Share

BAB III

Hari ini hari Sabtu kebetulan Jasmine dan  Aileen libur pada hari Sabtu dan Minggu. Semalam karena sudah larut dan Aileen ingin menemani sahabatnya yang sedang sakit, akhirnya Aileen menginap di rumah Jasmine. Aileen memang sering menginap di rumah Jasmine, begitupun sebaliknya, Jasmine juga sering sekali menginap di rumah Aileen. Akan tetapi setelah keduanya sama-sama bekerja, kegiatan itu sudah jarang mereka lakukan. Hanya sesekali saja.

Setelah Jasmine merasa tubuhnya sudah lebih baik dan sudah tidak lemas lagi, Jasmine ingin melanjutkan pencariannya mengenai pesan w******p dari seseorang yang misterius yang bisa membuat seluruh barang di keranjang belanja di akun My Mart Jasmine berpindah ke status sedang menunggu pengiriman. Sedangkan, jika di total, jumlah pembelanjaan Jasmine pada keranjang belanjanya yang sebelumnya tidak jadi dibelinya yaitu dua belas juta lima ratus ribu rupiah.

“Siapa orang itu sebenarnya? Kenapa orang itu bisa tahu dan bisa log in dengan mudah pada akun My-Martku sedangkan aku sama sekali tidak pernah memberi tahu  tentang akun itu ke siapapun. Ngeri banget kayak stalker,” ujar Jasmine kepada Aileen.

“Yas, kenapa nggak kita cek di aplikasi pencarian pemilik nomor telepon yang ada di handphonemu?” ujar Aileen sembari memberikan handphone Jasmine kepada pemiliknya.

“Ya ampun! Kenapa aku nggak kepikiran kayak gitu dari kemaren sih?” Jasmine mengambil handphonenya dari tangan Aileen dan langsung membuka aplikasi yang sudah disebutkan Aileen tadi.

Setelah beberapa lama mereka menunggu proses pencarian pada aplikasi tersebut, akhirnya muncul beberapa nama yang sangat tidak asing untuk mereka berdua.

Darren Cameron Barraq

Pak Darren Client

Bos Darren

CEO Pak Darren

Pak Darren CEO My Mart

Bosku Ganteng

Bosku Tampan

Darren SMA

Darren Bos My Mart

Darren CEO My Mart

Darren Gym

Darren

Pak Darren CEO Ganteng

Pak Darren

Sontak Aileen dan Jasmine kaget melihat nama-nama yang muncul pada saat mereka mencoba mencari  nomor handphone asing yang menghubungi Jasmine dan membayar semua barang yang ada di keranjang belanja pada akun My-Mart milik Jasmine tersebut.

“Lho kok Darren? Jadi yang melakukan ini semua Darren? Pantas saja bisa seenaknya buka akun orang, ternyata CEO nya sendiri pelakunya. Tapi untuk apa dia melakukan ini semua, Len?” ujar Jasmine dengan nada tak percaya.

“Aku juga penasaran, untuk apa Darren melakukan ini semua ke kamu? Atau jangan-jangan dia menaruh perasaan sama kamu kali? Atau lebih tepatnya ini cara modus pendekatan. Mendingan kamu secepatnya tanya sama Darren, Yas” ujar Aileen yang juga ikut penasaran.

“Ngaco banget kalau dia Menaruh perasaan sama aku? Sepertinya ini sangat tidak mungkin. Kamu tahu sendiri kan kalau-“

Tok tok.

Belum selesai Jasmine menjelaskan pada Aileen, terdengar bunyi pintu kamar Jasmine yang diketuk.

“Jasmine? Sudah bangun, nak?” ujar Ana dari luar pintu.

“Sudah, ma. Aku sama Aileen sudah bangun. Masuk aja ma!” ujar Jasmine mempersilahkan Ana untuk masuk ke kamarnya.

“Bagaimana keadaanmu pagi ini, sayang? Sudah lebih baik dan sehat? Apakah masih ada yang sakit lagi badannya?” ujar Ana sembari memperhatikan Jasmine mulai dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki.

“Sudah, ma. Jasmine sudah jauh lebih baik, semalam Jasmine bisa tidur dengan nyenyak. Sepertinya Jasmine hanya butuh tidur,” ujar Jasmine sembari memeluk wanita paruh baya yang duduk disampingnya itu.

“Lain kali, tolong dengarkan nasihat mama ya, nak! Orang tuamu hanya tinggal mama, kalau mama saja tidak didengarkan nasihatnya, lalu siapa lagi yang akan kamu dengarkan nanti ketika mama sudah tidak ada?” ujar Ana dengan mata sayu menahan sedihnya.

“Mama kenapa kok bicara seperti itu? Jasmine juga selalu mendengarkan nasihat mama,” ujar Jasmine dengan menatap lekat mamanya.

“Oh iya, hampir mama lupa, mama kesini ingin memberitahukanmu kalau dibawah ada buket bunga yang sangat besar. Entah dari siapa, mama tak sempat melihat tulisannya,” ujar Ana seperti mengalihkan topik pembicaraan mereka.

“Hah? Kok bisa ada bunga? bunga dari siapa, ma?” ujar Jasmine dengan nada sedikit terkejut. Belum selesai dia dikejutkan dengan ulah Darren yang tak habis pikir, pagi ini lagi-lagi dia dikejutkan dengan ulah seseorang yang mengiriminya sebuah buket bunga.

“Tadi kurirnya tak menyebutkan pengirimnya, dia hanya menyampaikan ada kiriman buket bunga untuk Nona Jasmine,” ujar Ana dengan menaikkan bahunya, “Sudah sana kamu lihat sendiri, mama sama Mas Dani pagi ini mau ada rapat di perusahaan. Kamu dan Aileen turunlah, sarapan dulu kalian,” lanjut Ana sembari melangkah meninggalkan kamar Jasmine.

Tanpa menunggu lama lagi dan dihantui rasa penasaran, Jasmine dan Aileen turun ke bawah untuk melihat buket bunga yang dikirimkan untuk Jasmine sekaligus untuk sarapan pagi. Jasmine menuruni anak tangga dengan sedikit berlari, seakan lupa bahwa semalam dia baru saja pulang dari klinik karena pingsan. Dia lupa bahwa dia semalam baru tidak enak badan.

Sesampainya di lantai bawah, tepat di ruang tamu dimana Ana meletakkan buket bunga yang tertanda untuk anak perempuannya itu, Jasmine tidak menyangka dengan besarnya buket bunga yang ada dihadapannya saat ini. Dilihatnya sebuah buket bunga lili yang dimasukkan ke dalam sebuah vas berwarna bening. Jumlah bunga lili tersebut, setelah Jasmine hitung, ada sebanyak tujuh puluh tangkai bunga lili yang semuanya masih segar dan harum. Benar-benar terlihat sangat mewah.

Dengan cepat Jasmine mengambil sebuat catatan yang tergantung di salah satu tangkainya.

[Semoga Lekas Sembuh, Cantik

With love,

DCB]

Jasmine berpikir keras dengan inisial nama yang ada di catatan itu. “DCB ?” ujar Jasmine dengan lirih sembari mengerutkan keningnya.

“Darren Cameron Barraq,” ujar Aileen dengan nada cukup keras yang sontak mengagetkan lamunan Jasmine.

“Bisa jadi DCB yang dimaksud disini bukan Darren, Len. Bisa jadi inisial nama orang lain kan?” ujar Jasmine yang masih berusaha berpikir positif jika inisial nama yang ada di catatan tersebut bukanlah inisial nama Darren.

“Jasmine, kamu memang terlalu polos. Kalau bukan Darren siapa lagi? Kamu punya kenalan lagi yang inisial namanya DCB? Nggak kan? Circle kita sama lho, Yas” ujar Aileen sembari menepuk pundak sahabatnya itu. Aileen sangat tahu bahwa sahabatnya itu memang sangat lugu. Berusaha untuk selalu berpikir positif dengan segala hal yang menimpanya.

“Kalau benar ini dari Darren, untuk apa Darren melakukan ini semua padaku, Len ? Urusan akun My Mart ku saja masih membuatku penasaran, sekarang ditambah lagi dengan ini!” ujar Jasmine sembari merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu rumahnya itu. Jasmine sangat penasaran dengan alasan Darren melakukan semua itu padanya.

“Apa maksudnya, Len?” lanjut Jasmine dengan ragu sembari memperhatikan buket bunga yang ada dihadapannya.

“Jasmine, lebih baik kamu telepon dia sekarang! Kamu tanyakan saja langsung ke dia. Biar semuanya clear deh. Daripada kita cuma menebak-nebak sendiri dan malah nyangka yang aneh-aneh," ujar Aileen yang juga penasaran, memerintahkan Jasmine untuk segera menghubungi Darren agar rasa penasaran mereka terjawab.

“Tapi kalau nanti diabaikan atau tidak diangkat sama dia bagaimana ?” ujar Jasmine.

“Kalau kamu ingin rasa penasaranmu itu terjawab, aku sarankan sekarang juga kamu telepon dia! Kamu mau tahu apa maksud dia melakukan ini semua sama kamu kan? Buruan udah di telpon!” ujar Aileen berusaha meyakinkan Jasmine untuk menelepon Darren agar rasa penasaran mereka berdua cepat terjawab.

Dengan sedikit gemetar karena rasa gugup yang ada padanya saat ini, Jasmine segera menghubungi Darren dengan handphone yang tadi dibawanya.

Tut tut tut

Setelah tiga kali terdengar nada tunggu, suara lelaki dengan nada suara yang tegas tapi sedikit lembut menjawab telepon dari Jasmine tersebut.

“Halo,” ujar suara diseberang telepon.

“Halo, ini Kak Darren?” ujar Jasmine dengan nada yang lirih sembari menutupi rasa gugupnya.

“Iya, Jasmine. Ada apa kamu menghubungiku sepagi ini? Apakah kamu merindukanku?” ujar Darren dengan nada sangat lembut.

“Kangen? Ih apa-apaan laki-laki ini! Kepedean banget sih jadi cowok!” batin Jasmine.

“Kak, maaf sebelumnya kalo aku mengganggu waktu kakak. Ada yang ingin aku tanyakan sama kakak. Kakak ada waktu?” ujar Jasmine berusaha menjelasakan alasannya menghubungi Darren.

“Apa yang ingin kamu tanyakan padaku, Jasmine Chalondra Maheswari?,” ujar Darren.

Setiap kali Darren menyebut nama lengkap Jasmine, dada Jasmine selalu berdegup dengan cepat.

“Jadi begini kak, kak Darren pasti sudah tahu apa yang ingin aku tanyakan pada kakak. Ehm, Jadi apa maksud dari semua ini?,” ujar Jasmine dengan nada yang lembut.

“Oh soal itu, kamu pasti sangat ingin tahu kenapa aku melakukan semua itu sama kamu?” ujar Darren.

“Iya kak, aku penasaran, kenapa Kak Darren mau repot-repot melakukan itu semua ke aku?” ujar Jasmine yang berharap rasa penasaran dapat terjawab sekarang.

“Kalau kamu benar-benar penasaran dan ingin tahu jawabannya, temui aku. Aku saat ini ada di depan rumahmu,” ujar Darren kemudian menutup panggilan telepon itu.

Tut tuuut

“Ya Tuhan, sekarang apa lagi? Len, aku sangat tidak habis pikir dengan kelakuan Darren. Kamu tahu, saat ini Darren ada di depan rumah. Dia bilang jika aku ingin tahu mengenai alasan Darren melakukan ini semua padaku, aku harus menemuinya di luar,” ujar Jasmine menjelaskan tentang apa yang dikatakan Darren di panggilan telepon tadi pada Aileen.

“Apa ? Kamu serius Darren sekarang ada di luar?” ujar Aileen tak percaya dengan apa yang dikatakan Jasmine.

“Jasmine, ini masih jam sepuluh pagi dan dia sudah menggumu di luar? Aku pikir memang sedikit gila sih kelakuan Darren ini. Agak cringe ya,” ujar Aileen seraya geleng-geleng kepala merasa tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Darren pada Jasmine.

“Len, Mas Dani dan mama sudah berangkat kan? Aku nggak mau Mas Dani tahu tentang ini, aku cuma ngerasa nggak enak karena Darren kan rekan bisnis Mas Dani,” ujar Jasmine pada Aileen sembari memperhatikan sekitar.

“Mobilnya aku lihat sudah nggak ada di parkiran, Mas Dani sama mama sepertinya sudah pergi. Itu motor Pak Anto juga ada di parkiran,”

Pak Anto merupakan sopir pribadi keluarga Jasmine. Akan tetapi karena rumahnya dekat, jadi Pak Anto tidak tinggal di rumah Jasmine.

Aileen yang paham dengan apa yang dimaksud sahabatnya itu, ikut memperhatikan dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah Jasmine.

“Len, kamu jangan kemana-mana. Kamu disini saja, tungguin aku! Handphone kamu harus selalu kamu pegang! Siapa tahu aku menghubungimu karena membutuhkan bantuan. Jujur aku takut sama dia, Len,” ujar Jasmine dengan nada yang mencoba menyembunyikan rasa takutnya.

“Kamu tenang saja, Yas. Aku tunggu kamu disini dan aku juga akan selalu pegang handphone aku, apa perlu aku mengintip kalian?” ujar Aileen berusaha menenangkan Jasmine.

“Sepertinya tidak perlu, Len. Aku takut Darren tahu kalau kamu mengintip kami berdua dan yang ada dia bisa saja melakukan hal yang nggak kita inginkan,” ujar Jasmine.

Setelah itu, Jasmine yang hanya menggunakan kaos oblong berwarna pink soft dengan dipadukan celana panjang dengan motif bunga-bunga berwarna biru perpaduan pink, memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya dan bersiap untuk keluar menemui Darren yang ternyata sudah dari tadi menunggu Jasmine di mobilnya yang diparkir di depan rumah Jasmine.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status