Share

His Evil Brother (Indonesia)
His Evil Brother (Indonesia)
Penulis: Dewanu

Dendam Saudara Tiri

"Kenapa masih ada orang yang perduli meskipun kau sudah mati?" ujar seorang pria berkacamata di sebuah sudut pemakaman.

Fien Clark mengawasi gadis bertudung hitam yang sering datang mengunjungi Erick Davis di pemakamannya. Erick telah tiada sepuluh hari yang lalu, sebuah kemenangan besar yang tak terduga bagi Fien Clark.

Ya, Fien Clark mencapai kemenangan dengan menguasai beberapa distrik pengolahan wine di Kanada, dua buah garmen di Washington dan sebuah perusahaan besar perdagangan kosmetika yang menguasai hampir empat puluh persen pasar Eropa. Bintang seolah jatuh di ujung kakinya tanpa harus susah payah meraihnya di atas langit.

Semua aset Erick Davis total menjadi milik Fien Clark setelah kematian Erick Davis, lebih tepatnya karena seseorang telah membunuhnya.

Fien Clark terus mengawasi gadis itu yang tersedu sendirian. Melihatnya menangis dalam beberapa saat, Fien menjadi marah. 

"Lihatlah, kenapa ada orang yang menangis karena kau pergi? Aku tak menyukainya, Erick. Kenapa semua orang selalu mencintaimu, bahkan setelah kau di dalam tanah?" Fien terus bergumam. Ia membenci Erick Davis, saudara tirinya itu. 

Fien berbeda ibu dengan Erick.  Akan tetapi Fien Clark adalah putra dari istri pertama ayahnya. Dan Erick adalah putra dari istri kedua. Kedua ibu mereka telah diceraikan Tuan Fernandez karena ketahuan selingkuh. 

Erick lebih muda darinya, akan tetapi kemampuannya dalam banyak hal tidak bisa diremehkan. Itulah sebabnya Fien merasa minder karena sering diremehkan ayahnya dan bahkan orang-orang di sekitarnya. Ia sangat membenci Erick dan memiliki sifat dendam yang selalu meletup di dadanya dari waktu ke waktu.

Setelah gadis itu pergi, Fien tersenyum smirk. Berjalan mendekati pusara dan melihat rangkaian bunga yang ditinggalkan gadis itu. Fien mengambil sebuah kartu yang ada pada rangkaian bunga tersebut, terselip diantara bunga edelweis yang dijuluki bunga abadi.

~Erick & Alya~

"Jadi kau bernama Alya?" gumamnya dengan cibirannya.

"Kenapa aku merasa tak asing dengan nama ini?"

Fien berusaha mengingat nama yang mungkin terlintas di kepala, barang kali ia ingat wajah pemilik nama tersebut.

"Erick, kurasa gadismu kesepian sekarang ini, hmm? Sayang sekali kau membuatnya menderita dan menangis? Ha ha ha," tawanya pecah menakutkan.

Ujung sepatunya menginjak kartu yang di bacanya tadi dengan memutarnya kuat di atas tanah, dimana kartu tersebut bertuliskan nama Erick dan Alya.

"Bagaimana menurutmu? Apakah aku harus menghiburnya juga? Ahh, bagaimana kalau dia tak mau? Haruskah aku memaksanya?" Fien tertawa lagi. "Benar juga, sebagai rasa terima kasih, seharusnya aku menghibur pacarmu itu."

Fien sedang meluapkan semua kekesalannya di pusara Erick. Ia sangat kesal karena meskipun ia telah mendapatkan seluruh harta Erick, orang tetap memandangnya sebelah mata.

Seperti kejadian semalam dimana beberapa temannya berkumpul, ia mendengar percakapan mereka dari balik tirai.

"Aku masih ragu dengan kemampuan Fien, dia hanya penerus yang payah," kata Freddie saat itu berbicara dengan dua teman pria dan juga dua teman wanitanya.

"Benar juga, perusahaan ini pastinya akan hancur di tangan Fien karena sebenarnya Fien hanya pecundang beruntung. Aku tahu Fien sangat payah seperti yang kau bilang," Sherly menimpali.

"Ayolah kawan, kita adalah teman Fien. Bagaimanapun kita harus mendukungnya. Itu bukan urusan kita, toh kita hanya bersenang-senang bukan?"

"Hmm, benar juga. Itu samasekali bukan urusan kita."

"Ah, padahal aku sangat jatuh hati dengan Erick yang ganteng itu, ternyata dia sudah pergi meninggalkanku, aku sungguh tak percaya ini," kata Anne sedih yang sebenarnya ucapan itu sangat menyakiti Fien Clark yang mendengar percakapan mereka diam-diam. Anne adalah gadis yang paling disukai Fien Clark, ia senang berdekatan dengan gadis itu. Tapi sekarang ia tau Anne mendekatinya karena Erick.

Mengingat itu hati Fien sedih. Ia selalu menjadi orang yang tersisihkan dan tak pernah dipercaya. Bahkan seorang gadis yang ia yakini menyukainya ternyata menyukai saudara tirinya.

Fien Clark terluka, kecewa bahkan setelah kematian Erick Davis.

*

Alice menggigit ujung jarinya karena gelisah. Ia belum bisa melupakan kejadian malam naas yang menewaskan kekasihnya. Ia melihat seseorang mendekati mobil Erick malam itu, ya, ia melihat pria bertopi mendekati mobil Erick saat ia berkunjung ke kafe tempatnya bekerja.

Sayangnya, tak ada kamera pengawas yang bisa merekam kejadian itu karena sudah pasti pelaku sempat merusak terlebih dahulu kamera dimana Erick sering memarkirkan mobilnya. Sangat mungkin pelakunya adalah orang yang sudah merencanakan hal itu sejak lama.

"Kau belum pulang?" tanya Violet melihat Alice Greyson masih mengawasi area parkiran seorang diri.

"Vio, kenapa orang membunuh seseorang?" ujarnya kepada sahabatnya.

"Hmm, beberapa faktor sih. Dendam, wanita atau uang. Apakah belum ketemu siapa pelakunya?"

Alice menggeleng. "Beberapa petunjuk mengarah pada saudara tirinya, tapi tak ada satupun bukti yang menunjukkan bahwa dia adalah pelakunya. Polisi tak menemukan apapun untuk membuktikan dia pelakunya."

"Ayo kita pulang, ini sudah malam Al, semua sudah berlalu dan polisi juga sudah berusaha mencarinya. Kau akan mengacaukan dirimu sendiri.

Lagipula, kenapa saudara tirinya berbuat semacam itu, mungkin itu hanya dugaan orang Al. Aku dan saudara tiriku juga tak pernah ada masalah," terang Violet.

"Entahlah, Erick sering mengeluh karena  tak akur. Akan tetapi sebenarnya Erick sangat menyayangi saudara tirinya itu karena dialah saudara satu-satunya. Bahkan yang paling mengejutkan adalah Fien mewarisi seluruh kekayaan Erick karena sebuah surat wasiat."

"Surat wasiat?"

"Ya, Erick seperti mendapatkan firasat buruk sehingga ia sudah menulis wasiat dalam beberapa hari yang lalu."

"Ini sangat aneh. Erick masih muda, bagaimana mungkin ia berpikir menulis surat wasiat?"

Alice tak mengerti. Bahkan Erick tak menunjukkan apapun tentang firasat tersebut.

Mereka mengobrol sambil terus berjalan, hingga tak terasa sudah sampai di dekat rumah kost yang tak jauh dari kafe dimana mereka bekerja.

Terlihat seorang pria berjas hitam menunggu langkah mereka.

"Nona Alice Greyson?" tanya pria tersebut.

"Benar, saya adalah Alice. Adakah yang bisa saya bantu Tuan?"

"Saya Ferguson, pengacara Tuan Erick. Tuan Erick meninggalkan ini untuk Anda," kata pria itu menyerahkan sebuah kotak kecil untuk Alice.

"Apa ini?"

"Ini adalah kartu debit dan juga kartu kredit yang bisa Anda gunakan dengan bebas sampai kapanpun," kata Ferguson.

Violet membelalakkan matanya mendengar apa yang telah Ferguson katakan. Berbeda dengan Alice yang tak bergeming.

"Maafkan Tuan, saya tak bisa menerima ini," ujarnya lemah. Alice merasa tak pantas menerima semua itu. Ia tak berhak menerimanya.

Ferguson tersenyum mengerti.

"Nona, saya tidak punya wewenang untuk menerima kembali kartu ini. Tugasku hanya menyampaikan pesan dan wasiat dari mendiang, maaf." 

Setelah mengatakan hal itu Ferguson benar-benar meninggalkan Alice yang masih tertegun.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status