Satu hal yang pasti, Sinar tidak mungkin menyukai dua pria dalam satu waktu. Ia menolak suapan dari atasannya yang masih terus menyuapinya. "Saya nggak enak karena udah mengotori kemeja anda, Pak Sam. Maaf,"
Pria dengan lensa mata berwarna coklat kehitaman itu menatap Sinar sekali lagi. "Aku kan udah bilang enggak apa-apa, hanya saja sepertinya aku begitu baju ganti deh,"
Aduh! Sinar sama sekali tidak memiliki pakaian ataupun kemeja yang sesuai badan Sam Malik. Ah, ia ingat! Bukankah ia membawa hoodie yang kebesaran untuk jaga-jaga seandainya udaranya dingin.
Akhirnya Sinar pun bangkit dan mengambil sesuatu dari kopernya. "Sebenarnya saya tidak memiliki apa pun yang bisa anda pakai, tapi sepertinya ini cocok atau saya pesankan dari layanan kamar?"
Tanpa diduga, pria bernama Sam langsung membuka kemejanya yang tadi tersemprot bubur yang sudah ditelan oleh Sinar dan langsung memakai hoodie tersebut. Siapa sih yang nggak jantungan lihat roti sobek pr
Benar apa kata Gebby kemarin, ternyata Sam Malik adalah pria yang terbiasa mengincar wanita cantik yang sedang tidak memiliki hubungan dengan siapapun. Beruntung Sinar sudah menyadarinya saat berpapasan dengan pria itu yang sedang menggoda Vanya di lift."Sekarang udah tahu kebenarannya kan? Lagian nih ya, gak ada pria tampan yang benar-benar baik kalau berpapasan dengan wanita cantik. Vanya itu aktris yang sedang naik daun, jelaslah atasan kita langsung oleng dan lu kalah jauh, Sinar.""Ya maaf, doain aja gue bisa ketemu sama jodoh gue."Ini adalah hari terakhir Sinar di Sumba, mungkin nanti malam atau besok keberangkatan menuju Bandung. Ia sudah tak sabar untuk bertemu dengan si kembar."Lu itu sebenarnya udah hampir deket banget sama jodoh lu, cuma ya nggak lu sadarin aja sih. Gue lagi bete tahu, dari semalam Yudis sama sekali nggak bisa dihubungi. Awas aja kalau di sana dia punya gebetan baru!"Sinar hanya mengumbar senyum lalu kembali m
Sinar meyakini kalau Gebby dan Yudis pasti sekarang sedang mengajak si kembar ke hotel agar dirinya bisa berduaan dengan Arya di pantai. Pantai ini memang sepi karena lokasinya yang agak sulit dijangkau oleh wisatawan."Tapi kamu pasti juga kedinginan, kemeja kamu aja tipis begini," Sinar agak kaget karena refleks menyentuh lengan Arya dan menyadari kalau lengan pria itu sangat mantap dan kokoh.Ia harus segera menyingkirkan otak gilanya yang merespon baik pada lengan milik Arya Sagara."Aku terbiasa hidup di Bandung dan sering naik gunung waktu muda, cuma kayak gini udah biasa banget, Sinar."Baiklah, Sinar tak perlu merasa bersalah karena memakai tuksedo milik pria yang rela menyusulnya ke Sumba. Tentu pria itu akan bertingkah so sweet agar Sinar luluh hanya kepadanya. Tatapan mereka bertemu lagi, dan ini sudah kedua kalinya jantung Sinar berpacu kencang. Ya Tuhan, tolong kuatkan iman."Sepertinya mulai
Arya memang sudah berjanji akan membahagiakan Sinar juga si kembar selama di Sumba. Seperti sekarang, setelah mendapatkan menu yang akan dijadikan menu makan malam, Arya memanggil salah satu pelayan untuk memesankan sesuatu. Cinta, udah terima. Kenapa gak sekalian aja bikin Sinar tambah baper sejatuh-jatuhnya?"Pesan apalagi sih? Jangan minum di sini, ada anak-anak.""Enggak, Sayang. Aku gak perlu itu karena malam ini aku sudah mabuk kepayang karenamu."Gebby yang mendengar gombal receh lima ratusan dari Arya ingin mengeluarkan lagi minumannya yang barusan diteguknya. Ini mereka kesambet setãn di pantai apa ya?Diliriknya si kembar yang hanya bersantai, sambil menunggu makanan mereka datang. Ah, kalau dilihat-lihat sih Aksara dan Arya memang setipe. Cuek, banyak akal juga cerdas. Meskipun nanti posisi Arya adalah ayah sambung, tapi bagi Gebby pria itu jauh lebih berkualitas daripada si Bagas yang doyan selangkangãn doang.Setelah maka
Jodoh, maut, dan usia tak ada yang tahu. Arya bahkan pernah menganggap hidupnya dipenuhi kutukam karena terlalu sering menolak banyak wanita dengan alasan tak cocok.Tapi siapa sangka, kalau ternyata jodohnya malah dekat dan pernah dijaga temannya terlebih dahulu."Kamu percaya takdir gak? Aku kayak belum percaya aja ternyata wanita yang selama ini aku cari adalah kamu."Saat ini Arya dan Sinar tengah melihat si kembar yang asyik bermain anak kucing yang sering muncul di sekitar hotel."Kadang percaya kadang enggak. Aku gak meragukan keadilan Tuhan ya, tapi ya takdir gak bisa diterka-terka. Kenapa tiba-tiba bahas yang berat?""Gak tahu, pingin aja. Kamu nganggep aku orangnya gimana sih?""Banyak yang bilang kamu orangnya serius. Inget gak, waktu kemarin sebelum aku ke Sumba. Kamu gak sengaja nyium aku, kupikir kamu menganggapnya angin lalu."Wajah Sinar langsung memerah. Ingatan tentang Arya juga kecupan singkat di ruang baca membuatn
Hati Sinar dag-dig-dug tak karuan. Tepat setelah hara-huru pernikahan mantan suaminya selesai, ia dihadapkan oleh ajakan dari Arya."Kamu yakin mau memperkenalkanku dengan orang tuamu? Yeah, aku gak pede, Mas.""Apa yang membuatmu berpikir seperti itu? Apakah aku terlalu kecepetan? Hanya perkenalan singkat, Sayang. Gak akan ada apa-apa di sana. Oke? Ayahku gak ikut karena beliau memang jarang ada di Jawa."Sekali lagi Sinar memastikan penampilannya benar-benar layak dijadikan calon pendamping. Ia melirik ke arah si kembar, keduanya pun nampak tegang. Sepertinya mereka paham akan ke mana kali ini.Dari Bandung ke Bogor tak memakan waktu lama, hanya satu jam perjalanan. Riani memang sudah tak sabar bertemu dengan wanita yang disukai putranya.Begitu sampai di halaman rumah utama, Sinar sempat dikagetkan karena basement utama dipenuhi jejeran mobil mewah."Mas Ar," panggilnya sekali lagi. Bahkan Sinar lebih gugup daripada saat sidang perceraian
Setelah pulang dari rumah calon mertuanya, hati Sinar makin mantap untuk mempercepat proses lamaran. Bahkan Rinjani dan Senja sama kagetnya saat dikabari kalau Sinar akan melangsungkan pernikahan sebulan yang akan datang."Ibu kamu asik banget ya, jiwanya muda dan gak pernah memberatkan masalah. Kalau boleh tahu kenapa beliau cerai?"Sambil berbelok, Arya sedikit membuka jendela mobil. Baginya lebih enak udara langsung daripada AC mobil.Pria itu menoleh ke arah Sinar, menunjukkan deretan gigi putihnya. "Ayah pernah menikah dengan seorang wanita dan mereka gak akur. Ya gitu deh, saling salah-salahan. Ibuku orangnya gak mau ribet dan memilih ngalah.""Sesimpel itu?"Arya mengangguk. Baginya, Riani Asmara adalah sosok ibu yang paling keren di dunia. "Tapi orang tuaku akur kok, statusnya aja yang gak bisa dipersatukan. Mau tanya apalagi? Gak kepo aku punya mantan berapa kan?"Kalau soal itu, Sinar memilih sadar diri. Pria setampan Arya pasti pu
Kehadiran Arya ternyata sangat berpengaruh terhadap tingkah laku si kembar. Mereka selalu saja menanyakan keberadaan Arya setiap pria itu tidak mampir ke rumahnya selama dua hari."Ayah Arya kan juga bekerja, Ara. Gak bisa setiap hari ke sini, bunda juga lagi sibuk untuk undangan persiapan pernikahan. Katanya kalian sayang sama Bunda, jangan bandel dong!"Namanya anak-anak pasti maunya diturutin dan tidak bisa diganggu gugat. Arya sudah mengambil hati si kembar, membuat mereka nyaman dan bahkan sudah memanggil pria itu dengan sebutan ayah Arya sejak dekat dengan Sinar.Bagi si kembar, Arya adalah pria penyayang, tidak pelit, tidak pernah membentak bunda juga perhatiannya selangit. Mereka lebih nyaman dengan Arya ketimbang Sariti.Meskipun sama-sama memiliki posisi orang tua sambung tetapi keduanya bertolak belakang sifatnya. Karena Sariti sudah menunjukkan sikap ketidaksukaannya terhadap si kembar, padahal saat menjadi pembantu mereka dekat si gundik.
Atas kesepakatan bersama, akhirnya Sinar mempersetujui usulan ibu Arya untuk mempercepat proses lamaran. Ia harus segera ke Jakarta demi menyambut calon mertua di rumah orang tuanya.Yang paling aneh baginya adalah Arya hendak mengantarkannya ke ibu kota, tapi tentu Sinar tak setuju karena akan membuat pria itu riwa-riwi Bandung-Jakarta berturut-turut."Kamu gak harus repot-repot nganterin aku, Mas. Aku benar-benar bisa sendiri. Lagian kan besoknya kamu ke Jakarta lagi?"Arya tetap bersikukuh pada kegigihannya. Ia tak mau terjadi apa-apa di sepanjang perjalanan. Bagaimanapun juga, Sinar adalah wanita yang sendirian bepergian apalagi dengan si kembar."Harus ikut pokoknya. Nanti kalau kamu dibegal gimana? Diculik? Dimutilasi? Ah, aku gak bisa tenang cuma diam aja di rumah."Hadeh, sikap parno Arya hanya membuat Sinar menahan tawa. Lagi pula, selama ini perjalanan Sinar setiap pulang ke Jakarta aman jaya sentosa. Tak pernah mendapat musibah, semoga s