Share

Chapter 2 - Arum Jeram Duo Pangeran

 “Luar biasa sekali,” ucap Rumi dengan sorot mata berbinar melihat track sungai yang sangat panjang dan bercabang. Dia pun dapat melihat wilayah Kerajaan Pluto yang memang sebagian besar diisi oleh air sungai yang bermuara ke lautan luas.

 Meski sudah berada di tengah hari, tapi suasana di wilayah Kerajaan Pluto tidaklah terik nan panas, tapi justru cenderung berawan karena hanya mendapatkan sedikit paparan energi solar dari Kerajaan Matahari yang menjadi pusat Negeri Tata Surya Bima Sakti. Membuat mata siapa pun tidak akan silau saat melihat ke langit.

 “Sudah kubilang apa,” kata Leonardo sambil memberikan sebuah pelampung pada Rumi.

 “Ya, kau benar. Suhu udara di tempat ini juga sangat dingin. Tidak sehangat di Kerajaan Matahari,” ucap Rumi sambil memakai pelampungnya.

 “Jangankan di tempatmu, di Kerajaan Saturnus saja tidak sedingin ini,” ujar Leonardo.

 Kerajaan Saturnus adalah penghasil gas terbesar di negeri tata surya. Meski tidak selalu mendapatkan paparan energi solar yang cukup dari Kerajaan Matahari, tapi mereka mampu membuat suhu udara hangat dengan memanfaatkan sumber daya gas yang ada. Selain itu, cenderung teduh karena kebanyakan penghuninya mampu menggunakan element tanah untuk membuat bangunan dengan ventilasi udara yang sangat bagus. Termasuk diri Leonardo sendiri.

 “Kau bilang di dasar sungai ini terdapat banyak ruby, dari mana kau tahu?” tanya Rumi penasaran.

 Ruby adalah sebuah batu permata berharga yang berwarna merah. Dari mulai merah muda hingga merah darah. Memiliki nilai jual yang cukup tinggi, sama berharganya seperti batu safir, zamrud, dan intan.

 “Bukannya aku sudah menulis kata konon katanya di suratku?” elak Leonardo. Dirinya memang hanya sebatas mendengar dari warga sekitar. Tidak benar-benar tahu kepastiannya seperti apa.

 Rumi berdehem. “Hmmm... bisa jadi bawah sana mungkin terdapat pulau manusia ikan, haha,” ujar Rumi. Seusai memakai pelampungnya, ia pun melakukan pemanasan dengan menggerakkan badannya ke kanan dan ke kiri.

 “Pulau manusia ikan? Kau pikir ini wilayah Kerajaan Neptunus?” sindir Leonardo dengan kening yang mengkerut. Dia ikut melakukan pemanasan bersama Rumi.

 “Iya, iya, aku tahu kok kalau Kerajaan Pluto berbeda dengan Kerajaan Neptunus.”

 Bila Kerajaan Pluto dibandingkan dengan Kerajaan Neptunus, maka Pluto jauh lebih baik karena masih memiliki banyak pulau. Hampir seluruh daerah di Kerajaan Neptunus berisi air, jadi tidak heran bila di sana terdapat pulau manusia ikan di bawah laut.

 “PERGI!” seru seorang perempuan dengan suara yang cukup tinggi. Seketika saja obrolan Rumi dan Leonardo terhenti. Mereka pun melirik ke sumber suara yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka berada.

 “Pergi dariku! Sudah kubilang aku tidak ingin bersamamu,” ujar seorang perempuan berambut merah muda dengan bola mata berwarna biru. Dia terlihat terganggu oleh seorang laki-laki yang usianya tidak terlalu jauh dengannya.

 “Luna, kau akan menyesal bila menolakku!” ujarnya kesal.

 “Aku tidak peduli, enyahlah. Aku bukan perempuan murahan seperti yang kau pikirkan selama ini.” Perempuan bernama Luna itu pergi. Namun, laki-laki yang mengejarnya terlihat tidak ingin menyerah dan masih mengikutinya.

 “Sudah, abaikan saja. Itu bukan urusan kita,” ujar Leonardo sambil menepuk pundak Rumi.

 “Kau benar, mereka bukan urusan kita.” Angguk Rumi.

 Tidak berselang lama, seorang kakek tua yang ada di tempat penyewaan alat-alat arum jeram melambaikan tangannya pada Leonardo. Seketika saja Leonardo menarik Rumi untuk menghampiri sang kakek.

 “Ayo ke sana, sebentar lagi giliran kita,” ujar Leonardo dengan senyuman lebar yang menampakkan gigi putihnya.

 “Kita akan memakai pemandu?” tanya Rumi penasaran. Sedikit khawatir bila kakek yang melambaikan tangannya pada Leonardo adalah sang pemandu arum jeram mereka. Bagaimana mungkin seorang kakek tua bisa mengimbangi hobi dua anak muda yang merupakan pangeran dari kerajaan kuat?

 “Tentu saja tidak, kau meragukan kemampuan kita? Bukankah sejak dulu kita berdua sudah pernah berlatih olahraga ini?” bantah Leonardo.

 Rumi hanya menyunggingkan bibirnya. Dia dan Leonardo memang sudah banyak saling mengenal. Terlebih saat berada di tempat pelatihan eksklusif khusus para pangeran dan bangsawan muda terpilih.

**

  Di tempat lain, ayah Rumi yang bernama Muazzam terlihat kesal setelah mengetahui kalau Rumi tidak berada di kamarnya.

 “Apa yang sedang dilakukan Rumi? Pergi ke mana dia,” ujar Raja Muazzam sambil memutar jemarinya pada tatakan telepon. Dia memang sudah terbiasa menggunakan jaringan telekomunikasi. Tidak berselang lama, komunikasi pun langsung terhubung dengan seorang raja dari Kerajaan Saturnus yang bernama Valentino.

 Raja Valentino: Hey, hey, hey, sudah lama kau tidak menghubungiku. Bagaimana kabarmu, Azzam?

 Raja Muazzam: Belum juga satu bulan kita berjumpa, kau sudah bilang lama?

 Raja Valentino: Kalau begitu ada apa? Anakmu hilang?

 Raja Muazzam: Tepat sekali, apa Rumi ada di sana?

 Raja Valentino: Jangankan Rumi, anak kurang ajarku saja tidak ada di istana.

 Raja Muazzam: *menghela napas*

 Raja Valentino: Sudahlah biarkan saja, kau tinggal menghukumnya kalau mereka sudah kembali.

 Raja Muazzam: Hah? Pantas saja anakmu Leonardo terus berbuat ulah, kau sendiri dengan mudahnya berkata seperti itu.

 Raja Valentino: Lantas mau apa lagi? Mereka bisa menjaga dirinya sendiri. Tidak usah terlalu dimanjakan. Biarkanlah saja mereka dengan dunia masa mudanya. Mereka harus bisa bertanggungjawab dengan kehidupannya.

 Raja Muazzam: Kau benar. Sepertinya aku terlalu memanjakan Rumi.

 Raja Valentino: Kalau ini pertama kalinya anakmu kabur, paling juga cepat atau lambat kau akan mendapatkan sinyal bantuan darinya. Kau tunggu saja sambil minum teh.

 Raja Muazzam: Baiklah, akan aku lakukan saranmu itu.

 Tidak berselang lama, sambungan telekomunikasi pun terputus. Raja Muazzam menghela napasnya sambil bersandar di kursi megahnya. Berharap apa yang dikatakan oleh Raja Valentino benar adanya. Rumi bisa menjaga dirinya sendiri.

 Raja Muazzam mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. Selama ini Rumi cenderung terlihat senang bersyair dan menggeluti sastra seperti dirinya. Kehebatan keluarga kerajaan dalam bersyair membuat Kerajaan Matahari menjadi kerajaan yang harmoni dengan segala sumber daya alam yang ada. Terutama sumber daya solar yang didistribusikan ke seluruh negeri di tata surya.

 Tidak pernah sekalipun terpikirkan kalau Rumi akan pergi tanpa kabar. Namun, semuanya sudah terjadi.

**

 Kembali pada Rumi dan Leonardo di wilayah Kerajaan Pluto. Mereka berdua berpamitan pada sang kakek yang juga penjaga hulu sungai tempat awal berarum jeram.

 “Berhati-hatilah, nak. Beberapa hari lagi akan ada Polar Night, tekanan air dan suhu sekarang pastinya akan semakin naik,” ujar sang kakek. Dia memang selalu memberikan banyak petuah dan saran pada semua orang yang datang. Terlebih pada Leonardo.

 “Siap, kek. Terimakasih banyak,” ujar Leonardo yang sudah ada di atas perahu karet bersama Rumi.

 “Terimakasih nasehatnya,” ucap Rumi sambil tersenyum.

 Sang kakek mengangguk sambil tersenyum melihat Leonardo dan Rumi. Dia mengenal Leonardo sebagai anak yang cukup bersemangat dan cukup merepotkannya ketika pertama kali datang. Dan sekarang Leonardo tidak berarum jeram seorang diri, ada Rumi yang menemaninya.

 “Kau sudah siap?” tanya Leonardo dengan wajah cerahnya.

 “Ya.” Angguk Rumi.

 Tidak berselang lama, Rumi dan Leonardo pun mulai mendayung perahu dan memulai kegiatan arum jeram mereka. Gemericik air dan derasnya air sungai membuat mereka bersemangat.

 Biasanya arum jeram dilakukan secara berkelompok dengan jumlah orang lebih dari 4 orang termasuk instruktur. Namun, Rumi dan Leonardo tidak membutuhkan hal itu. Kekuatan mereka jauh lebih besar ketimbang penduduk biasa di luar kerajaan.

 Rumi dan Leonardo tertawa-tawa saat mereka menyusuri sungai yang alirannya deras penuh batuan besar dan terkadang seperti air terjun yang menukik. Membuat adrenalin mereka terpacu dan melupakan segala stress juga beban pikiran mereka selama ini.

 Sesampainya di hiilr sungai, Rumi dan Leonardo memutuskan untuk terus mendayung hingga sampai ke laut. Mereka ingin memancing ikan sambil menikmati senja.

 “Aku yakin di sekitar sini pasti ada banyak ikan yang bisa kita tangkap,” ujar Leonardo sambil menekan sebuah rol seukuran jari telunjuknya yang kemudian memanjang membentuk sebuah alat pancing serbaguna.

 “Semoga,” kata Rumi semangat.

 “AAAAAAAAACK!” Terdengar suara teriakan janggal yang membuat Rumi dan Leonardo terkesiap kaget.

 Sebuah teriakan dari seorang perempuan berambut merah muda yang dulu pernah mereka lihat dikejar-kejar seorang laki-laki. Perempuan bernama Luna.

 “Dia tenggelam!” Rumi terbelalak saat melihat Luna yang semakin tenggelam di air. Tanpa pikir panjang, Rumi pun melepaskan helm dan pelampungnya sebelum kemudian terjun menyelam ke air.

 “RUMI?!” Leonardo terhenyak. Dia lupa belum mengatakan kalau di sekitarnya saat ini terdapat palung yang cukup curam dan dalam.

 “Rumi?! Kau jangan gila!” teriak Leonardo. Dia khawatir kalau Rumi akan terseret masuk ke dalam palung. Leonardo tahu dengan jelas kalau Rumi adalah seorang pengendali element api. Bila Rumi terlalu lama berada di dalam air, terlebih dengan tekanan air yang sangat besar dan dingin bisa membuat nyawa Rumi melayang.

 “Heeei, heeeei!” Seorang penduduk terlihat berseru pada Leonardo. Membuat Leonardo bertanya-tanya ada apa.

 “Pergi dari sana, arus samudra sedang kencang. Jangan berenang! Kau bisa tertarik masuk ke dalam palung!” teriaknya. Seketika saja jantung Leonardo seolah berhenti berdetak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status