Share

Part 7

“Terkadang bumi terlalu baik karena menampung orang-orang jahat untuk hidup dan menetap di dalamnya”

               ~Honestly, I Love You~

Hari ini adalah hari pertama yaya mulai bekerja di Sanjaya Company. Dia sudah bangun sejak tadi. Jadi dia tidak akan kesiangan.

Udara dan cuaca hari ini terasa sangat mendukung. Cerah dan ceria. Seperti moodnya hari ini.

Jika biasanya dia akan memakai kemeja yang dilengkapi jas Dokter berwarna putih, maka sekarang dia akan menggunakan jas seperti pekerja kantoran lainnya.

Meski tidak jauh berbeda. Yaya masih memakai kemeja seperti saat bekerja di Rumah Sakit.

Dia hanya memakai blazer. menggantinya dengan jas dokter kebanggaan miliknya saat bekerja di Rumah Sakit.

“Non !” panggil bibi sambil mengetuk pintu kamar yaya pelan

“Iya bi. Sebentar,” jawab yaya. Dia baru akan menyiapkan tasnya saat bibi memanggilnya barusan.

“Itu udah bibi siapin sarapan. Non sarapan dulu,” kata bibi

Yaya membuka pintu kamarnya setelah bibi mengatakan itu.

“Beneran bi ?” tanya yaya memastikan lagi

“Bener dong. Masa bibi bohong !” jawab bibi

Yaya tersenyum sembari memamerkan deretan gigi putihnya yang tersusun rapi.

Bibi memang paling mengerti mengenai itu. Walau Mami juga sama perhatiannya.

“Bibi masak apa ?” tanya yaya

“Kari ayam non. Kesukaan non Yaya,” jawab bibi

“Wih. Makasih bi. Pasti enak !” Kata yaya

“Tapi kok bibi repot banget, kan Yaya udah bilang nanti yaya yang masak !” lanjut yaya

Padahal mereka sudah menyepakati itu semalam.

“Nggak papa non. Hari pertama itu harus di sambut dengan istimewa.” ujar bibi

Oke. Tidak Mami, Papi, Bibi. Semua sama saja. Padahalkan ini bukan pertama kalinya yaya kerja kantoran.

“Okedeh. Yaya ambil tas dulu. Baru turun.” ucap yaya.

Dia langsung membereskan tasnya agar tidak lagi naik ke kamar setelah sarapan. Ini bahkan belum pukul 06.20 pagi. Tapi yaya sudah siap. Itu karena dia berniat memasak pagi ini. Tapi sudahlah.

“Bibi mau masakin makan siang juga Non ?” tanya bibi

Mereka berdua selalu makan bersama di meja yang sama. Mami dan papi juga terbiasa seperti itu jika berkunjung ke rumah yaya.

Walau bukan keluarga, tetapi bibi sudah membantu yaya setiap harinya. Jadi makan bersama keluarga yaya bukanlah hal yang berlebihan. Justru yaya lebih menyukai ketika mereka makan berdua, dibanding dia harus makan sendirian di meja sebesar itu.

“Bibi masak aja buat bibi sama yang lain. Kan yaya pulang kerjanya sore. Jadi nanti sekalian aja masak buat makan malam,” jelas yaya

Bibi hanya mengangguk mendengar itu

“Enggak usah di cuci Non. Biar bibi aja !” kata bibi saat melihat yaya yang sudah membawa bekas piring makan nya ke tempat cuci piring.

“Dikit aja kok bi. Nggak papa !” balas yaya

“Enggak usah Non. Kan ada bibi, nNon Yaya langsung berangkat kerja aja.” kata bibi lagi

Yaya mencuci kedua tangannya dan berjalan menjauh dari sana.

“Yaudah deh bi. Yaya langsung ke kantor aja,” pamit yaya

 

Setelah itu, yaya langsung menuju ke kantor. Jakarta akan macet jika dia tidak segera berangkat. Jadi ucapan bibi memang benar adanya.

Entah dia yang terlalu pagi atau memang para pegawai disini biasanya datang lebih lama. Oh, mungkin memang yaya yang datang terlalu pagi hari ini. Di kantor belum banyak karyawan yang datang. Karena sebenarnya masih ada waktu sebelum jam kantor. Ini Jakarta. Dan tentu saja macet.

Yaya berjalan-jalan sebentar. Sepertinya masih ada waktu untuk minum kopi di Kafe dekat sana. Yaya itu penyuka kopi. Tapi bukan kopi hitam layaknya pria. Dia lebih suka kopi susu atau Cappuccino. Terutama yang dingin, dan tidak terlalu manis.

Sesampainya disana, yaya langsung memesan minumannya. 

"Baik mba. Mohon tunggu sebentar !" ucap seorang pelayan

"Baiklah !" jawab yaya

Yaya memperhatikan sekitarnya. Kafe ini pasti menyasar para pekerja kantoran. Karena mereka membukanya pagi sekali.

Pasti para pekerja kantoran sering mampir untuk sarapan disini. Yaya juga harus mencoba makan siang lain kali di tempat itu.

"Permisi mba. Ini minumannya," ucap pelayan

Dia masih punya waktu untuk duduk disana sebentar. Setidaknya hingga waktu akan memasuki jam kantor nanti.

Menit terus berlalu dan seperti nya yaya harus pergi karena sebentar lagi sudah masuk jam kerja. Dia tidak boleh dikira terlambat di hari pertama bukan ?!.

"Selamat pagi Bu !" sapa seorang satpam saat yaya sampai didepan pintu masuk

"Pagi juga Pak !" balas yaya dengan ramah

Dia langsung bergegas masuk kedalam karena para karyawan juga sudah mulai berdatangan.

 

"Permisi mba. Selamat pagi !” Sapa yaya pada bagian resepsionis yang sudah berada ditempatnya.

“Iya. Selamat pagi !” jawab wanita itu.

Yaya tidak mengetahui namanya karena dia tidak mengenakan tanda pengenal seperti pekerja pada umumnya.

Tak apalah. Setidaknya yaya tahu bahwa dia adalah seorang resepsionis.

“Saya Karenina. Semalam saya mendapat telepon dari perusahaan ini terkait penandatanganan kontrak kerja,” jelas yaya

“Apa itu benar ?" Tanya yaya memastikan

"Sebentar," kata resepsionis itu. Dia sepertinya sedang mengecek beberapa data dikomputer yang ada dihadapannya.

 

"Oh iya. Itu memang benar.” jawab wanita itu setelah beberapa saat sembari tersenyum.

Yaya mengangguk.

“Sebentar lagi ada yang datang kesini Mba. Nanti Mba diantar oleh beliau.” kata resepsionis itu dan yaya mengangguk kembali

"Baiklah !" jawab yaya

Tak lama kemudian, resepsionis itu mulai berbicara lagi kepada yaya.

“Kebetulan beliau HRD perusahaan ini. Jadi anda bisa langsung bertanya kepada beliau” kata resepsionis itu lagi, sembari menunjuk seorang wanita yang berdiri tak jauh dari yaya.

“Selamat pagi bu !” sapa resepsionis itu dengan sopan saat wanita yang baru saja dia kenalkan itu datang mendekat kearah mereka.

“Selamat pagi bu !” yaya juga ikut menyapanya. Dia sekarang juga pekerja di sana bukan, jadi dia juga harus menyapa pekerja disana mulai sekarang.

“Pagi juga,” jawabnya

“Ini Bu. Karyawan baru yang tadi Ibu tanyakan.” jelas resepsionis itu

HRD itu mengangguk dan menatap yaya dengan pandangan ramah. Bukan pandangan menilai pantas atau tidak, seperti beberapa orang yang pernah yaya temui.

“Karenina ?” tanya HRD itu pada yaya

“Iya Bu. Saya Karenina Raisa Wijaya. Biasa di panggil yaya. Ibu bisa juga panggil saya Yaya,” jawab yaya sopan

“Oke. Saya memang nungguin kamu tadi. Mari ikut saya !" ajak wanita itu.

"Terima kasih mba !" ucap yaya pada resepsionis yang tadi membantunya.

"Sama-sama," jawab resepsionis itu

. . .

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status