Amelia langsung terdiam, menatap Yuki dengan lekat. Yuki yang merasa aneh langsung menutup wajah Amelia denga buku."Jangan melihatku seperti itu. Menyeramkan tahu," kata Yuki.Amelia kaget kerena tiba-tuba wajahnya tertutup buku, "aduh, iya-iya. Nggak aku lihatin. Cepetan cerita," katanya mendesak Yuki untuk cepat bicara."Ok, aku akan cerita. Dengar baik-baik karena aku nggak akan mengulangi perkataanku," kata Yuki. Yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Amelia."Kamu tahu 'kan, gimana sebenarnya keluargaku. Kamu bahkan pernah memergokiku ditampar kakakku saat kita dalam perjalanan pulang sekolah dulu. Sebenarnya, saat aku libur, aku pulang. Aku menemui mereka," kata Yuki bercerita."Hah? Kamu pulang? Yang benar aja. Ngapain pulang? Terus, gimana? Lanjutin ceritamu," sahut Amelia geram denga dahi berkerut."Saat aku menemui Papaku, papaku bilang kalau ada seseorang yang melamarku untuk anaknya. Kayaknya seseorang itu rekan bisnis atau kenalan papaku. Dan dia ada janji ngasih ses
Amelia mengajak Yuki makan siang bersama, dia bermaksud menjelaskan situasi yang dilihat Yuki saat pagi hari di gudang."Nah, bicaralah. Jangan terus menatapku," kata Yuki menatap Amelia."I-itu ... a-aku ... " ucapnya gugup. "Kita makan saja dulu. Bicaranya nanti saja," kata Yuki.Yuki makan dengan cepat, dan berhasil menghabiskan makanannya hanya dalam beberapa menit. "Aku sudah selesai, aku balik dulu ya. Nanti kalau kamu sudah selesai, kamu nyusul aja. Hari ini aku nggak seberapa nafsu makan, jadi makan sedikit," kata Yuki. Yang pergi meninggalkan Amelia.Amelia menatap kepergian Yuki, "dia kenapa? Apa dia marah padaku?" batinnya khawatir.Amelia pun buru-buru makan. Agar bisa secepatnya menyusul Yuki. ***Amelia kembali ke ruang kerjany. Benar saja, Yuki ada di mejanya sibuk membaca novel.Melihat temannya asik membaca, Amelia tersenyum tipis dan menghampiri Yuki. Dibawakannya minuman dingin yang dibeli Amelia."Nih," kata Amelia. Meletakkan kaleng minuman di atas meja Yuki.Y
Sepuluh menit berlalu. Yuki dan Cristopher masih tenang menunggu di depan pintu gudang."Lama sekali. Sampai kapan kita harus menunggu?" bisik Cristopher bertanya."Sabar, Pak. Sabar," bisik Yuki menjawab."Siapa sih yang ada di dalam sana? Awas saja kalau nanti sudah keluar. Aku nggak akan bairkan begitu saja siapapun itu," batin Cristopher kesal."Siapa, ya? Bikin penasaran, tapi ya ngeselin juga. Gimana ini nasibku? Sampai kapan aku nungguin orang yang ada di dalam gudang itu? Aku 'kan harus segera turun. Kalau di sini terus bisa bahaya," batin Yuki."Kita tunggu lima menit lagi. Kalau nggak keluar-keluar terpaksa saya menerobos masuk," kata Cristopher. Yang rupanya sudah tidak sabar.Baru saja Cristopher bicara, pintu gudang terbuka dan terlihat seseorang keluar dari gudang. Dan seseorang itu adalah Amelia.Yuki dan Cristopher menatap ke arah Amelia bersamaan. Amelia yang melihat Yuki dan Cristopher langsung kaget. "Mati aku!" batin Amelia."Gi-gimana bisa meraka di sini? Se-seja
Yuki berlari dengan terburu-buru menuju lift. Saat sampai di depan lift, pintu lift sudah tertutup. "Yah, sudah ketutup. Nunggu deh," batinnya tidak senang. Barus saja Yuki tertunduk malas, dia kejutkan oleh suara lift. Dan saat dia menatap lift, ternyata pintu lift sudah terbuka di hadapannya dengan seseorang yang tak asing di dalamnya.Melihat seseorang yang dikenalnya, Yuki langsung tersenyum cantik dan masuk ke dalam, lalu menyapa seseorang di dalam lift."Halo, Pak. Selamat pagi," sapa Yuki dengan bahasa formal yang khas.Cristopher tersenyum, "halo, Nona Yuki. Selamat pagi. Sepertinya anda sangat nyenyak tidur ya?" Katanya.Yuki menekan tombol lantai tujuan, "bapak tahu saja. Hehehe ... " jawabnya.Pintu lift tertutup. Lift berjalan naik."Bapak juga kesiangan ya?" tanya Yuki menatap Cristopher."Hm, berkat seseorang yang tidur saat saya sedang bicara. Gimana tidurmu? Nyenyak?" tanya balik Cristopher usai menjawab pertanyaan Yuki."Ya, saya tidur dengan sangat baik. Terima kas
Stevano sedang sarapan di dampingi Nicholas di sampingnya. "Apa belum ada kabar dari Cristopher?" tanya Stevano menatap Nicholas."Belum ada, Tuan. Namun, saya mendengar sesuatu hal yang tidak menyenangkan. Pihak keluarga Nona Yuki, dikatakan sedang melakukan pencarian pada Nona. Dikarenakan Nona melarikan diri hari itu dan belum diketahui keberadaannya sampai sekarang," jelas Nicholas."Astaga, kenapa semua menjadi rumit seperti ini? Membuatku pusing saja. Padahal aku berniat mau memeprtemukan mereka untuk kejutan. Namun, nampaknya masing-masing dari mereka telah salah paham pada niatku," ungkap Stevano."Niat anda memang baik, tetapi memang waktunya saja yang tidak tepat. Ditambah anda tidak pandai berkata-kata. Itulah yang membuat Tuan Muda salah paham. Kenapa anda tidak bilang saja kalau perempuan yang sudah anda lamar untuk dijadikan menantu adalah Nona Yuki? Mungkin dengan begitu Tuan akan mengerti dan senang," sahut Nicholas menanggapi."Nggak seru dong kalau kayak gitu. Kan k
Yuki diantar pulang oleh Cristopher. Barang-barang Yuki juga dibantu dibawakan sampai masuk dalam apartemen."Sampai sini saja, Pak. Sisanya biar saya yang mengurusnya," kata Yuki."Ok," jawab Cristopher."Bapak mau duduk dulu minum sesuatu?" tawar Yuki."Enggak perlu. Saya harus segera pulang karena masih harus lanjut memeriksa e-mail. Kamu mandi dan istirahat lah. Merapikan pakaian dan barangmu secara perlahan saja. Jangan terlalu memaksakan diri," kata Cristopher memperingatkan."Ya, Pak. Saya mengerti. Terima kasih sudah mengingatkan saya," jawab Yuki."Saya nggak akan pernah bosan buat mengingatkan. Karena kamu itu berharga buat saya," jawab Cristopher dengan begitu manis.Yuki tersenyum, dia merasa tersentuh dengan ucapan manis Cristopher. "Apa kamu masih mau dibantu sesuatu? Mumpung saya belum pulang," tanya Cristopher manawari bantuan.Yuki menggelengkan kepala, "enggak ada, Pak. Saya bisa melakukannya sisanya sendiri. Bapak silakam pulang," jawabnya."Ok, kalau gitu saya pam