Hari ini hari Sabtu kebetulan Jasmine dan Aileen libur pada hari Sabtu dan Minggu. Semalam karena sudah larut dan Aileen ingin menemani sahabatnya yang sedang sakit, akhirnya Aileen menginap di rumah Jasmine. Aileen memang sering menginap di rumah Jasmine, begitupun sebaliknya, Jasmine juga sering sekali menginap di rumah Aileen. Akan tetapi setelah keduanya sama-sama bekerja, kegiatan itu sudah jarang mereka lakukan. Hanya sesekali saja.
Setelah Jasmine merasa tubuhnya sudah lebih baik dan sudah tidak lemas lagi, Jasmine ingin melanjutkan pencariannya mengenai pesan w******p dari seseorang yang misterius yang bisa membuat seluruh barang di keranjang belanja di akun My Mart Jasmine berpindah ke status sedang menunggu pengiriman. Sedangkan, jika di total, jumlah pembelanjaan Jasmine pada keranjang belanjanya yang sebelumnya tidak jadi dibelinya yaitu dua belas juta lima ratus ribu rupiah.
“Siapa orang itu sebenarnya? Kenapa orang itu bisa tahu dan bisa log in dengan mudah pada akun My-Martku sedangkan aku sama sekali tidak pernah memberi tahu tentang akun itu ke siapapun. Ngeri banget kayak stalker,” ujar Jasmine kepada Aileen.
“Yas, kenapa nggak kita cek di aplikasi pencarian pemilik nomor telepon yang ada di handphonemu?” ujar Aileen sembari memberikan handphone Jasmine kepada pemiliknya.
“Ya ampun! Kenapa aku nggak kepikiran kayak gitu dari kemaren sih?” Jasmine mengambil handphonenya dari tangan Aileen dan langsung membuka aplikasi yang sudah disebutkan Aileen tadi.
Setelah beberapa lama mereka menunggu proses pencarian pada aplikasi tersebut, akhirnya muncul beberapa nama yang sangat tidak asing untuk mereka berdua.
Darren Cameron Barraq
Pak Darren Client
Bos Darren
CEO Pak Darren
Pak Darren CEO My Mart
Bosku Ganteng
Bosku Tampan
Darren SMA
Darren Bos My Mart
Darren CEO My Mart
Darren Gym
Darren
Pak Darren CEO Ganteng
Pak Darren
Sontak Aileen dan Jasmine kaget melihat nama-nama yang muncul pada saat mereka mencoba mencari nomor handphone asing yang menghubungi Jasmine dan membayar semua barang yang ada di keranjang belanja pada akun My-Mart milik Jasmine tersebut.
“Lho kok Darren? Jadi yang melakukan ini semua Darren? Pantas saja bisa seenaknya buka akun orang, ternyata CEO nya sendiri pelakunya. Tapi untuk apa dia melakukan ini semua, Len?” ujar Jasmine dengan nada tak percaya.
“Aku juga penasaran, untuk apa Darren melakukan ini semua ke kamu? Atau jangan-jangan dia menaruh perasaan sama kamu kali? Atau lebih tepatnya ini cara modus pendekatan. Mendingan kamu secepatnya tanya sama Darren, Yas” ujar Aileen yang juga ikut penasaran.
“Ngaco banget kalau dia Menaruh perasaan sama aku? Sepertinya ini sangat tidak mungkin. Kamu tahu sendiri kan kalau-“
Tok tok.
Belum selesai Jasmine menjelaskan pada Aileen, terdengar bunyi pintu kamar Jasmine yang diketuk.
“Jasmine? Sudah bangun, nak?” ujar Ana dari luar pintu.
“Sudah, ma. Aku sama Aileen sudah bangun. Masuk aja ma!” ujar Jasmine mempersilahkan Ana untuk masuk ke kamarnya.
“Bagaimana keadaanmu pagi ini, sayang? Sudah lebih baik dan sehat? Apakah masih ada yang sakit lagi badannya?” ujar Ana sembari memperhatikan Jasmine mulai dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki.
“Sudah, ma. Jasmine sudah jauh lebih baik, semalam Jasmine bisa tidur dengan nyenyak. Sepertinya Jasmine hanya butuh tidur,” ujar Jasmine sembari memeluk wanita paruh baya yang duduk disampingnya itu.
“Lain kali, tolong dengarkan nasihat mama ya, nak! Orang tuamu hanya tinggal mama, kalau mama saja tidak didengarkan nasihatnya, lalu siapa lagi yang akan kamu dengarkan nanti ketika mama sudah tidak ada?” ujar Ana dengan mata sayu menahan sedihnya.
“Mama kenapa kok bicara seperti itu? Jasmine juga selalu mendengarkan nasihat mama,” ujar Jasmine dengan menatap lekat mamanya.
“Oh iya, hampir mama lupa, mama kesini ingin memberitahukanmu kalau dibawah ada buket bunga yang sangat besar. Entah dari siapa, mama tak sempat melihat tulisannya,” ujar Ana seperti mengalihkan topik pembicaraan mereka.
“Hah? Kok bisa ada bunga? bunga dari siapa, ma?” ujar Jasmine dengan nada sedikit terkejut. Belum selesai dia dikejutkan dengan ulah Darren yang tak habis pikir, pagi ini lagi-lagi dia dikejutkan dengan ulah seseorang yang mengiriminya sebuah buket bunga.
“Tadi kurirnya tak menyebutkan pengirimnya, dia hanya menyampaikan ada kiriman buket bunga untuk Nona Jasmine,” ujar Ana dengan menaikkan bahunya, “Sudah sana kamu lihat sendiri, mama sama Mas Dani pagi ini mau ada rapat di perusahaan. Kamu dan Aileen turunlah, sarapan dulu kalian,” lanjut Ana sembari melangkah meninggalkan kamar Jasmine.
Tanpa menunggu lama lagi dan dihantui rasa penasaran, Jasmine dan Aileen turun ke bawah untuk melihat buket bunga yang dikirimkan untuk Jasmine sekaligus untuk sarapan pagi. Jasmine menuruni anak tangga dengan sedikit berlari, seakan lupa bahwa semalam dia baru saja pulang dari klinik karena pingsan. Dia lupa bahwa dia semalam baru tidak enak badan.
Sesampainya di lantai bawah, tepat di ruang tamu dimana Ana meletakkan buket bunga yang tertanda untuk anak perempuannya itu, Jasmine tidak menyangka dengan besarnya buket bunga yang ada dihadapannya saat ini. Dilihatnya sebuah buket bunga lili yang dimasukkan ke dalam sebuah vas berwarna bening. Jumlah bunga lili tersebut, setelah Jasmine hitung, ada sebanyak tujuh puluh tangkai bunga lili yang semuanya masih segar dan harum. Benar-benar terlihat sangat mewah.
Dengan cepat Jasmine mengambil sebuat catatan yang tergantung di salah satu tangkainya.
[Semoga Lekas Sembuh, Cantik
With love,
DCB]
Jasmine berpikir keras dengan inisial nama yang ada di catatan itu. “DCB ?” ujar Jasmine dengan lirih sembari mengerutkan keningnya.
“Darren Cameron Barraq,” ujar Aileen dengan nada cukup keras yang sontak mengagetkan lamunan Jasmine.
“Bisa jadi DCB yang dimaksud disini bukan Darren, Len. Bisa jadi inisial nama orang lain kan?” ujar Jasmine yang masih berusaha berpikir positif jika inisial nama yang ada di catatan tersebut bukanlah inisial nama Darren.
“Jasmine, kamu memang terlalu polos. Kalau bukan Darren siapa lagi? Kamu punya kenalan lagi yang inisial namanya DCB? Nggak kan? Circle kita sama lho, Yas” ujar Aileen sembari menepuk pundak sahabatnya itu. Aileen sangat tahu bahwa sahabatnya itu memang sangat lugu. Berusaha untuk selalu berpikir positif dengan segala hal yang menimpanya.
“Kalau benar ini dari Darren, untuk apa Darren melakukan ini semua padaku, Len ? Urusan akun My Mart ku saja masih membuatku penasaran, sekarang ditambah lagi dengan ini!” ujar Jasmine sembari merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu rumahnya itu. Jasmine sangat penasaran dengan alasan Darren melakukan semua itu padanya.
“Apa maksudnya, Len?” lanjut Jasmine dengan ragu sembari memperhatikan buket bunga yang ada dihadapannya.
“Jasmine, lebih baik kamu telepon dia sekarang! Kamu tanyakan saja langsung ke dia. Biar semuanya clear deh. Daripada kita cuma menebak-nebak sendiri dan malah nyangka yang aneh-aneh," ujar Aileen yang juga penasaran, memerintahkan Jasmine untuk segera menghubungi Darren agar rasa penasaran mereka terjawab.
“Tapi kalau nanti diabaikan atau tidak diangkat sama dia bagaimana ?” ujar Jasmine.
“Kalau kamu ingin rasa penasaranmu itu terjawab, aku sarankan sekarang juga kamu telepon dia! Kamu mau tahu apa maksud dia melakukan ini semua sama kamu kan? Buruan udah di telpon!” ujar Aileen berusaha meyakinkan Jasmine untuk menelepon Darren agar rasa penasaran mereka berdua cepat terjawab.
Dengan sedikit gemetar karena rasa gugup yang ada padanya saat ini, Jasmine segera menghubungi Darren dengan handphone yang tadi dibawanya.
Tut tut tut
Setelah tiga kali terdengar nada tunggu, suara lelaki dengan nada suara yang tegas tapi sedikit lembut menjawab telepon dari Jasmine tersebut.
“Halo,” ujar suara diseberang telepon.
“Halo, ini Kak Darren?” ujar Jasmine dengan nada yang lirih sembari menutupi rasa gugupnya.
“Iya, Jasmine. Ada apa kamu menghubungiku sepagi ini? Apakah kamu merindukanku?” ujar Darren dengan nada sangat lembut.
“Kangen? Ih apa-apaan laki-laki ini! Kepedean banget sih jadi cowok!” batin Jasmine.
“Kak, maaf sebelumnya kalo aku mengganggu waktu kakak. Ada yang ingin aku tanyakan sama kakak. Kakak ada waktu?” ujar Jasmine berusaha menjelasakan alasannya menghubungi Darren.
“Apa yang ingin kamu tanyakan padaku, Jasmine Chalondra Maheswari?,” ujar Darren.
Setiap kali Darren menyebut nama lengkap Jasmine, dada Jasmine selalu berdegup dengan cepat.
“Jadi begini kak, kak Darren pasti sudah tahu apa yang ingin aku tanyakan pada kakak. Ehm, Jadi apa maksud dari semua ini?,” ujar Jasmine dengan nada yang lembut.
“Oh soal itu, kamu pasti sangat ingin tahu kenapa aku melakukan semua itu sama kamu?” ujar Darren.
“Iya kak, aku penasaran, kenapa Kak Darren mau repot-repot melakukan itu semua ke aku?” ujar Jasmine yang berharap rasa penasaran dapat terjawab sekarang.
“Kalau kamu benar-benar penasaran dan ingin tahu jawabannya, temui aku. Aku saat ini ada di depan rumahmu,” ujar Darren kemudian menutup panggilan telepon itu.
Tut tuuut
“Ya Tuhan, sekarang apa lagi? Len, aku sangat tidak habis pikir dengan kelakuan Darren. Kamu tahu, saat ini Darren ada di depan rumah. Dia bilang jika aku ingin tahu mengenai alasan Darren melakukan ini semua padaku, aku harus menemuinya di luar,” ujar Jasmine menjelaskan tentang apa yang dikatakan Darren di panggilan telepon tadi pada Aileen.
“Apa ? Kamu serius Darren sekarang ada di luar?” ujar Aileen tak percaya dengan apa yang dikatakan Jasmine.
“Jasmine, ini masih jam sepuluh pagi dan dia sudah menggumu di luar? Aku pikir memang sedikit gila sih kelakuan Darren ini. Agak cringe ya,” ujar Aileen seraya geleng-geleng kepala merasa tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Darren pada Jasmine.
“Len, Mas Dani dan mama sudah berangkat kan? Aku nggak mau Mas Dani tahu tentang ini, aku cuma ngerasa nggak enak karena Darren kan rekan bisnis Mas Dani,” ujar Jasmine pada Aileen sembari memperhatikan sekitar.
“Mobilnya aku lihat sudah nggak ada di parkiran, Mas Dani sama mama sepertinya sudah pergi. Itu motor Pak Anto juga ada di parkiran,”
Pak Anto merupakan sopir pribadi keluarga Jasmine. Akan tetapi karena rumahnya dekat, jadi Pak Anto tidak tinggal di rumah Jasmine.
Aileen yang paham dengan apa yang dimaksud sahabatnya itu, ikut memperhatikan dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah Jasmine.
“Len, kamu jangan kemana-mana. Kamu disini saja, tungguin aku! Handphone kamu harus selalu kamu pegang! Siapa tahu aku menghubungimu karena membutuhkan bantuan. Jujur aku takut sama dia, Len,” ujar Jasmine dengan nada yang mencoba menyembunyikan rasa takutnya.
“Kamu tenang saja, Yas. Aku tunggu kamu disini dan aku juga akan selalu pegang handphone aku, apa perlu aku mengintip kalian?” ujar Aileen berusaha menenangkan Jasmine.
“Sepertinya tidak perlu, Len. Aku takut Darren tahu kalau kamu mengintip kami berdua dan yang ada dia bisa saja melakukan hal yang nggak kita inginkan,” ujar Jasmine.
Setelah itu, Jasmine yang hanya menggunakan kaos oblong berwarna pink soft dengan dipadukan celana panjang dengan motif bunga-bunga berwarna biru perpaduan pink, memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya dan bersiap untuk keluar menemui Darren yang ternyata sudah dari tadi menunggu Jasmine di mobilnya yang diparkir di depan rumah Jasmine.
Darren masih tak berkedip mengamati wanita pujaannya itu. "Memang aku tak salah menambatkan hatiku padamu, Jasmine. Kamu benar-benar wanita yang sempurna," Darren pun tak berhenti memberikan pujian untuk kekasihnya itu."Ish, kamu ini, bisa nggak kalau nggak berlebihan kaya gitu," Jasmine memukul pelan pundak Darren. Tak bisa dipungkiri bahwa pujian dan tatapan Darren membuatnya salah tingkah. Wanita mana yang tidak meleleh mendangar pujian dan perlakuan seperti yang didapatkan Jasmine itu."Sayang, aku jujur. Kamu benar-benar wanita sempurna yang pernah aku temui. Aku bahkan rela melakukan hal apapun hanya untuk melihat senyum di wajah cantikmu itu, untuk melihatmu tetap ada disisiku," Darren menggenggam erat kedua tangan Jasmine, sembari menatap lekat-lekat ke wajah wanita pujaannya itu. "Jasmine, berjanjilah padaku, bahwa apapun dan bagaimanapun keadaan yang akan terjadi kedepannya, berjanjilah bahwa kau tak akan meninggalkanku! Berjanjilah bahwa kau akan selalu bersamaku dan berja
Tak lama kemudian, helikopter yang ditumpangi Darren dan Jasmine telah mendarat. Setelah mengemasi barang pribadi milik mereka, keduanya menuruni helikopter tersebut dengan hati-hati. Raymond ternyata sudah turun terlebih dahulu dan mengantarkan koper keduanya ke resort yang berada tak jauh dari helipad yang ada di pulau pribadi milik keluarga besar Darren itu.Sebuah pulau pribadi dengan garis pantai yang cukup panjang, hamparan pasir putih yang sungguh cantik dan air lautnya yang jernih memancarkan warna turquoise, serta suasananya yang masih asri juga alami, membuat siapapun akan terpesona dengan keindahan pulau pirbadi milik keluarga Darren tersebut. Dari air lautnya yang jernih, dapat terlihat karang yang beraneka ragam bentuk serta warnanya. Selain itu, terdapat hutan yang subur nan hijau yang kaya dengan berbagai jenis burung, binatang dan juga tumbuhan liar menambah kesan asri dari pulau tersebut.Tak hanya itu, di pulau pribadi milik keluarga besar Darren ini terdapat dua bua
Lima menit berjalan, Jasmine dan Darren terlihat masih sangat menkmati percumbuan itu. Darren merasakan degup jantungnya berdetak sangat cepat, debaran-debaran cinta yang sudah lama tak ia rasakan, kini kembali dirasakannya. "Gila, wanita ini memang berbeda. Aku tak pernah merasakan senyaman ini berada di pelukan seorang wanita. Jasmine, aku benar-benar mencintaimu, kau tak boleh meninggalkanku," ujar Darren dalam hatinya.Darren yang sudah mulai merasakan puncak gairahnya, segera membopong tubuh Jasmine untuk duduk di pangkuannya. Sama halnya dengan Darren, Jasmine yang sudah merasakan berada di puncak gairahnya, tak dapat menolak perintah Darren, Saat ini tubuh Jasmine berada di pangkuan Darren dan wajah cantiknya saat ini tepat berada di depan wajah tampan Darren Cameron Barraq."Jasmine, aku sungguh mencintaimu, sangat mencintaimu. Tolong, jangan ada pikiran untuk meninggalkanku, aku tak akan tahu bagaimana hidupku setelah ini jika tak ada kamu disisiku," tak menunggu Jasmine menj
Sebuah helikopter berwarna hitam mengkilap dengan simbol sebuah perusahaan yang ternyata adalah simbol perusahaan milik Darren sudah menunggu Darren dan Jasmine di landasan helikopter yang berada di lantai paling atas gedung rumah sakit tersebut. "Silahkan Pak Darren dan Bu Jasmine, helikopternya sudah siap," ujar Sari mempersilahkan Darren dan Jasmine untuk masuk ke dalam helikopter yang sudah dari dua jam yang lalu tersedia di landasan helikopter tersebut. "Terimakasih banyak atas bantuannya Mbak Sari dan Mas Gusti, saya sudah menitipkan sesuatu untuk kalian lewat Pak Bagas. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih untuk pelayanan kalian yang luar biasa," Darren menjabat tangan Sari dan Gusti secara bergantian. "Wah, saya merasa tersanjung dengan apa yang bapak katakan. Terimakasih sekali bapak, hati-hati dalam perjalanan dan selamat berlibur," ujar Gusti saat Darren menjabat tangannya. Lagi-lagi Jasmine dibuat berdiri seperti patung ketika melihat kenyataan yang ada didepannya saat
Jasmine bergegas memasuki mobil sedan berwarna hitam yang telah terparkir di depan rumahnya. Darren sudah menunggu disitu lebih dari dua puluh menit. Sebelumnya Darren sudah berjanji akan menjemput Jasmine tepat pukul sembilan, dan seperti yang telah dijanjikan Darren, pukul sembilan tepat Darren sudah berada di depan rumah Jasmine. Sedangkan Jasmine masih ternyata belum siap, dia masih bersiap dan mengemasi barang apa saja yang akan dibawanya liburan bersama kekasihnya itu. Jasmine hari ini kesiangan, dia baru bangun pukul setengah sembilan dan langsung mandi, bersiap-siap dan berkemas."Ya Tuhan, terimakasih karena Kau sudah mengirimkan bidadari untukku," Darren mengamati setiap inci tubuh Jasmine sembari menyalakan mesin mobilnya."Kamu ini bukannya marah karena lama nunggu akunya," ujar Jasmine. Terlihat rona merah muncul di kedua pipinya."Sayang, aku mana bisa marah-marah sama bidadari. Lagipula, aku memang orangnya paling nggak bisa marah-marah, apalagi sama orang yang aku saya
"Jasmine sudah pulang, nak?" ujar Ana ketika melihat sosok Jasmine yang berjalan masuk dari pintu ruang tamu. Saat itu memang lampu ruang tamu dalam keadaan remang-remang. Membuat pandangan mata tak begitu jelas."Lho, mama kok disini? Mama kenapa jam segini belum tidur?" Jasmine sedikit terkejut melihat Ana yang saat ini sedang duduk santai di sofa ruang tamu sembari menyilangkan kedua kakinya dan memainkan alat komunikasi selularnya."Iya sayang, mama belum bisa tidur. Daritadi sudah coba untuk tidur tapi belum bisa tidur juga. Mama bosen di kamar, jadi mama memutuskan duduk-duduk di sini sambil cari suasana lain, ya sudah sekalian nungguin Jasmine sama Mas Dani," Ana meletakkan alat komunikasi selularnya itu ke atas meja kaca yang berada disampingnya."Mama kenapa? Ada yang sedang mama pikirkan? Atau mama sakit? Tidak enak badan?" Jasmine menjatuhkan tubuhnya di sofa dimana Ana duduk kemudian memeluk tubuh wanita paruh baya yang ada disampingnya itu. Jasmine terlihat sangat mengkha
Sepanjang perjalanan ke rumah Jasmine, suasana di mobil sangat hening. Hanya terdengar suara musik yang diputar pada pemutar musik yang berada di dashboard mobil Darren.Waktu yang telah kita lalui, buatmu jadi lebih berartiLuluhkan kerasnya dinding hati, engkaulah satu yang aku cari“Kamu tahu lagu ini, Jasmine?” ujar Darren memecah suasana hening suasana di mobil Darren itu.“Iya, kenapa?” ujar Jasmine singkat. Jasmine masih merasa tidak enak dengan apa yang sudah dikatakannya pada Darren saat makan di tempat Alif tadi.“Ini yang aku rasakan padamu saat ini,”“Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku,” Darren menirukan Ariel yang menyanyikan lagu yang diputar saat itu.Lai-lagi pipi Jasmine memerah, dia sangat tersanjung dengan apa yang baru saja diutarakan Darren. Meskipun Darren hanya menyanyikan sebuah lagu, tapi Jasmine yakin bahwa itu memang apa yang benar-benar dirasakan Darren padanya saat ini.“Kak Day, eh maksud aku, sa..yang,” ujar Jasmine sedikit ragu. Jasmine masih belum y
“Kita makan dulu ya. Aku tahu kamu pasti belum makan kan? Jadi nggak ada alasan buat nolak,” ujar Darren dan pandangannya terus tertuju pada jalanan yang ada di depannya.“Tapi ini udah malem, emang kamu nggak apa-apa kalau nemenin aku makan dulu?” Jasmine merasa tidak enak jika harus menahan Darren lebih lama dengannya.“Jasmine, kamu kira aku anak SD yang kalau sebelum senja belum sampai rumah dicari orang tuanya? Aku sudah kepala tiga Jasmine,” Darren gemas dengan pertanyaan Jasmine. Dia melirik Jasmine sesaat dan mengacak rambutnya.“Bukan gitu, tapi nanti-,”“Pokokya kita makan dulu, takutnya kalau kamu telat makan nanti bakalan pingsan lagi kaya waktu itu di tempat gym,” belum selesai Jasmine bicara, Darren sudah memotong pembicaraan Jasmine dan memaksa Jasmine untuk tetap makan malam dulu dengannya.“Baiklah kalau memang kamu memaksa. Terserah kamu saja, aku menolak pun tak ada gunanya,” ujar Jasmine pasrah. Jasmine sangat paham dengan lawan bicaranya itu. Menolakpun tidak ada
“Ih Mbak Erin memang yang terbaik lah pokoknya. I love you full, Mbak Er,” ujar Jasmine terlihat semringah sembari memeluk Erin dengan sangat erat.“Jasmine ih dari kapan kamu lebay kayak gini? Jangan-jangan kamu sudah terkontaminasi Darren ya?” Erin dengan wajah gelinya perlahan melepas pelukan Jasmine.“Enak aja, Mbak Er. Kan aku emang udah lama kayak gini, mbak,” ujar Jasmine dengan nada sedikit kesal karena enggan dihubung-hubungkan dengan Darren. Dari dulu memang Jasmine sedekat itu dengan Erin, hal yang dilakukan Jasmine pada Erin tadi memang bukanlah hal yang baru.“Astaga, kan hampir saja aku lupa, katanya Mbak Erin dijemput? Jemputan Mbak Erin mana? Kok belum kelihatan? Mbak Erin dijemput siapa sih?” Jasmine melontarkan beberapa pertanyaan pada Erin, layaknya reporter berita yang sedang haus akan informasi.“Astaga, nggak kurang banyak pertanyaannya. Udah kaya wartawan lagi wawancara artis. Hahaha," ujar Erin sembari terkekeh mendengar banyaknya pertanyaan yang Jasmine lontar