Beranda / Rumah Tangga / Hidupku Setelah Merebut Suami Orang / Kejadian Saat Meninggalkan Istri Pertamanya

Share

Kejadian Saat Meninggalkan Istri Pertamanya

last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-15 23:16:22

"Bang, kamu mau pergi ke mana? Kenapa semua pakaian di lemari dikemas?"

"Kamu tidak perlu tahu aku pergi ke mana Mai!"

Sherin yang tengah tiduran di kamar kaget mendengar suara keras yang berasal dari kamar orang tuanya. Gegas dia beranjak dari pembaringan lalu mengintip dibalik pintu kamar Agung dan Maisaroh.

"Kenapa? Kenapa aku nggak boleh tahu? Apa kamu pergi dengan perempuan itu? Iya, Bang? Kenapa kamu diam, Bang?"

"Kalau iya, kenapa? Ada masalah?"

"Jadi kamu lebih milih perempuan itu, begitu, iya, Bang?"

"Kalau iya, kenapa? Toh Dia lebih cantik darimu. Dia lebih kaya darimu, Fatma! Lihatlah dirimu sekarang, keriput di mana-mana. Hutang berserakan di bank, dengan tetangga, dengan rekan kerjamu, dan siapa lagi? Banyak! Aku nggak sanggup hidup dengan penuh lilitaj hutang dan punya istri seperti kamu!"

"Tapi ... itukan karena kamu tidak mempunyai pekerjaan tetap, Bang. Coba kamu ingat, berapa kali aku modalin kamu untuk buka usaha. Kenyataannya apa? Gagal 'kan? Kamu minta motor aku belikan. Apalagi yang kurang dari diriku, Bang?"

"Dia cantik? Kamu lupa, Bang? Aku juga jauh lebih cantik dari perempuan yang kamu bela sekarang ini.

"Itu dulu? Sekarang lihat? Sangat jauh berbeda jika disandingkan dengan diriku. Aku masih segar, tampan, rupawan, dan sangat memikat.

"Oh! Silakan, Bang! Silakan pergi dengan perempuan yang kau banggakan itu! Kupastikan dia akan mengalami dengan apa yang kualami sekarang!"

Plak!

"Jaga mulutmu, Maisaroh! Dia tidak akan sama nasibnya denganmu. Dia akan ku buat lebih bahagia!"

Terdengar tamparan yang begitu keras, Sherin anak kedua hasil pernikahan Agung dan Maisaroh bergegas keluar dari persembunyian.

"Ayah! Cukup! Kalau Ayah memang tidak mencintai ibu. Silakan pergi! Tidak perlu Ayah menampar Ibu seperti itu. Tidah perlu membanggakan perempuan itu di depan, Ibu! Puaskan hidup Ayah dengan wanita yang dipuja itu!"

"Dasar anak kurang ajar!" Tangan kanan Agung mengudara, hampir saja mendarat di pipi Sherin, tapi dicekal Maisaroh dengan cepat.

"Biarkan, Bu. Biarkan Ayahku sendiri yang menamparku. Ini sakitnya belum seberapa dari besi gesper yang pernah melekat di tubuhku. Belum seberapa dengan sakit hatiku saat ini."

"Kenapa berhenti?! Tampar saja aku, Ayah! Tampar!"

"Aaarrrggghhh ... didik anakmu biar tahu sopan santun. Bagaimanapun aku adalah ayahnya! Tidak berhak dia berkata kasar padaku seperti itu!"

Agung menyeret kopernya dengan kasar, sedangkan Sherin dipeluk erat Maisaroh mereka menangis bersama. Tak lupa Agung membanting pintu yang sudah reot sebelumnya.

Bagaimana tidak, pintu ini sudah mulai lapuk, karena Agungx Maisaroh dan ketiga anaknya tinggal di rumah berbahan kayu peninggalan warisan almarhum orang tua Maisaroh.

"Aku benci dia, Bu. Benci!"

"Sherin, bagaimana pun dia Ayahmu, tidak sepantasnya kamu bersikap seperti itu, Nak. Apa selama ini, Ibu pernah mengajarimu bersikap seperti itu?"

"Bu, aku sudah tidak tahan dengan sikap Ayah. Tapi ..."

Sherin menyeka kasar setiap bulir bening yang masih berjatuhan di pipi. "Ibu nggak perlu menahan lelaki seperti Ayah. Cukup mempertahankan dia selama ini."

"Nak, jangan ngomong seperti itu."

"Bu, dengarkan aku sekali ini saja. Jikalau ibu masih menangisi Ayah, lebih baik aku pergi dari rumah ini!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hidupku Setelah Merebut Suami Orang    Ending

    Part 21Perut Bianca semakin besar, apalagi akan memasuki kandungan 7 bulan. Namun, seiringan dengan perut yang membesar, wajah Bianca pun tampak menjijikkan.Awalnya hanya muncul beberapa titik jerawat, kecil-kecil, lalu tanpa disadari jerawat yang muncul malah semakin besar dan berisi cairan putih."Ini jerawatnya makin hari makin banyak, teman-teman juga mulai geli jika berpapasan denganku," ucapnya saat mematut diri di depan cermin. Dia meraba wajahnya yang tak glowing dan cerah lagi."Apa karena aku berhenti memakai skincare selama hamil?" tanyanya berbisik.Saat bekerja, teman yang biasanya bertegur sapa, satu per satu menghindar. Apalagi saat menikmati makan siang."Heh kamu, jangan duduk di sini, sana pindah tempat, liat wajah kamu bikin kita j1j1k dan terasa mau muntah," usir salah satu karyawan yang tengah menyantap hidangan makan siangnya. Meja terlihat penuh, hanya satu kursi saja yang kosong. Dan, Bianca tak punya pilihan lain."Kalau nggak suka, cabut aja, pindah aja ke

  • Hidupku Setelah Merebut Suami Orang    Kayak Orang Berantem Saja!

    Rumah yang menjadi saksi bisu selama ini sudah tinggal kenangan. Rumah yang sudah dia huni selama 6 tahun, berakhir dengan cara seperti ini. Untung sebelum rencana mau pindah, Bianca sudah membayar DP rumah kontrakan terbaru yang rencananya akan dia tempati bersama Agung. Untung dia belum memberi tahu apa-apa soal rumah kontrakan baru itu pada Agung. Jadi dia akan aman, karena Agung tidak akan bisa menemuinya di kota Batam yang lumayan luas ini."Lebih baik aku pergi dengan cara seperti ini, daripada harus mendengar rayuan busuk kamu, Mas! Hidup saja dengan jalangmu yang baru. Aku tidak sudi menderita terlalu jauh dengan kamu. Biarlah sendiri daripada hidup dengan manusia berbentuk buaya tak punya hati seperti kamu," gumamnya.Bianca sengaja membawa seluruh barang miliknya termasuk milik Agung bukan untuk kenangan. Namun, supaya Agung tidak punya baju ganti lagi. Kalaupun ada pasti dia akan pusing membeli yang baru. Bianca juga tidak mempermasalahkan motor yang dibawa Agung motor seco

  • Hidupku Setelah Merebut Suami Orang    Mencurigakan Sekali

    Lantunan suara azan dari Masjid yang tak jauh dari kontrakan tak mampu membangunkan Agung yang masih berdengkur ditambah orokannya yang keras. Ya, wajarlah masih terlelap, tidak ada yang membangunkannya, belum lagi semalam dia pulang sudah pukul 04.00 subuh.Usai makan sate mereka malah berkeliling batu aji, padahal Anggia sudah janji dengan adik sepupunya, diingkari demi memenuhi permintaan Agung seperti anak kecil merengek. Kalau pulang ke rumah jam segitu jalanan pasti sepi, otomatis tak akan mencurigakan sekalipun Bianca berboncengan dengan Agung sampai ke halaman kontrakan.Bianca sengaja tidak mengunci pintu rumah, agar tidurnya yang payah tidak terganggu. Dan juga, pagi tadi sebelum berangkat memilih bungkam, apakah sudah bulat tekadnya untuk berpisah dengan laki-laki yang belum genap dua bulan menjadi suaminya itu?***Kawan sejawat Maisaroh juga datang menjenguk ke rumah sakit. Sekalipun hanya kepala sekolah yang di dampingi keluarga yang masuk, melihat bagaimana kondisi Mais

  • Hidupku Setelah Merebut Suami Orang    Maaf, ya!

    "Bi ... kita masuk aja dulu, yuk. Nanti pas istirahat siang ngobrol lagi. Kamu banyak istighfar, biar Allah selalu lindungin kamu. Apalagi sekarang kamu lagi hamil muda. Rentan banget itu, jangan sampai kamu kelewat stres, bisa berdampak buruk buat kesehatan dan si jabang bayi. Kasihan dia, dia nggak salah juga.""Iya, Fe. Pas istirahat aja lanjutin ngobrolnya, lagian aku mau nanyain sesuatu juga sama kamu. Tapi nanti ajalah.""Iya," sahut Fera, dia mengangguk paham serta mengusap-usap punggung Bianca. Fera paham apa yang dirasakan Bianca saat ini, dan sebisa mungkin dia berusaha menenangkan Bianca dengan caranya sendiri tanpa terlalu jauh masuk ke ranah privasi Bianca."Fe ... aku, minta maaf, ya, atas sikapku sama kamu beberapa hari belakangan ini.""Iya, aku nggak apa-apa. Kita masuk dulu, kamu fokus kerja dulu, ya. Nanti kita bahas, ya," tutur Fera agak berbisik."Mbak, mau masuk apa tidak ni. Kalau tidak, saya kunciin, nih," kode Pak Satpam. Memang tidak ada lagi karyawan lain ya

  • Hidupku Setelah Merebut Suami Orang    Kenapa Menangis?

    "Nggak tahu lah, aku malas ngomongin Bianca. Mending kita bahas yang lain aja."Anggia dan Agung asyik mengobrol sembari menghabiskan sepiring sate dan segelas teh obeng. Agung memang punya niat lain pada Anggia, seperti ingin memiliki, tapi Anggia bukan perempuan yang mudah masuk perangkap. Orang seperti Agung hanya sebagai guyonan semata baginya.***Di kondisi lain, tampak bertolak belakang yang terjadu. Bianca masih saja menangisi Agung, lelaki yang sama sekali tidak peduli dengan keadaannya, apalagi tengah hamil muda. Jangankan Bianca, Maisaroh yang tidak sadarkan diri saja, Agung tidak peduli. "Ya Allah, apa ini hukuman untukku. Apa ini hukuman karena aku mengambil milik orang lain dengan caraku sendiri. Menyakiti perempuan lain demi kebahagiaanku sendiri. Ya, awalnya aku merasa bahagia karena Mas Agung begitu pandai memanjakan aku dengan caranya. Hingga aku lupa siapa dia, tanpa pikir panjang akan akibat kedepannya," gumamnya di sela isak tangis yang mendera."Tapi aku tidak s

  • Hidupku Setelah Merebut Suami Orang    Kecelakaan? Jangan Sampai Pulang!

    "Dari jualan lah darimana lagi. Kamu kenapa sih, aku pulang malah marah-marah. Suami pulang itu disambut, disediain minum. Aku capek seharian jualan malah begini.""Jualan? Yakin kamu pergi jualan?" tanyaku tak percaya."Muak juga aku lama-lama. Dicurigain terus mau-nya apa, sih?""Aku nggak bakalan curiga kalau kamu-nya nggak gatel sama perempuan lain. Jangan salahin aku, kamu duluan yang mulai!"Dering ponsel Mas Agung berbunyi dia dengan cepat merogoh dari dalam saku celananya."Halo, Nti. Kenapa?"Nti? Siapa lagi itu? Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan lewat sambungan telepon."Apa? Mama kecelakaan? Kenapa bisa? Sama siapa?"Apa? Mbak Maisaroh kecelakaan? Tapi tunggu, kenapa anak-anak Mas Agung bisa tahu nomor dia yang baru? Apa jangan-jangan? Aku memilih dia mendengarkan dengan seksama."Haa? Sama Fandy? Terus?"Jadi Mbak Maisaroh kecelakaan sama Fandy? "Mas ... Mas ... loudspeaker-in," bisikku pada Mas Agung. Rasa penasaranku sudah tidak terbendung."Di ICU?""Halo, Pa. I

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status