Alice tak akan muncul lagi di hadapan Fien Clark. Ia sudah bertekad karena ia mengkhawatirkan dirinya sendiri. Bagaimanapun Erick telah tiada, sementara berdekatan dengan Fien semakin menyulut emosinya. Ia berjalan pulang menuju jembatan di dekat sungai Cameron. Baginya tempat itu membuatnya lebih tenang dan bersyukur.
Berada diantara orang-orang yang membutuhkan membuatnya merasa berharga, daripada berada di sekeliling orang seperti Fien Clark yang bergelimang harta. Sehingga memandang sesuatu selalu seperti sampah tak berguna.
Ia berjalan santai dan menikmati udara malam yang tidak terlalu dingin. Memandang langit yang bertaburan bintang dan cahaya bulan menerangi langit. Suasana seperti ini akan lebih indah dilihat di atas jembatan sungai Cameron.
Alice menatap hulu sungai yang bergerak lambat. Kilauan cahaya bulan seperti permata diantara derak riak air yang mengalir. Alice sungguh tersenyum dan terhibur karenanya.
Fien Clark yang melihatnya men
"Tuan Fien Clark, kompensasi sebesar itu tidak relevan untuk seorang koki dan babu sepertiku," kata Alice memrotes lembaran kontrak kerja di tangannya. Ia mengibas-ngibaskan lembaran tersebut di depan Fien."Kenapa tidak? Mempekerjakan orang asing masuk ke dalam area pribadiku pastilah penuh resiko. Banyak raja mati diracuni oleh pelayannya. Belum lagi aku menggajimu lebih besar dari yang lain. Apa aku salah?""Tapi...,""Bukannya kau telah membaca surat kontrak tersebut ketika wawancara tempo hari? Lihatlah, ada tanda tanganmu di situ."Alice membola, rasanya meskipun membaca sepintas ia tak melihat kesepakatan tentang uang satu miliar dolar itu. Bahkan ia tak mendapatkan salinan dari surat kontrak tersebut. Apakah poin terakhir tersebut adalah poin yang sengaja disisipkan tanpa sepengetahuannya? Ah, Alice menjadi sangat frustasi."Sial!" katanya dengan melempar berkas itu kasar."Aku jadi merasa, kau bahkan banyak menentang saudaraku Erick
Acara peresmian belum dimulai. Terlihat masih banyak para tamu yang lalu lalang dari area parkir menuju tempat jamuan."Siapa pemilik yayasan ini?" tanya Alice penasaran."Mantan tunanganku. Kau akan melihatnya nanti," ujar Fien santai. "Turunlah, bersikaplah seperti kekasihku," katanya lagi."Apa katamu?"Bukan menjawab, Fien malah keluar dari mobilnya."Apakah ini bagian dari perjanjian?" Alice memrotes karena Fien menarik tangan Alice untuk melingkarkan di lengannya."Dua puluh persen dari satu miliar bahkan kau harus bekerja selama dua puluh tahun. Apa susahnya berpura-pura? Kalau kau gagal, aku hanya bisa memotong sepuluh persen saja.""Apa maksudmu?""Mereka harus percaya bahwa kau adalah kekasihku," bisik Fien di telinga Alice dengan seksi.Alice tak bisa memrotes lagi karena semakin banyak orang menyapa Fien Clark."Hai Fien, sudah lama kau tak terlihat di klub, kau pasti sangat sibuk," kata seorang wa
Andaikan dugaan itu salah, lalu siapa yang melakukannya? Bagi Alice, Erick seolah tak memiliki musuh. Tidak seperti Fien Clark, banyak sekali orang yang tak menyukainya karena suka bersikap kasar, dan kurang berkontribusi dalam kesuksesan keluarga Fernandez-- sang Ayah.Melihatnya menatap jauh dan bersedih membuat hati Alice ikut merasakan kesedihan Fien. Namun Alice hanya bisa menatapnya tanpa bersuara.Lalu beberapa saat kemudian Fien menatap Alice tajam."Apakah kau juga seperti mereka, Alice?! Kau pasti bersamaku karena uang!"Alice celingukan, bagaimanapun posisinya adalah pelayan Fien, bukan siapa-siapa. Tentu saja secara harfiah ia didekat Fien karena uang. Bahkan Fien sedang menyandera dirinya alih-alih surat perjanjian kontrak."Tuan Fien Clark, saya hanya pelayan Tuan," ujar Alice membalas tatapan Fien.Fien meredup, ia lupa bahwa Alice hanyalah sebagai koki dan pelayannya, tapi bukankah Fien telah berharap sedikit lebih dari i
Dengan susah payah Fien mengangkat tubuh Alice keluar dari mobilnya. Kalaulah tubuhnya tak letih, tentu sangat mudah mengangkat tubuh ringan Alice sambil berlari sekalipun.Beberapa kali Fien terhuyung dan hampir membentur dinding, tapi Alice tak bergerak sedikitpun malah asik dengan mimpinya."Apakah kau bermimpi naik perahu?" gerutunya.Tubuh Fien bahkan merosot di lantai saat berada di dalam lift menuju lantai paling atas. Untungnya masih sangat pagi sehingga tak ada penghuni gedung tersebut yang akan melihatnya bagaimana payahnya mereka.Fien membaringkan tubuh Alice di tempat tidur, menyusul dirinya yang terkapar di atas tempat tidur di sisi Alice.~"Alice, kau harus menjaganya untukku, kau tahu aku sangat menyayanginya," pria itu bersembunyi dibalik tirai ungu, Alice tahu pria itu adalah Erick kekasihnya."Apa maksudmu? Datanglah bersamaku, kau harus menjaganya bersamaku, Erick.""Tidak, kau lebih pantas melakuka
Fien Clark masih belum bisa melupakan igauan Alice mengenai saudaranya Erick. Ia jadi penasaran bagaimana mungkin wanita itu menyebutkan nama saudara tirinya di dalam tidurnya.'Mungkinkah karena ruangan ini adalah bekas Erick sehingga arwahnya mengganggu pegawaiku?' batinnya berkecamuk.Ia masih belum yakin kalau itu hanya sekedar mimpi kosong.Fien tak bisa berkonsentrasi di hadapan laptopnya. Sesekali ia melirik ke arah kamar dimana Alice terbaring lemah. Sebenarnya ia mulai menyukai gadis itu secara perlahan.Ia bisa merasakan debaran tak biasa saat memandangnya. Alice memiliki senyuman yang menawan dan mata berbinar lucu saat ia mengomel dan marah. Fien terkadang gemas dengan ulah Alice yang apa adanya. Ia merasa nyaman, meski tak bisa dipastikan apakah ia sungguh jatuh cinta pada gadis itu.Drrrt Drrrt Drrrt"Halo," sapa sebuah suara."Dewan direksi akan segera berkumpul, aku hanya mengingatkan jadwal pertemuan Anda, Tuan."
"Siapa saja yang akan menarik sahamnya pada hari ini, aku persilahkan dan jangan pernah berharap untuk mendapatkan posisi itu lagi setelah hari ini. Kalian tahu, aku bukan Erick Davis yang terlalu baik pada siapapun. Aku adalah Fien Clark yang akan menjadi pimpinan perusahaan ini dengan keputusanku," Fien Clark mengawali presentasi dengan cepat dan tanpa basa-basi.Orang-orang menjadi riuh dengan kepongahan Fien Clark yang mengejutkan. Fien sangat tegas dan percaya diri. Mereka dihadapkan pada spekulasi yang tinggi mengingat latar belakang Fien Clark yang hanya seorang kepala divisi pemasaran. Sekarang haruskah mereka mempercayakan uang mereka pada pria ini?"Aku hanya memberi waktu sepuluh menit untuk kalian berpikir. Kertas yang ada di hadapan kalian akan menjelaskan semuanya."Suasana menjadi hening karena konsentrasi mereka tertuju pada lembar presentasi yang mengejutkan."Apa ini sungguhan?" tanya salah seorang anggota yang tak percaya dengan pembagi
"Ayo, bukalah mulutmu. Kau harus banyak makan agar cepat pulih," katanya karena hanya mendapatkan tatapan bingung dari Alice."Tapi ...," Alice makin bingung."Cepatlah, tanganku sudah mau putus karena kau tak cepat membuka mulut. Ini bukan pertama kali aku menyuapimu."Alice terpaksa menurut, selain itu ia juga sangat lapar. Benar juga katanya bahwa ini bukan pertama kali Fien menyuapinya. Tapi ini berbeda, Fien bahkan ikut makan dari piring yang sama dan juga sendok yang sama. Hatinya mulai dihinggapi perasaan aneh. Seolah mereka kehilangan pembatas antara tuan dan pelayan.'Bukankah ini bagus Alice? Kau akan menggapai kehidupan Fien Clark dan membuktikan keterlibatan Fien Clark dalam kematian Erick Davis,' batinnya. 'Kalau begitu, kau akan menjadi pahlawan cinta sejati. Kau harus membuatnya jatuh cinta Alice, kau harus berada dalam sisi kehidupan Fien Clark apapun yang terjadi,' ucap hatinya.Tiba-tiba Alice tersenyum manis terhadap Fien C
Pagi yang indah membangunkan Alice dari tidur nyenyaknya. Tak seperti biasa ia akan bangun tergopoh-gopoh karena takut terlambat. Pagi ini Fien memintanya beristirahat dengan baik karena baru saja demam."Ada layanan pengantar makanan untukmu, Alice. Aku tak percaya perusahaan memberimu fasilitas makanan gratis karena kau sakit," celoteh Violet sembari menenteng box ayam goreng.Alice melihatnya sekilas lalu menarik napas panjang. Tiba-tiba saja ia teringat dengan Fien Clark yang memeluknya erat. Ia mulai meremang dengan apa yang baru saja ia sepakati. Ya, Alice sepakat untuk menjadi kekasih Fien Clark!"Kenapa? Kau tak suka?" Violet malah heran karena Alice terlihat murung."Vio, apa menurutmu Fien Clark orang jahat? Sebenarnya aku merasa takut sekarang ini.""Oh God, apa yang terjadi sebenarnya?" Violet mendekati Alice dan menatap tajam mata Alice."Fien Clark menyukaiku, ia menyatakan perasaannya dan memintaku menjadi kekasihnya. Apa ini