan melakukan tes sidik jari. Kami juga akan mencari tahu hal lainnya. Untuk itu, izinkan kami mengambil re

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Same questions.

    Mr. Foster langsung bisa dikenali dalam sekali pandang, karena ia selalu memakai setelan jas abu-abu dan topi. Ditambah tongkat perunggu berkepala naga yang selalu dibawanya kemana-mana. Sherlock Holmes! Benar, serupa tapi tak sama. "Maaf merepotkanmu, Ms. Joa." "Tidak masalah," jawabku datar. "Saya ingin memberikan beberapa pertanyaan perihal kasus Sarah Deelin, model majalah utama dari perusahaanmu." "Ya, silahkan." "Apa mendiang Sarah pernah menceritakan bagaimana kondisi keuangan keluarganya pada Anda?" tanya Mr. Foster sembari bersiap-siap untuk menulis di catatan kecilnya. "Detektif, sudah berapa kali kau menanyakan hal yang sama padaku? Aku sampai sudah hapal jawabanku." "Per.. permisi, apa Tuan dan Nona mau pesan?" sela seorang pelayan wanita. "Tolong, satu gelas kopi susu dingin. Anda mau pesan apa, Ms. Joa?" tanya Mr. Foster. "Teh oolong panas saja." Setelah pelayan wanita berp

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   The Letters.

    "Hei, sedang melamun apa?" Aku menatap Joke yang berwajah masam dengan alis menyeringai tajam ke arahku. "Singkirkan segala beban pikiran yang tidak berhubungan dengan pekerjaan dan rencana balas dendam." "Apa sih?" elakku. "Jangan-jangan kau masih kepikiran dengan sosok pria aneh yang berjanji akan menjagamu seumur hidupnya." Memang benar! "Joa, kau tidak pernah belajar dari kesalahan, ya? Aku sudah mengingatkanmu agar tidak terlalu terlibat dengan urusan luar. Sasaran kita hanya Bilson dan para pecundang itu." "Aku tahu, aku tahu." "Suruh kau merayu Bilson yang mata keranjang saja, kau tidak lulus," gerutu Joke sembari meneguk habis jus jeruk di gelasnya. "Siapa bilang tidak berhasil? Bahkan aku mendapatkan undangan perjamuan makan malam dari mereka." "Tapi, kau tidak pergi kan? Kau malah bersenang-senang dengan pria aneh itu sampai tidak tahu jalan pulang. Benar-benar keterlaluan." "Hei, kau

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   The Vespa in front of Us.

    Kami bertiga sedang duduk di lounge hotel bernuansa klasik dengan lampu gantung di setiap sudut. Anehnya, cahaya lampu membuat suasana di pagi menjadi sedikit redup. "Maafkan aku," ungkap wanita yang memakai blouse merah pekat, senada dengan warna wine yang kami pesan. "Ucapanku terdengar seperti sedang menuduh seseorang berbuat hal yang tidak-tidak," jelasnya lagi. "Tidak masalah, santai aja," balasku. "Aku harap kesalahanku tidak mempengaruhi hasil kerja sama diantara kalian," terang Chloe masih memasang wajah penuh harap. "Ya, kau tenang saja. Aku ini cukup profesional." "Sungguh terima kasih," tutur Chloe sembari menunduk. Kenapa orang ini sangat mencemaskannya? Apa Bilson telah menemukan titik lemahnya? Apa ini yang namanya karma instan? "Kalau begitu, aku permisi dulu." "Tunggu, Ms. Joa. Kami ingin mengundangmu makan malam bersama akhir pekan ini, apa memungkink

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status