Dion kembali ke kamar dan melihat Luna sedang duduk di atas tempat tidur sambil bermain ponsel."Ayo makan," ajak Dion."Nggak mau. Kamu makan saja sendiri," jawab Luna mengabaikan Dion."Luna," panggil Dion.Luna diam meski mendengar namanya dipanggil. Dia malas meladeni Dion.Dion berjalan mendekati Luna dan duduk di samping Luna."Kenapa nggak mau makan? Nanti kalau kamu sakit, gimana?" tanya Dion agak khawatir."Apanya yang gimana? Bukannya kamu suka aku kenapa-kenapa?" tanyanya."Eh, kok kamu ngomongnya gitu sih. Aku nggak suka kamu kenapa-kenapa kok," kata Dion."Bohong banget. Mulutmu jawab gitu, tapi hatimu bilang yang lain. Sudah sana. Makan sendiri aja. Aku nggak mau makan," sahut Luna.Dion memegang tangan Luna, "maaf ya. Kalau tadi sikap aku kasar. Aku nggak ada maksud buat kamu kesel," kata Dion.Luna memelingkan pandangan menatap Dion, "gampang banget buatmu minta maaf. Kamu tahu nggak seberapa keselnya aku sejak kemarin, huh? Tiba-tiba kamu ngilang nggak pulang. Dihubun
Malam hari saat akan makan malam. Dion yang akan keluar dari kamar dihadang oleh Luna. Dion menatap Luna yang berdiri dihadapannya, "ada apa?" tanyanya."Kapan kita pindah?" tanya Luna."Maksudmu?" tanya Dion mengerutkan dahi."Kan kamu sudah janji sama aku kalau kita menikah kita bakalan punya rumah sendiri. Jangan bilang kamu lupa, Dion. Aku sampai rela keluar dari apartemenku lho demi ikut kamu ke sini," jawab Luna menjelaskan."Aduh, Luna. Baru juga sehari kamu tinggal di sini. Sabar dulu dong. Emang gampang cari apartemen yang kayak kamu mau?" kata Dion."Sabar, sabar. Aku nggak biasa sabar. Asal kamu tahu aja. Sejak pagi tuh mama kamu sudah ngomel terus ke aku. Katanya aku males. Perempuan bangun siang. Tahunya bangun tidur semua siap. Nggak mau belajar ini itu. Padahal ini sabtu, waktu libur. Aku capek, maunya istirahat. Bukan ngerjain kerjaan pembantu," keluh Luna."Mama kayak gitu kan buat kebaikanmu. Bukannya apa yang dibilang mamaku benar? Meski punya pembantu, kamu sebaga
Yuki dan Amelia berpindah tempat. Mereka di dalam kamar bersama Stevy juga.Amelia tidur di samping Stevy, mengelus perut Stevy dengan lembut."Enak banget jadi Stevy ya, makan tidur, makan tidur aja. Kerja dong gendut," kata Amelia mengejek Stevy gemas.Stevy terlihat tidak peduli dengan ucapan Amelia dan memilih untuk tetap tidur.Amelia mengintip Stevy yang terlelap tidur, "bener-bener ya. Mahluk berbulu satu ini nggak peduli apa kata orang," katanya."Mana mau dia dengar kata orang lain selain papanya. Coba kalau papanya yang ngomong, digodain dikit sudah ngomel," sahut Yuki."Oh ya? Masa sih? Kok bisa gitu?" tanya Amelia heran."Ya nggak tau. Aku pernah lho kasih tahu apa gitu lupa, tapi nggak digubris. Giliran papanya yang kasih tahu nurut. Aneh 'kan? Padahal papanya nggak 24 jam sama dia lho, tapi dia senurut itu. Aku pun terheran-heran dibuatnya," jawab Yuki."His, lucunya. Dasar anak papa kamu ya," goda Amelia mencolek perut Stevy."Iya tuh. Anak papa banget," goda Yuki mengi
Amelia teringat akan pertemuan pertama dengan Luna. Di mana Luna sudah menunjukkan kesan sok kenal sok dekat pada semua orang di divisi pemasaran termasuk dengannya. Karena menganggap Luna itu aneh maka Amelia bersikap sewajarnya saja dan tak berlebihan."Yuki, kamu tahu nggak?" tanya Amelia.Yuki menatap Amelia, "tahu apa?" tanyanya."Ini aku bicara jujur saja ya. Soalnya 'kan antara kamu sama Luna sudah nggaka asa kedekatan kayak dulu. Sejujurnya aku itu nggak suka sama dia sejak awal. Kamu saja yang terlalu baik sama dia. Sampai mau bantuin dia segala. Kalau aku sih malas ya. Sudah dibantuin malah ngelunjak. Aku 'kan sudah beberapa kali negur kamu. Cuma kamu masih belain dia dengan dalih dia anak baru butuh bimbingan. Kamu mikir nggak? Sebanyak orang di ruangan divisi, masa iya dia cuma ngerepotin kamu. Fotokopi aja nggak bisa, ngeprint pun nggak bisa. Segala macam nggak bisa. Kalau nggak bisa apa-apa gunanya apa? Aku tuh curiga dia sengaja nggak bisa supaya kamu yang ngerjain. Ka
Yuki menceritakan awal mula pertemuannya dengan Cristopher di bar saat dia sedang mabuk. Tentu saja cerita Yuki langsung membuat Amelia terkejut. Mengingat Yuki jarang pergi ke bar se-setres apapun bekerja. "Wah, gila. Jadi, waktu kamu nggak bisa aku hubungi itu karena kamu ke bar?" tanya Amelia. "Iya. Gimana lagi. Pikiranku beneran kalut. Satu-satunya yang aku pikirkan ya minum sampai mabok terus lupain kejadian yang terjadi. Eh, nggak taunya malah aku bikin masalah," sahut Yuki. "Emang kamu buat masalah apa?" tanya Amelia. "Pakai nanya. Tentu saja salah karena sudah ngajakin laki-laki nggak kenal one night stand. Gila kan? Cuma karena dia ganteng aku langsung godain," jawab Yuki. "Huahahaha .... hahahaa ... asli parah si. Aku nggak bisa bayabgin gimana mukanya Pak Cristopher waktu itu. Pasti beliau mikir, ini perempuan main goda-goda aja. Untung cantik," sahut Amelia tertawa lebar. Yuki melirik Amelia, "kan, kan, mulai lagi," katanya. "Lanjut, lanjut. Duh seru banget c
Saat dalam perjalanan pulang, Yuki mengajak Amelia mampir ke toko langganan untuk membeli cemilan dan dessert. Tak lupa mereka membeli es krim. Amelia mencicipi rasat terbaru produk toko, sedangkan Yuki memilik rasa cokelat dan strawberry kesukaannya.Setelah pergi ke toko langganan, mereka sedikit memanjakan mata melihat-lihat tempat perbelanjaan disekitaran toko, lalu pulang.Sesampainya di apartemen Yuki, Amelia langsung berkeliling. Dia tampak begitu kagum degan isi apartemen tempat temannya tinggal. Terlebih Amelia disambut oleh Stevy."Meow ...""Meow ...""Oh, halo ... aduh, aku lupa namamu. Pokoknya halo kucing cantik. Kita ketemu lagi ya," kata Amelia mengusap kepala Stevy dengan lembut.Setelah puas mendapatkan belaian. Stevy pergi berlari masuk ke dalam kamar Yuki."Manja banget minta dielus," gumam Amelia.Amelia memperhatikan sekitaran kembali setelah perhatiannya teralihkan pada Stevy."Gila. Yuki beruntung banget bisa tinggal di sini. Ini 'kan bangunan baru yang katanya