Share

Count on You.

Author: Olin Wu
last update Last Updated: 2021-07-23 10:14:44

         Seven terbangun dalam keadaan tangan dan kakinya terikat pada kursi besi. Sebuah seatbelt menahan tubuhnya agar tetap bersandar dan dua kabel elektromagnetik menempel di kedua pelipis matanya.

         “Fuccckkkkk!”

         Seorang pria tertawa penuh kegilaan muncul dari kegelapan.

         “Seven, kau akan mati di tanganku hari ini HAHAHAHA. Nyalakan listriknya!”

Brzztt!

Brzzttt!

         Seven disetrum hingga kedua bola matanya sempat menghilang ke atas.

         “HAHAHAHA It’s very fun!”

         Seven mengambil napas dan berteriak, “Persetan denganmu! Masalah kita sudah selesai dua tahun yang lalu, hanya pecundang yang gemar mengungkit-ngungkit masa lalu!”

Brzzttt!

Brzzztt!

         “Right, that’s right! Kau bebas memakiku, tapi kau harus membayarnya dengan setruman listrik hingga ajal menjemputmu. Bagaimana? Apa kau setuju?”

         “Shit you!”

         “Seven, jika kau berani tidur dengan wanitaku dua tahun yang lalu, itu artinya kau tidak takut mati.”

         “Aku sudah bilang, aku tidak pernah menyentuh wanitamu. Aku dijebak!”

         “Sudah ada bukti tapi kau masih menyangkal. Aku membebaskanmu karena ancaman Paolo akan menghancurkan markasku, namun sekarang berbeda.”

         “Apa bedanya, sinting?”

         “Sekarang ketua mafia Death Wish secara khusus memintaku untuk membunuhmu.”

         Seven tidak menyangka Denado adalah dalang di balik semua ini, namun ia telah memprediksinya jauh hari.

         One dan Three tewas tiga bulan lalu dalam sebuah misi, Six menghilang di malam tahun baru sedangkan Two ditemukan meninggal di villa pribadinya.

         Denado Wilde, si pria licik yang benci dan iri dengan kedelapan anak angkat Paolo, diam-diam menyusun rencana menggelikan untuk menyingkirkan mereka satu persatu.

         “HAHAHA tikus got itu,” hina Seven tanpa berkedip.

         “Aku suka berbicara denganmu tentang keburukan orang lain. Kita adalah partner gibah yang cocok,” sindir Blanco, ketua organisasi Black Cat.

         “Aku tidak suka berbicara denganmu, mulutmu bau busuk hahahaha,” hina Seven lagi.

Brzztt!

Brzzztt!

         “HAHAHAHA kau sangat lucu. Kau sudah tidak sabaran untuk mati, huh?” sindir Blanco lagi.

         Air liur Seven sudah membanjiri sekitaran mulutnya. Kepalanya mulai kesemutan dan matanya mulai melihat kabut awan yang menutupi pandangannya.

         “Aku sangat penasaran, bagaimana rasanya surga,” sahut Seven dengan pasrah. 

         “Baiklah, sudah cukup. Now it’s time for execution!” ungkap Blanco dengan riang gembira.

         Blanco mulai bersenandung ringan lagu Kill Bill berjudul The Whistle Song. Iramanya kacau balau dan terdengar seperti lagu pembuka untuk drama komedi keluarga. Seven tertawa terbahak-bahak sambil disetrum hingga mulutnya berbusa.

         Sebuah kegilaan luar biasa sedang berlangsung dalam ruangan itu.

         “Awas!” teriak salah satu bodyguard penjaga pintu.

        “Granat! Granat!” teriak Blanco panik sembari melarikan diri.

        Eight segera mencabut kabel listrik dan membantu Seven bangun.

        “Eii~~ght~~ to~long~~ tam~tampar~ a~ku,” pintanya dengan suara gemetaran. Eight tidak tahu harus tertawa atau menangis, ia segera melakukan sesuai perintah partner-nya.

        Sepanjang pelarian, Eight terus melemparkan granat di sepanjang jalan. Tak peduli apakah peledak itu berfungsi atau tidak. Seven tertawa terbahak-bahak saat melihat tak ada satupun granat yang meledak sedari tadi, hanya mengeluarkan asap saja.

        “Ei~ght~~ mu~musuh ki~kita i~i~di~iot! Ha~ha~ha,” ledeknya.

        “Seven, kau sudah seperti orang gila sekarang. Tolong jangan membuatku ikut gila juga,” pinta Eight berusaha menahan rasa takutnya.

        Eight bukanlah seorang pemberani, mungkin karena ia adalah si bungsu. Ia selalu dipasangkan dengan Seven saat bertugas sehingga tanpa disadari, mereka telah menjadi partner sehidup semati. Eight juga tidak mahir dalam bertarung atau menembak.

        Ia hanya bisa melumpuhkan musuh dari jarak dekat dengan menyuntikkan cairan mematikan atau menusuk jantungnya, sehingga Eight kalah telak jika melawan lebih dari 5 orang.

        “Ei~ght, I~know, I~can~count~on~you,” sahut Seven lalu pingsan.

        I know, I can count on you=Aku tahu aku bisa mengandalkanmu.

***

[To be Continued...]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Explode.

    La Blonde adalah satu-satunya kafe bernuansa Asia di Italia. Aku tidak tahu mengapa kafe ini diberi nama kebarat-baratan. Yang jelas, semua pelayan disini menggunakan rambut palsu berwarna blonde. Kami memutuskan untuk mengawali hari dengan sarapan disini. "Simon, kau tidak sibuk hari ini?" tanyaku. "Praktekku buka mulai pukul sepuluh, jadi tidak usah terburu-buru. Santai saja," terangnya. "Apa yang ingin kau bicarakan? Katanya sangat penting?" "Joke memberitahuku bahwa kau mendapat surat ancaman, dan kau berusaha menyembunyikannya dari kami semua?" ungkap Simon. "Heol, apa-apaan anak itu? Hampir 90% ceritanya sudah diubah, Simon." Aku tidak berbohong. Toh, nyatanya aku memang tidak berusaha menyembunyikannya. Tapi, aku berpikir surat itu hanya keisengan seorang pengangguran atau haters yang ingin melihatku terpuruk. "Setelah kasus kakak beradik itu, kau tidak boleh menyepelekan hal apapun. Mungkin

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Openness?

    Amplop merah muda dengan ukiran mawar emas itu masih terlentang bebas di atas meja kerjaku. Aku tidak bisa fokus menciptakan rancangan selanjutnya. Kendati menyingkirkan benda itu, aku malah jatuh dalam kekesalan dan amarah yang tak dapat diuraikan. Bilson brengsek! Apa ia sungguh-sungguh menganggap perselingkuhannya dengan Chloe adalah hal yang patut dibanggakan? Selain memikirkan berbagai cacian dan makian menjijikan, aku juga tak habis pikir tentang perasaan Bilson pada wanita itu. Apa Bilson benar-benar mencintai Chloe? Aku terlalu percaya diri meyakini bahwa Chloe akan mendapat karma instan, karena Bilson pasti hanya menganggapnya sebagai mainan menarik untuk sesaat. Tapi, sekarang situasinya berbeda. Bilson akan menikahi Chloe, seperti yang tertulis di kartu undangan amplop merah muda, waktunya bulan depan. Tring.. Tring.. Aku menatap layar ponsel menyala, sebuah kata 'Ges

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Gold Rose Invitation.

    "Jadi, surat ini sudah Anda terima sebelum kasus terjadi?" "Benar." "Ya ampun, kenapa baru bilang sekarang?" "Aku benar-benar tidak ada keinginan untuk merahasiakannya sama sekali. Tapi, lihatlah surat ini, seperti omong kosong tak bermodal. Lihat saja, kertas yang digunakannya. Lagipula, yang diancamnya juga adalah aku," terangku. Tak sadar, volume suaraku semakin tinggi, Mr. Foster memberi isyarat dengan menempelkan ujung jarinya ke bibir. "Ya, apapun itu. Hal sekecil apapun sangat berguna dalam penyelidikan. Biarkan pihak kepolisian yang menilainya." "Aku benar-benar tidak mengerti. Bagaimana mungkin orang yang mengancamku berhubungan dengan kasus kematian Sarah?" "Aku sendiri juga tidak tahu, tapi tidak menutup kemungkinan keduanya saling berhubungan. Aku akan membawa kedua surat ini menemui atasanku dan melakukan tes sidik jari. Kami juga akan mencari tahu hal lainnya. Untuk itu, izinkan kami mengambil re

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Same questions.

    Mr. Foster langsung bisa dikenali dalam sekali pandang, karena ia selalu memakai setelan jas abu-abu dan topi. Ditambah tongkat perunggu berkepala naga yang selalu dibawanya kemana-mana. Sherlock Holmes! Benar, serupa tapi tak sama. "Maaf merepotkanmu, Ms. Joa." "Tidak masalah," jawabku datar. "Saya ingin memberikan beberapa pertanyaan perihal kasus Sarah Deelin, model majalah utama dari perusahaanmu." "Ya, silahkan." "Apa mendiang Sarah pernah menceritakan bagaimana kondisi keuangan keluarganya pada Anda?" tanya Mr. Foster sembari bersiap-siap untuk menulis di catatan kecilnya. "Detektif, sudah berapa kali kau menanyakan hal yang sama padaku? Aku sampai sudah hapal jawabanku." "Per.. permisi, apa Tuan dan Nona mau pesan?" sela seorang pelayan wanita. "Tolong, satu gelas kopi susu dingin. Anda mau pesan apa, Ms. Joa?" tanya Mr. Foster. "Teh oolong panas saja." Setelah pelayan wanita berp

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   The Letters.

    "Hei, sedang melamun apa?" Aku menatap Joke yang berwajah masam dengan alis menyeringai tajam ke arahku. "Singkirkan segala beban pikiran yang tidak berhubungan dengan pekerjaan dan rencana balas dendam." "Apa sih?" elakku. "Jangan-jangan kau masih kepikiran dengan sosok pria aneh yang berjanji akan menjagamu seumur hidupnya." Memang benar! "Joa, kau tidak pernah belajar dari kesalahan, ya? Aku sudah mengingatkanmu agar tidak terlalu terlibat dengan urusan luar. Sasaran kita hanya Bilson dan para pecundang itu." "Aku tahu, aku tahu." "Suruh kau merayu Bilson yang mata keranjang saja, kau tidak lulus," gerutu Joke sembari meneguk habis jus jeruk di gelasnya. "Siapa bilang tidak berhasil? Bahkan aku mendapatkan undangan perjamuan makan malam dari mereka." "Tapi, kau tidak pergi kan? Kau malah bersenang-senang dengan pria aneh itu sampai tidak tahu jalan pulang. Benar-benar keterlaluan." "Hei, kau

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   The Vespa in front of Us.

    Kami bertiga sedang duduk di lounge hotel bernuansa klasik dengan lampu gantung di setiap sudut. Anehnya, cahaya lampu membuat suasana di pagi menjadi sedikit redup. "Maafkan aku," ungkap wanita yang memakai blouse merah pekat, senada dengan warna wine yang kami pesan. "Ucapanku terdengar seperti sedang menuduh seseorang berbuat hal yang tidak-tidak," jelasnya lagi. "Tidak masalah, santai aja," balasku. "Aku harap kesalahanku tidak mempengaruhi hasil kerja sama diantara kalian," terang Chloe masih memasang wajah penuh harap. "Ya, kau tenang saja. Aku ini cukup profesional." "Sungguh terima kasih," tutur Chloe sembari menunduk. Kenapa orang ini sangat mencemaskannya? Apa Bilson telah menemukan titik lemahnya? Apa ini yang namanya karma instan? "Kalau begitu, aku permisi dulu." "Tunggu, Ms. Joa. Kami ingin mengundangmu makan malam bersama akhir pekan ini, apa memungkink

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status