Sebenarnya yaya bukan melamar kerja karena dia bosan dengan pekerjaan di rumah sakit. Itu karena yaya dipaksa oleh mami dan papinya untuk bekerja di perusahaan papi sebagai direktur. Tentu saja yaya menolak.
Bahkan rumah sakit tempatnya bekerja juga milik keluarga mami yang akhirnya memang menjadi bagian mami. Yaya dulu menolak menjadi direktur di rumah sakit tersebut dan memilih bekerja di rumah sakit lain. Tapi maminya memaksa agar dia bekera disana. Akhirnya yaya setuju, tapi dengan syarat hanya menjadi dokter kandungan.
Sekarang terjadi lagi. Yaya tidak ingin menjadi direktur di perusahaan papa yang bergerak di bidang properti tersebut. Yaya bukan anak tunggal kaya raya okey. Dia punya kakak laki-laki yang juga memilih untuk menjadi pebisnis. Kakaknya juga memegang kendali salah satu perusahaan papa di Jakarta. Sayangnya, kakak yaya sudah menikah sekarang. Sudah punya satu putri dan akan segera bertambah.
“Mami nggak boleh banyak pikiran. Santai aja sama teman-teman nya mami !” Ucap yaya
“Iya. Mami tiap hari santai kok,” jawab mami
Itu sudah pasti. Dia tahu mami selalu menghabiskan harinya bersama teman-teman. Baik teman arisan, maupun ibu-ibu kompleks.
“Mami cuman pengen cucu aja dari kamu !” ujar mami tiba-tiba.
Haduh. Apa yang terjadi ?. Sejak kapan mami mulai berpikir seperti itu ? Ini pasti karena teman arisan dan para tetangga di kompleks rumah mereka.
“Temen Mami aja banyak yang bawa cucunya ke mana-mana” ujar mami lagi
Tuh kan. Sudah yaya duga. Itu pasti karena mami merasa kesepian karena Shena. Shena itu anak abangnya, namun mereka juga jarang berkunjung sekarang.
“Kan Mami udah punya cucu dari Abang” kata yaya
“Beda dong. Itu kan dari abang. Dari adek juga dong !” jawab mami
Mereka memang dipanggil seperti itu. Abang dan Adek. Itu hanya jika mereka sedang berbicara tentang satu sama lain.
"Kan kata mami nggak usah buru-buru. Menikahlah saat kamu merasa sudah benar-benar siap !" ucap yaya mengulang kembali perkataan yang sering dikatakan mami kepadanya
"Lagian Yaya belum punya calon mi." lanjut yaya lagi
"Masa ? Mau Mami kenalin ?" Tanya mami
"No Mommy. Big no !" Balas yaya cepat
Dia tidak ingin menikah karena dijodohkan. Bagaimana jika akhirnya mereka tidak cocok ?
Atau bagaimana jika ternyata salah satu dari mereka belum siap untuk menikah ?
"Mami mau emang anaknya nikah tapi nggak cinta ?" Tanya yaya memastikan
"Cinta itu akan hadir karena terbiasa sayang !" jelas mami
"Bukan Mi. Justru cinta itu akan datang jika keduanya sudah sama-sama siap." ralat yaya
Yaya hanya bisa mendengar helaan napas dari seberang sana
"Iya iya. Mami kan cuman ngusulin tadi" ucap mami
"It's okay mi. Yaya juga tahu kok" balas yaya
"Yaya tutup yah Mi," ucap yaya
"Iya. Awas jangan lupa mampir ke rumah !" peringat mami
"Iya Mi. Dadah Mami..” ucap yaya yang langsung memutuskan panggilan tersebut.
Ada-ada saja mami nya itu. Calon suami saja belum punya. Bagaimana bisa punya cucu ?!
Hidup setiap orang memang telah ditentukan. Tapi apa salah jika kita ingin mencari yang terbaik menurut kita ?
Mungkin dijodohkan memang tidak salah. Tapi yaya masih bisa mencarinya sendiri. Tidak perlu dicarikan oleh mami.
Yaya hendak meletakkan ponsel nya diatas nakas. Namun belum sampai semenit, ponselnya sudah berdering kembali.
“Ini mami kenapa lagi sih ?” tanya yaya pada dirinya sendiri
Pasti lupa bilang sesuatu nih. Dasar mami.
"Halo selamat malam !" jawab suara diseberang sana saat yaya baru saja mengangkat teleponnya.Untunglah orang itu berkata lebih dulu sebelum yaya berkata apapun. Bisa saja dia memanggil orang itu mami karena mengangkat telepon tanpa melihat namanya lebih dulu.
"Iya malam," jawab yaya ramahDia tidak tahu siapa yang menelponnya saat ini.
"Maaf mengganggu malam-malam begini. Saya dari Sanjaya Company, ingin memberitahu bahwa anda diterima di perusahaan kami dan besok anda bisa mulai menandatangani kontrak kerja." ucap pria di seberang sanaWah. Ternyata yaya tidak perlu menunggu hingga besok tiba.
"Sebentar.. Apa saya tidak perlu interview ?" Tanya yaya bingungDia kan belum wawancara tadi. Jadi apa besok dia bisa langsung bekerja ?
"Tidak perlu. CEO kami ingin anda langsung saja bekerja besok," jawab pria itu lagi
Yaya semakin bingung dengan jawaban itu. Apa perusahaan sebesar itu tidak melakukan interview ?. Atau karena CEO mereka merasa bersalah sudah meninggalkan yaya begitu saja tadi ?.Sepertinya tidak mungkin. CEO mana bisa memikirkan hal kecil seperti itu. Dia kan bisa saja mencari calon karyawan yang lain dengan mudah.
Tapi tak apalah. Nanti saja dipikirkan. Yang penting yaya bisa menghindar dari desakan Mami dan Papi. "Baik pak, terimakasih banyak," ucap yaya lalu menutup sambungan telepon itu setelah di rasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan.Baiklah. Mulai besok yaya akan bekerja di kantor. Jadwalnya Senin-Jumat. Dan hari Sabtu-Minggu dia akan bekerja di Rumah Sakit.
Seperti itulah. Mungkin terdengar sibuk. Tapi setelah terbiasa, pasti tidak akan sesibuk itu.
Setidaknya dia bisa menuruti perkataan Mami dan Papi. Walau tidak menjadi direktur di perusahaan Papi dan juga Rumah Sakit milik Mami.
Yaya mulai memejamkan matanya. Besok akan ada rutinitas baru dan terbiasalah untuk menerima panggilan tentang bisnis, bukan tentang kandungan. Dan akan berubah ketika akhir pekan.Bukan tidak ingin melanjutkan bisnis keluarganya, yaya hanya tidak ingin bekerja sebagai atasan yang paling tinggi. Lagipula, itu pasti akan membuatnya semakin sibuk. Hingga dia tidak bisa membagi waktunya untuk bekerja di Rumah Sakit.
Semoga saja semuanya berjalan lancar besok. Sebenarnya tidak boleh hanya besok.
Semoga pekerjaannya selalu lancar hingga seterusnya. Walau tidak selalu lancar. tapi semoga semuanya dimudahkan saat dia bekerja.
Dia tidak sedang meminta sesuatu yang berlebihan bukan ?.
Sepertinya memang tidak berlebihan. Tentu saja !
Jadi baiklah. Mari tidur dan bersiap untuk menyambut hari baru besok.
Selamat tidur. Semoga mimpi indah malam ini.
. . .
“Terkadang bumi terlalu baik karena menampung orang-orang jahat untuk hidup dan menetap di dalamnya” ~Honestly, I Love You~Hari ini adalah hari pertama yaya mulai bekerja di Sanjaya Company. Dia sudah bangun sejak tadi. Jadi dia tidak akan kesiangan.Udara dan cuaca hari ini terasa sangat mendukung. Cerah dan ceria. Seperti moodnya hari ini.Jika biasanya dia akan memakai kemeja yang dilengkapi jas Dokter berwarna putih, maka sekarang dia akan menggunakan jas seperti pekerja kantoran lainnya.Meski tidak jauh berbeda. Yaya masih memakai kemeja seperti saat bekerja di Rumah Sakit.Dia hanya memakai blazer. menggantinya dengan jas dokter kebanggaan miliknya saat bekerja di Rumah Sakit.“Non !” panggil bibi sambil mengetuk pintu kamar yaya pelan“Iya bi. Sebentar,” jawab yaya. Dia baru akan menyiapkan tasnya saat bibi memanggi
Mereka harus berkenalan nanti. Tapi yaya harus mengikuti HRD mereka lebih dulu."Mari !" ajak HRD karena mereka akan menggunakan lift."Ini lift khusus pegawai. Dan disebelah tadi adalah lift khusus petinggi perusahaan" jelasnyaYaya mengangguk. Perusahaan memang harus memiliki liftnya terpisah.Atau jika tidak, petinggi perusahaanlah yang harus didahulukan. Seperti itu kira-kira.“Yaya !” ucap HRD menggulang nama yayaMereka sudah keluar dari lift dan berjalan ke lantai yang mungkin merupakan ruang kerja yaya.“Untung saja kamu tidak dipanggil Nina” ujar wanita itu lagi.Namanya Nina. Pantas saja dia berkata seperti itu. Semoga saja namanya bukan karenina. Karena akan benar-benar mirip dengan yaya. Walau sebenarnya sama pun tak apa.Itu karena dia memakai name tag. Jadi yaya bisa mengetahui namanya. Jangan mengira bahwa yaya bisa mengetahui namanya begitu saja. Jika ia bisa, ia akan men
"Sepertinya kita berdua berkebalikan" kata nina dengan gaya bicara yang dibuat sedramatis mungkin.“Tidak lah. Tapi mungkin bisa dibilang begitu” kata yaya yang disusul tawa mereka berdua.“Sebentar. Saya penasaran kenapa saya tidak melakukan wawancara kemarin, tetapi langsung di terima bekerja disini ?” tanya yaya“Saya juga tidak tahu alasan nya. Saya cuman disuruh nganterin kamu aja hari ini” jawab nina“Apa perusahaan ini terkadang seperti itu ?” tanya yaya lagi“Oh tentu saja tidak. Selama saya disini, ini adalah pertama kalinya” jawab nina“Sudahlah. Anggap saja kamu beruntung” kata nina“Mungkin saja” ucap yaya membenarkan"Baiklah. Aku harus kembali bekerja. Kalau ada perlu sesuatu hubungi saja aku. Ini nomorku" ucap nina. Mungkin lebih akrab jika mereka berbicara aku-kamu.Mereka mulai bertukar nomor telepon satu sama lain dan se
"Permisi pak" ucap yaya sopan setelah menemukan si boss besar sedang duduk santai di kursi kebesaran miliknya.Yaya masih berdiri di depan meja kerja boss nya itu. Dia menunggu agar dipersilahkan duduk. Tapi hingga saat ini dia belum juga dipersilahkan duduk.“Apa anda perlu undangan untuk duduk ?” tanya boss nyaYaya hanya menatapnya dengan diam tanpa ingin menjawab. Boss ini aneh sekali. Apa dia lebih menyukai karyawan yang datang dan tanpa diberi izin langsung duduk ?"Silahkan duduk" kata pria itu mempersilahkan. Oh akhirnya."Terimakasih pak" jawab yayaSepertinya boss nya itu tidak asing. Seperti pernah bertemu sebelumnya."Jadi.. Bagaimana hubunganmu dengan adikku ?" Tanya pria itu yang membuat yaya kebingunganSiapa yang dimaksud pria itu ? Yaya saja baru kembali dari aussie dua tahun yang lalu. Namun yaya selama itu yaya tidak merasa memiliki masalah dengan siapapun.“Apa saya perlu mengatakan
“Walau tidak tahu apa yang akan terjadi, sepertinya menghindar adalah ide terbaik”"Pagi yaya" sapa pak arya. Manajer keuangan sekaligus atasan yaya. "Pagi juga pak" jawab yaya ramah.
"Yay!" panggil seseorang saat yaya sedang berjalan ke arah lift.Oh astaga. Kenapa harus ada yudha disini ? Bisa gawat kalau ketahuan pak ryan. Lebih baik dia pergi saja. Bukan nya takut di omeli lagi, tapi yaya juga tidak suka berdekatan dengan yudha.Yaya terus berjalan dan berpura-pura fokus dengan ponsel pintar nya. Semoga saja yudha tidak mencegah nya."Yay tunggu
“Bukan karena tidak suka basa-basi. Tapi karena aku enggak suka kamu”~“Pagi yay” sapa nina saat melihat yaya berdiri di depan meja resepsionis“Pagi nina. Mau ke ruangan ?” tanya yaya yang diangguki nina“Bentar” yaya menyelesaikan urusan nya dan berjalan berdampingan bersama nina. Ruangan mereka berbeda satu lantai. Jadi tak apa jika naik lift bersama.“Hari ini lo sibuk nggak ?” tanya ninaYaya yang sedang membenarkan beberapa lembar kertas di tangan nya langsung menoleh.“Kenapa ? Gue mau ditraktir nih ?” bukan nya menjawab, yaya malah balik bertanya“Enggak. Orang gue cuman nanya doang kok” kata nina“Lo mah gitu. Dari kapanan hari gue minta traktir. Elo nya sibuk mulu” ujar yaya“Masa sih ? Perasaan gue enggak sibuk deh beberapa hari ini” jawab nina“Lo kan sibuk pacaran sa
“Kadang, sekeras apapun mencoba, sesuatu itu tetap tidak bisa di ubah”~Beberapa hari kemudian, Di Sanjaya Company“Selamat siang bu” sapa seorang petugas keamanan yang baru saja yaya persilahkan masuk.“Si