Share

page 5

Penulis: Lekerchoco
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-01 23:28:56

Mataku spontan terbelalak ketika melihat Claire sudah terduduk rapih diatas sofa dengan beberapa buku, kertas dan juga pena diatas meja.

Aku sempat mengucek mataku yang membawa gelak tawa pada Claire yang masih duduk manis diatas sofa.

"Ada apa tuan Harrie?" Tukasnya sambil tersenyum ramah kearahku.

"Ada sesuatu yang aneh? Atau, tuan Harrie merasa bersalah karna terlambat 15 menit dari perjanjian awal?" Bibirnya kembali terkekeh sambil menepuk salah satu buku diatas mejanya

"a-aku-

"Aku bercanda tuan. Aku memang sengaja datang lebih awal agar tidak terlambat"

"Jadi, apa yang tuan Harrie lakukan didepan pintu? Masuklah"

Mendengar ajakan itu sontak aku berjalan ragu kedalam ruangan seraya menutup pintu kayu tersebut dengan rapat.

Tentu, ada banyak hal yang kupikirkan. Tentang bagaimana perubahan sikapnya yang terasa palsu dan tidak menyakinkan.

Dan jujur, duduk dimeja kerja dengan bola mata ambernya yang terus mengamati setiap pergerakan tubuhku dengan lekat, sedikit menganggu konsentrasiku untuk berfikir lebih jernih.

Aku menghembuskan nafasku. Berfikir mungkin ucapan yang aku sampaikan malam itu mampu membuatnya merenung dalam semalam.

"Sebelumnya, aku meminta maaf atas keterlambatannya. Aku tidak menyangka bahwa nona clairence Winston akan datang lebih awal hari ini" Aku tersenyum tipis kearahnya sambil membuka salah satu buku bersampul merah tebal tentang sejarah kekaisaran sekaligus beberapa buku lainnya yang menjelaskan bagaimana keluarga Dominique tercipta.

"Baik, sebelumnya apakah nona sudah pernah mempelajari tentang asal usul kekaisaran Gloria sebelumnya?"

Claire menggeleng pelan

"belum. Dan apakah harus?"

Aku spontan mengangguk "Lebih tepatnya, karna sejarah keluarga Dominique sendiri berhubungan dengan berdirinya kekaisaran Gloria terdahulu"

Dahinya kini mengkerut hingga membuat kedua alisnya menyatu.

Mata ambernya menatap mataku seakan berharap bahwa aku bersedia untuk membacanya sekaligus menjelaskannya dengan rinci.

Kualihkan pandanganku kearah buku tersebut. halaman demi halaman kubacakan untuknya secara jelas dan perlahan. kujelaskan bagaimana kekaisaran Gloria tercipta, hingga bagaimana sebuah perebutan tahta dan juga kuasa mampu menewaskan banyak rakyat jelata tak berdosa yang harus mati ditangan musuh karna peperangan saudara.

Seluruh bagian terpenting pada sejarah telah kubacakan dengan baik untuknya. namun, "Jadi, bagaimana kekaisaran Gloria tercipta?"

Tanyanya yang sontak membuatku

bertanya - tanya. Apakah pelafalanku begitu buruk hingga ia kesulitan memahami dan mendengarnya?

"Seperti yang ku jelaskan terjadi. Kekaisaran Gloria tercipta karna adanya peperangan saudara yang membuat kepemilikan tanah kini terbagi dua. Kekaisaran Gloria dan juga kekaisaran lumina"

"perang saudara? Memangnya kekaisaran lumina dan kekaisaran Gloria bersaudara?"

Aku menghembuskan nafasku kembali. Kesabaranku perlahan, mulai diuji kembali.

"Iyaaa. Karna pemimpin kekaisaran gloria yang pertama adalah adik dari dari pemimpin kekaisaran lumina"

"Kenapa mereka membangun kekaisaran masing - masing. Kenapa tidak buat saja satu kekaisaran yang sama?"

Aku kini mengusap wajahku dengan tangan kananku.

"Karna, seperti yang saya sudah ceritakan sebelumnya. Keduanya terpecah karna peperangan saudara untuk saling berebut akan tahta. Membuat sang kaisar memutuskan membagi tanah wilayahnya menjadi dua bagian. Satu untuk putra sulungnya yang kini menjadi kekaisaran lumina. Dan satu untuk putra bungsunya yang kini kita kenal sekarang sebagai kekaisaran Gloria"

"Berarti, raja kekaisaran Gloria dan lumina yang sekarang adalah saudara?"

Pertanyaan itu lantas membuat rasa kesabaranku berubah menjadi rasa penasaran.

"Maaf, apakah nona sudah pernah mempelajari tentang silsilah keluarga?"

"Maksudnya?"

"Seperti-

Kalimatku terjeda ketika melihat raut ketidaktahuan Claire yang terpancar polos diwajahnya. Aku kembali menghembuskan nafas panjang seraya mataku berpendar mencari sesuatu yang bisa kujadikan sebagai contoh hingga aku menemukan selembar kertas kosong yang tersimpan didalam laci meja kerja.

Ku ambil selembar kertas itu seraya menuliskan suatu silsilah keluarga dalam peta simple yang bergambarkan nama dan juga garis keturunan.

Begitu aku selesai. Aku segera menunjukannya pada Claire sambil menunjuk silsilah keluarga Dominique dengan pena kering yang masih kugenggam erat dijemari tanganku.

"Kita mulai dengan silsilah keluarga Duke Dominique itu sendiri"

Aku mulai menunjuk beberapa nama dengan pena lalu mulai menceritakan dengan rinci.

"Keluarga dominique itu awalnya bukanlah bagian dari bangsawan. Keluarga Dominique itu adalah seorang pebisnis sukses yang akhirnya menikah dengan salah seorang putri bungsu kekaisaran Gloria yang pertama"

"Berkat citra yang bagus serta kontribusi yang baik pada kekaisaran kala itu. Keluarga Dominique akhirnya diberikan gelar kebangsawanan Duke yang akhirnya mengangkat derajat keluarga dominique yang awalnya sudah sukses. Kini semakin mengembangkan bisnisnya diberbagai industri perhiasan, pakaian bahkan tren yang populer dikalangan bangsawan hingga saat ini"

"Bisnis terus dikembangkan lewat

keturunan - keturunan mereka hingga kini dipegang oleh pewaris keluarga utama sekarang, Duke Eric Dominique"

"Apakah nona mengerti sekarang?"

alih - alih membuatnya mengerti. Gelengan kepala Claire sontak membuat rasa kesabaranku mulai sampai dibatasnya.

"Maaf, aku tidak mengerti apa hubungannya keluarga Dominique dengan kekaisaran lumina dan juga kekaisaran Gloria"

"Apakah keluarga Duke Dominique bersaudara dengan dua kekaisaran lainnya?"

Pernyataan yang keluar dari bibir Claire sontak membuatku menghembuskan nafas yang lebih panjang dan tentu lebih berat dari sebelumnya.

Aku tidak mengerti. Mengapa otaknya masih tidak bekerja, bahkan ketika aku menjelaskannya lebih jelas, rinci dan mudah dipahami.

Sungguh, wajah polosnya yang seakan menatapku tidak mengerti terasa menjengkelkan dimataku.

"Intinya adalah, pembicaraan yang kusebutkan tadi. Tidak ada hubungannya dengan kekaisaran Gloria maupun lumina"

"Semuanya adalah silsilah keluarga Dominique itu berdiri"

"Lalu apa hubungannya dengan kekaisaran glo-

"TIDAK ADA!"

"KELUARGA DOMINIQUE TIDAK BERSAUDARA DENGAN KEKAISARAN MANAPUN"

tanpa sadar suara telah melengking tinggi ketika berbicara dengannya. Aku telah kehilangan kesabaran.

Mataku spontan menoleh kearahnya. Bola mata ambernya kini memancarkan aura ketakutan di sana. Pupilnya seakan bergetar hebat ketika kami saling berkontak mata.

"Maaf. Aku tidak bermaksud untuk membentakmu"

"Aku hanya-

"Maaf, aku tidak bermaksud membuat tuan Harrie marah padaku"

"Aku hanya tidak mengerti. Tapi, aku malah membuat tuan Harrie marah padaku"

"Maaf" suara lirihnya yang sedikit terlihat gemetar membuat perasaanku kini tenggelam dalam suatu perasaan yang sulit aku jelaskan dengan kata - kata.

Aku kini menghela nafasku

"Maaf, bolehkah aku izin keluar sebentar?"

Tanpa menunggu jawaban darinya, aku segera berlari kecil menuju pintu keluar dan segera menutup pintu itu rapat - rapat.

Nafasku tersengal seperti sedang berlari.

Wajahku terasa memanas seperti terkena teriknya matahari. Aku menundukan kepalaku sambil sesekali berusaha mengatur nafasku yang mulai tak beraturan.

Sungguh, ini bukan keinginanku. Ini bukanlah diriku. Seorang guru seharusnya penyabar seperti yang countess Winston katakan padaku. Namun kali ini, aku mengacaukannya. Aku merasa tak pantas. Aku merasa berbeda.

Ucapan itu terus menerus terngiang di kepalaku menguasai pikiranku hingga aku kesulitan bersitatap dengannya.

Bahkan ketika aku kembali masuk kedalam ruangan, aku bisa melihat wajahnya yang terlihat ketakutan sambil terus menghindari kontak mataku dengannya.

"Sial"

...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hubungan Rahasia Dengan Tunangan Duke   page 5

    Mataku spontan terbelalak ketika melihat Claire sudah terduduk rapih diatas sofa dengan beberapa buku, kertas dan juga pena diatas meja. Aku sempat mengucek mataku yang membawa gelak tawa pada Claire yang masih duduk manis diatas sofa. "Ada apa tuan Harrie?" Tukasnya sambil tersenyum ramah kearahku. "Ada sesuatu yang aneh? Atau, tuan Harrie merasa bersalah karna terlambat 15 menit dari perjanjian awal?" Bibirnya kembali terkekeh sambil menepuk salah satu buku diatas mejanya "a-aku- "Aku bercanda tuan. Aku memang sengaja datang lebih awal agar tidak terlambat" "Jadi, apa yang tuan Harrie lakukan didepan pintu? Masuklah" Mendengar ajakan itu sontak aku berjalan ragu kedalam ruangan seraya menutup pintu kayu tersebut dengan rapat. Tentu, ada banyak hal yang kupikirkan. Tentang bagaimana perubahan sikapnya yang terasa palsu dan tidak menyakinkan. Dan jujur, duduk dimeja kerja dengan bola mata ambernya yang terus mengamati setiap pergerakan tubuhku dengan lekat, sedikit mengan

  • Hubungan Rahasia Dengan Tunangan Duke   page 4

    Suara gesekan garpu beserta pisau diatas piring kaca mengisi ruang makan yang terasa kosong tanpa pembicaraan hangat didalamnya. Aku melirik kearah Claire sesekali sambil mengunyah potongan ayam panggang yang terasa nikmat disetiap gigitan. Rautnya yang muram membuat makanan yang tersaji semakin nikmat di lidahku. Namun berselang kala itu, countess Winston tiba - tiba membuka suara dengan nada penyesalan. "Tuan Harrie, izinkan saya meminta maaf sekali lagi atas tindakan lancang yang putri saya lakukan pada anda" "Saya berjanji akan segera mengurusnya setelah makan siang. Saya benar - benar minta maaf" Mendengar permintaan maaf itu, aku segera menelan potongan ayam panggang kedalam tenggorokanku bersiap untuk membuka suara "Tidak apa - apa, countess Winston. Saya mengerti sekali dengan keadaan nona clairence" "Saya juga seorang mantan guru di akademi saat saya berusia 20 tahun. Banyak sekali anak - anak yang memiliki kecenderungan memberontak atau sekedar enggan bertemu de

  • Hubungan Rahasia Dengan Tunangan Duke   page 3

    Aku menyesap secangkir teh hangat yang baru saja disajikan. Membiarkan aroma daun teh hitam menyeruak hingga ke tenggorokanku. Tidak ada banyak hal yang kami lakukan diruang penerima tamu. Selain aku menyadari bahwa dari proporsi tubuh hingga wajahnya. nampaknya ia masih belum genap berusia 17 tahun. Tentu aku tidak masalah dengan pertunangan dibawah umur. Para bangsawan sering melakukannya dengan gadis berusia 16 hingga 17 tahun. Hingga Terkadang aku bertanya - tanya bagaimana nasib mereka yang kehilangan kebebasan bahkan di umur mereka yang belia. Apakah mereka bahagia? Atau justru merasa sengsara? Entahlah. aku bukan wanita dan aku memiliki latar belakang yang berbeda dengan mereka. Tak "Jadi, anda nona clairence Winston?" Gadis itu mengangguk pelan sambil memutar bola matanya seakan enggan berbicara denganku.Tentu aku memahami bahwa tidak semua orang harus menyukaiku. Bahkan remaja sekalipun. "Maaf yaa tuan. anak ini memang sedikit agak pemalu dengan orang baru" tukas

  • Hubungan Rahasia Dengan Tunangan Duke   page 2

    Klak Pintu kamarku kini telah terkunci sempurna. samar - samar, aku bisa mendengar suara ringikan kuda tengah menungguku diluar sana. Mataku berpendar kekanan kekiri, memastikan bahwa jas coklat yang kukenakan terpasang rapih ditubuhku.kugenggam koper berwarna coklat tua yang sebagian besar hanya berisi pakaian beserta peralatan yang akan kubutuhkan ditangan kiriku. Aku menghembuskan nafas panjang. Entah mengapa langkah kaki yang kuambil menuju pintu keluar terasa begitu berat. mataku kini berpendar melihat sekeliling ruangan yang hanya dipenuhi oleh beberapa lukisan kuno beserta lilin - Lilin yang tertata rapi diatas kabinet antik disudut ruangan. Beberapa pelayan nampak mengantarku hingga kedepan halaman seraya memberi kalimat semangat atau sekedar pelukan hangat yang terasa seperti perpisahan yang nyata. Musim gugur membuat hembusan angin nampak terasa dingin. Beberapa daun kering nampak bertebaran di atas rumput dan beberapa lainnya masih melayang tanpa arah. Sebelum tu

  • Hubungan Rahasia Dengan Tunangan Duke   page 1

    Srak Sunyinya ruangan perpustakaan menyisakan suara pergerakan kertas yang terus berbunyi, setiap mataku selesai membaca setiap kalimat dalam buku yang ku baca. Tok Tokk Tokkk Pintu berbahan kayu tebal dengan ukiran tangan di lambang pintu mulai terbuka. Meninggalkan suara engsel pintu yang sedikit berdecit, diiringi dengan langkah sepatu yang bergema setiap kakinya melangkah maju. Duk Duk Pria itu mengetuk meja kerjaku dengan ketukan terburu - buru. Begitu aku mengangkat kepala, tangannya menaruh sebuah amplop berwarna coklat usang beserta cap lilin berlambang keluarga dominique diatas meja kerjaku. Aku menghela nafas pendek sambil menutup buku yang aku pegang dan beralih pada surat yang ia berikan. "Ini apa?" Tanyaku sambil mengangkat amplop berwarna coklat itu sedikit lebih tinggi. Alih - alih menjawab pertanyaanku, pria itu justru malah menjawab hal yang tidak berhubungan dengan apa yang kutanyakan. "Mungkin, kau bisa bertanya langsung pada pembuat su

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status