Share

Hidden Prince
Hidden Prince
Penulis: ilmalaila22

Chapter 1 - Kabur dari Istana

  Alam semesta ini pada dasarnya mengembang dan tidak memiliki ujung maupun tepi. Kita sama sekali tidak tahu seperti apa kehidupan nan jauh di luar sana. Apakah memang ada kehidupan selain di bumi?

 Apa pun bisa menjadi mungkin bila Yang Maha Kuasa berkehendak. Hanya saja perlu untuk diingat bahwa ini hanyalah sebuah kisah fiksi belaka.

 Sebuah kisah fiksi yang bisa membawamu untuk menjelajah alam semesta yang luas tanpa ujung. Jadi, mari kita mulai saja dari kisah Rumi, seorang pangeran dari Kerajaan Matahari.

 Matahari adalah tempat yang sangat panas dan penuh dengan api. Itu adalah pemikiran kita selama ini. Namun, tidak di tempat kelahiran Rumi.

 Kerajaan Matahari yang menjadi tempat Rumi tinggal adalah sebuah kerajaan yang memiliki hamparan keindahan yang tidak terkira. Ada banyak bunga dan pepohonan. Tentu saja, ciri khas dari Kerajaan Matahari ini memiliki banyak sekali pohon sakura berwarna kuning hampir di setiap tempat.

 Bagaimana dengan para penduduknya? Tentu saja mereka hidup sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Kebanyakan penduduk berkerja di tambang solar.

 Kau pikir ini gila? Tentu saja tidak. Kerajaan Matahari adalah kerajaan penghasil solar terbesar yang hasil sumber energinya ini akan didistribusikan ke seluruh negeri yang ada di tata surya.

 Ya, sedikitnya itulah cerita tentang Kerajaan Matahari. Sekarang kita kembali pada Rumi.

 Laki-laki muda berambut merah dengan manik mata berwarna hijau emerald ini tengah menghela napas sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Jengah.

 “Aku memang seorang pangeran, tapi bukan berarti aku tidak memiliki kehidupanku sendiri,” ujar Rumi sambil mengkerutkan keningnya. Dirinya teramat kesal setelah sebelumnya berbicara dengan ayahnya.

 Berada dalam pengawasan setiap waktu memang menyebalkan. Itulah yang dirasakan oleh Rumi saat ini. Statusnya sebagai seorang pangeran dari kerajaan Matahari membuatnya dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan. Dari mulai ilmu pengetahuan, ilmu sihir, table manner, dan tentunya bela diri.

 “Sepertinya akan seru kalau bisa keluar dari tempat ini,” kata Rumi setengah menghela napas. Sorot matanya menangkap burung kecil yang sedang hinggap di sebuah pohon berdaun kuning yang berada tepat di depan jendela kamarnya.

 “KWAAK.” Tiba-tiba saja terdengar suara gagak yang cukup nyaring. Membuat Rumi bertanya-tanya. Dari mana arah suara itu? Tentunya suara itu bukan berasal dari burung kecil yang sedang hinggap di pohon.

 Tidak butuh waktu lama bagi Rumi untuk menerka, seekor burung gagak sudah bertengger di bingkai jendela kamarnya yang terbuka. Cincin putih yang ada di kaki kiri gagak terlihat berkedip karena terkena sinar matahari. Bukan hanya itu, ada sebuah gulungan kertas yang diikat di kaki kanan sang gagak.

 Hanya dengan sekali lihat, Rumi tahu betul siapa pemilik burung gagak berbulu hitam yang ada di hadapannya saat ini. Dia adalah Leonardo, seorang pangeran dari kerajaan Saturnus. Teman masa kecil Rumi saat dirinya sedang belajar seni bela diri di tempat latihan yang sama.

 “Mau apa dia?” tanya Rumi heran. Dia pun mengambil gulungan kertas yang ada di kaki sang gagak dan membacanya.

**

 Dari : Leonardo

 Untuk : Rumi

 Aku saat ini sedang ada di kota Charon yang ada di kerajaan Pluto. Makanan di kota ini cukup lezat, kamu harus mencobanya. Di kota ini juga ada banyak sungai beraliran deras yang cukup menantang, konon katanya di dasar sungainya ada banyak batu ruby. Kemarilah, jangan terus duduk di kasurmu.

 Ini alamatku,

 Jalan Erebos no.21 Kota Charon

 Kerajaan Pluto Pusat

**

 Rumi tertegun saat membaca pesan yang dikirimkan oleh Leonardo. Bagaimana mungkin Leonardo bisa ada di Kerajaan Pluto? Apakah dia kabur dari istana Saturnus? Batin Rumi bergemuruh. Sedari dulu Leonardo memang selalu melakukan segala hal yang dia mau. Itu juga yang membuatnya sering mendapatkan hukuman dari ayahnya. Raja Saturnus.

 “Sebaiknya aku juga pergi atau tidak ya?” tanya Rumi pada dirinya sendiri. Dirinya mencoba untuk menimbang baik-buruknya ajakan Leonardo.

 “Kwak,” suara sang gagak seolah memaksa Rumi untuk segera memberikan jawaban.

 Rumi berdehem. Dirinya sama sekali tidak pernah pergi ke Kerajaan Pluto. Apakah dirinya harus meminta izin pada ayahnya agar diantar oleh pelayan? atau pergi seorang diri layaknya seorang anak yang kabur dari rumahnya?

 Hmm.. Sepertinya pilihan yang kedua boleh juga, batin Rumi sambil menyunggingkan senyumannya. Sebuah senyuman yang menyimpan makna terselubung.

 Tanpa banyak berpikir lagi, Rumi pun segera menulis surat balasan untuk Leonardo. Dirinya akan segera pergi ke tempat Leonardo berada. Kerajaan Pluto.

 “Sekarang kau pergilah,” ujar Rumi setelah mengikatkan suratnya dengan pita biru di kaki kanan sang gagak.

 “Kwaak.” Tidak berselang lama, Burung gagak itu pun pergi terbang ke tempatnya semula.

 Burung gagak milik Leonardo bukanlah burung gagak biasa, tapi burung gagak yang bisa menciptakan portalnya sendiri di ketinggian tertentu untuk berpindah ke wilayah lain yang ada di tata surya.

 Rumi menghela napas, sebenarnya mengirim surat lewat gagak itu terlalu kuno. Mereka bisa bertukar informasil lebih cepat dengan kemampuan sihir telekomunikasi mereka. Hanya saja, kemampuan ini rawan disadap oleh orang yang memiliki pendengaran yang sangat tajam.

 Bila Leonardo menggunakan gagak, itu sama artinya kalau Leonardo sedang kabur dari istana. Rumi bisa menebaknya dengan sangat jelas.

 Antara dirinya dengan Leonardo, orang yang paling suka berbuat onar adalah Leonardo. Meski begitu, persahabatan mereka tetap awet.

 Apa yang mesti aku bawa ke sana? Batin Rumi bertanya-tanya. Dirinya belum pernah sekalipun kabur dari istana.

 “Apa pun itu, aku bisa membelinya di sana,” ujar Rumi sambil mengeluarkan sebuah kartu payment dari dalam laci kecil. Sebuah kartu payment khusus yang bisa digunakan untuk membayar segala kebutuhan Rumi.

 Seluruh kerajaan di tata surya sudah mengenal apa yang namanya perbankan. Sistem mata uangnya pun diseragamkan. Sudah tidak lagi menggunakan sistem barter.

 Apakah di alam semesta ini hanya ada satu tata surya saja? Tentu saja tidak. Dalam satu galaxy saja terdapat banyak sekali tata surya. Selain tata surya Matahari, ada tata surya Alfa Centauri, Sirius, UY Scuti, R123a1, Vega, Betelgeuse, Antares, dan Rigel.

 Setiap tata surya terdiri dari banyak kerajaan. Hukum Galaxy mengatur kalau nama dari tiap sistem tata surya itu diambil dari kerajaan terkuat yang ada di sana. Tiap tata surya juga memiliki mata uang yang berbeda.

 Di kehidupan Rumi sudah banyak teknologi yang berkembang, tapi kemampuan sihir dan element tetap menjadi prioritas utama. Teknologi hanyalah pelengkap saja. Terlebih karena tidak semua orang memiliki kemampuan sihir yang sama.

 Kembali lagi pada Rumi. Setelah mengambil kartu payment dan memasukkannya ke dalam tas kecil, Rumi kemudian bergegas mengganti bajunya. Dia memakai baju yang tidak terlalu menonjolkan simbol kemewahan kerajaan. Lebih tepatnya kemeja polos berbahan polo.

 Setelah memakai tas kecil dan jubah berwarna hijau tua, Rumi pun bergegas keluar dari kamarnya lewat jendela. Dirinya lekas mengendap-endap menuju taman belakang istana yang memiliki altar tersembunyi.

 Sebuah altar yang bisa membawa Rumi pergi ke mana pun selama dirinya bisa membayangkan atau memikirkan tempatnya dengan detail. Beruntung saja Leonardo sudah memberikan alamat yang cukup detail.

 Rumi mengatur napasnya sebelum kemudian menggunakan kemampuan sihirnya. Ukiran simbol sihir yang ada di sekeliling altar pun bercahaya. Hanya dalam hitungan detik, Rumi pun sudah berpindah tempat ke Kerajaan Pluto.

 “Jalan Erebos no.21 Kota Charon, kerajaan Pluto Pusat,” lirih Rumi saat dirinya sudah muncul di gang kecil dekat sebuah rumah bernomor 21. Ada seekor gagak hitam yang bertengger di jendelanya. Seekor gagak yang mengantarkan suratnya.

 Pasti itu tempatnya, batin Rumi. Segera saja dia bergegas menuju pintu dan mengetuknya. Tidak butuh waktu lama, pintu pun terbuka.

 “RUMI!” Leonardo menyambut Rumi dengan semangat. Segera saja Leonardo menarik Rumi ke dalam rumah dan mengunci pintunya.

 “Akhirnya kau datang juga, Rumi!” seru Leonardo dengan sebuah senyuman lebar yang menghiasi wajahnya. “Masuklah.”

 Rumi menoleh ke kanan dan ke kiri saat masuk ke dalam ruangan. Ukurannya tidak mencapai setengah dari kamar Rumi. Perabotan yang ada di dalam ruangan juga terlihat sangat sederhana.

 “Di kota ini ada banyak makanan lezat. Aku sudah mempersiapkannya untukmu, tada!” Leonardo membuka kedua tangannya lebar ke arah meja makan.

 Leonardo sudah yakin kalau Rumi akan datang dengan cepat, jadi dirinya sudah mempersiapkan berbagai makanan khas kota Charon yang ada di Kerajaan Pluto.

 “Sepertinya enak,” ujar Rumi saat melihat sepiring kentang goreng dengan lumeran keju dan potongan daging dengan saus pedas sebagai topingnya. Mengalihkan perhatiannya dari kondisi ruangan.

 “Cobalah pizza ini, kau belum pernah kan memakan toping tahu tandoori,” kata Leonardo sambil menunjuk piring pizza kemudian duduk di kursinya.

 “Baiklah.” Rumi pun duduk di kursi yang ada di sebrang Leonardo. Dia sebenarnya heran kenapa Leonardo begitu santai saja hidup di tempat yang sangat berbeda jauh dengan istana.

 “Sudahlah, makan saja!” seru Leonardo seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Rumi.

 Rumi tertawa. Dia kemudian mencicipi pizza yang ada di meja dan juga mencoba makanan yang lain.

 “Tart ini juga sepertinya lezat,” kata Rumi sambil mengambil sebuah kue kering berbentuk mangkok kecil yang berisi krim dari campuran mentega, gula, dan telur.

 “Masih banyak makanan lezat yang lain, tapi untuk sekarang kita makan saja semua ini sebelum pergi ke sungai,” ujar Leonardo bersemangat. Matanya yang berwarna orange tampak lebih berkilauan.

 “Pergi ke sungai? Mau apa?” tanya Rumi sedikit tidak percaya karena dirinya baru saja sampai di kota Charon.

 “Hey, hey. Aku ini sahabatmu. Aku tahu kalau kau itu pengendali api,” kata Leonardo.

 “Terus, apa hubungannya? Kau pikir aku tidak bisa bertahan di air, hah?” Rumi sedikit tersinggung.

 “Bukan begitu, kau perlu tahu kalau Kerajaan Pluto ini sebagian besar diisi oleh sungai dan lautan. Terkadang muncul polar night yang membuat suhu jauh lebih rendah berkali-lipat dari suhu sekarang. Aku tidak ingin tekanan udaranya membuat kesadaranmu hilang saat kita berarum jeram nanti,” jelas Leonardo sambil menatap Rumi dengan sorot mata seriusnya.

 “Baiklah, aku tidak masalah dengan arum jeram. Memangnya kapan polar night?” tanya Rumi penasaran.

 Leonardo menggeleng sambil menyeringai, “aku tidak tahu, aku bukan penduduk asli sini.”

 “Heh.” Rumi mengerutkan keningnya mendengar perkataan Leonardo. Teman kecilnya ini memang tidak jarang menyebalkan.

 “Oh ya, aku harap kau tidak mengatakan pada orangtuamu kalau kau pergi ke sini,” ucap Leonardo sambil mengambil sepotong pizza.

 “Memangnya kau tidak bilang pada orangtuamu juga?” tanya Rumi. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah diketahui dengan jelas apa jawabannya.

 “Terakhir kali aku kabur, ayahku memotong uang sakuku. Semoga sekarang dia tidak akan membekukan kartu payment milikku,” ujar Leonardo dengan sedikit terkekeh.

 “Lantas kau sekarang bagaimana? Biasanya kau tidak pernah merespon surat ajakanku untuk kabur.” Leonardo menatap Rumi dengan penuh penasaran.

 Rumi menghela napasnya. “Aku jenuh. Ayahku juga ingin menikahkanku dengan orang yang ditentukannya. Padahal aku tidak ingin menikah dengan orang yang tidak aku cintai.”

 “Wow, wow, woaaaaa.” Leonardo cukup histeris mengdengar perkataan Rumi. Bagaimana mungkin seorang Rumi yang masih muda dan seumuran dengannya sudah memikirkan tentang pernikahan.

 “Apa-apaan reaksimu ini? Mau aku bakar?” tanya Rumi sedikit tersinggung. Mereka berdua pun tertawa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status