Share

Bab 5

Selyn menunggu di ruang rapat sambil melihat sekelilingnya. Pikirannya juga bertanya tanya ada hubungan apa Vano dengan orang tadi.

Ada banyak sekali yang ingin ia tanyakan tapi ia sadar dia bukan siapa-siapa. Jadi lebih baik jangan bertanya apa pun, untuk menjaga keselamatan hidupnya.

Selyn menoleh saat beberapa orang masuk kedalam ruangan meeting, bodyguard yang tadi mengantarkannya menyapa mereka. Selyn juga ikut menyapa mereka, dan di balas senyuman oleh mereka.

"Eros apa kau tau dimana Mr Vano dan Mr. Fero?" Tanya Selyn pada bodyguard yang berdiri di sebelahnya yang ia ketahui bernama Eros.

"Mungkin masih berbincang bincang di luar nona," jawab Eros.

Selyn mengangguk angguk mengerti, apa yang mereka bicarakan sampai dia harus pergi.

Ais Selyn ingat itu bukan urusan lo mengerti batin Selyn mencoba menyadarkan dirinya.

"Astaga," Selyn terlonjak kaget saat tiba tiba Vano duduk dengan kasar di samping kursinya, sedangkan Fero duduk di samping Vano.

"Datang tak diundang pulang tak  diantar," guman Selyn lirih.

Vano menatap Selyn sinis, nasib baik atau buruk ia mendapat sekertaris semacam Selyn. Yang kadang susah konek, ngeselin, dan cerewet.

"Bisakah kau diam nona," Vano menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, dengan tangan yang menopang dagu.

Selyn menutup mulutnya rapat-rapat agar tak bicara lagi. Ia melirik Vano yang saat itu juga sedang meliriknya, Selyn berdehem lalu memperbaiki tempat duduknya. Vano memutar bola matanya malas, lama batin Vano karena rapat tak kunjung di mulai.

"Baik dari pada menunggu lama mari kita mulai meetingnya..............." 

Meeting pun berlanjut sampai sekitar satu setengah jam-an. Selyn merapikan semua berkas berkas dibantu oleh bodyguard milik Fero.

"Ikut gw," Alden menarik tangan Vano namun langsung di hempaskan oleh Vano.

"Vano lo harus ikut gw gak ada penolakan, Mommy butuh lo," wajah Alden nampak sedih.

Selyn yang tak mengerti apa apa hanya diam dan berdiri di samping bodyguard Vano yang sedang mencoba menghubungi rekan rekannya, untuk mengatasi jika terjadi hal hal yang tak diinginkan.

"Eros," panggil Fero lirih.

Eros yang ada di sebelahku segera mendekati Fero yang tadi memanggilnya. Fero membisikan sesuatu pada telinga Eros, setelah Fero membisikan sesuatu di telinga Eros Eros mendekati Selyn.

"Nona mari kita pergi dari sini," ajak Eros.

"Sebentar," Selyn mengambil tas dan juga laptopnya.

Selyn memberi isyarat pada Fero bahwa dokumen tidak ia bawa, Fero mengangguk dan tersenyum.

"Mari," Eros mempersilahkan Selyn untuk keluar terlebih dulu. 

Saat itu juga bertepatan dengan datangnya para bodyguard yang tadi di panggil oleh Eros. Jadi ketika Selyn dan Eros keluar tidak ada yang menyadarinya kecuali Fero dan Vano.

"Mari Mr. Vano kita pergi," ajak Raizen salah satu bodyguard Vano.

Vano merapikan jasnya lalu melangkah keluar, namun langkahnya terhenti saat Alden mencekal lengannya. Vano mengeraskan rahangnya, Fero yang melihat itu memejamkan matanya ini akan lama batinnya.

"Maaf Mr. Alden tolong lepaskan tangan Mr. Vano," pinta Raizen dengan nada yang masih ramah, "Kalau anda tak segera melepaskannya saya terpaksa harus harus berlaku kasar." 

"Lepasin," Vano mencoba melepaskan cekalan Alden.

"Gak lo harus ikut gw dulu," tolak Alden.

"Raizen," Vano menghalangi Raizen dan beberapa bodyguard yang ingin menyerang Alden.

"Fero katakan pada orang satu ini untuk melepas tangan kotornya dari tanganku," titah Vano.

"Alden lepaskan atau semuanya akan rumit," pinta Fero.

"Gak akan, lo harus pulang mommy butuh lo," pinta Alden.

Vano tersenyum miris ia membalikkan tubuhnya dan menghempaskan tangan Alden sangat kasar. Vano menatap Alden dengan amarah yang membara.

"Butuh lo bilang, siapa dulu yang buang gw hmmm? Siapa yang bilang gaj butuh gw dulu? Siapa?" Vano menatap Alden tajam. "JAWAB SIAPA," bentak Vano dengan mata yang berkilat penuh amarah.

"Vano," Fero menepuk pundak Vano untuk menenangkan pria itu.

"Bilang ke wanita tua itu gak usah cari gw lagi, karena gw sekarang bukan siapa siapanya lagi," Vano keluar dari ruang rapat itu.

                               ****

Sementara di lain tempat Selyn sedang memasuki gedung perusahaan Vano bersama Eros yang membantunya membawa sesuatu. Sesuatu itu adalah hiasan hiasan untuk menghias ruangannya, tadi sebelum menuju perusahaan dia meminta pada Eros untuk mengantarkannya untuk membeli barang-barang untuk menghias ruangannya.

"Wah apa tu sel?" Tanya Hilda saat Selyn melewati meja resepsionis.

"Buat hiasan ruangan," jawab Selyn.

"Wah mau gw bantu masangnya?" Tawar Selyn.

"Gak usah lah bisa kok gw di bantuin ama Eros," Selyn menunjuk Eros.

Eros yang sedari tadi diam dan tina tiba namanya di sebut pun hanya tersenyum kikuk untuk mengiyakan.

"Yaudah ntar gw ke ruangan lo pas jam  makan siang kita makan disana gw bawa bekal juga," ucao Hilda penuh semangat.

"Oke sip gw tunggu, gw pergi dulu daaaaa," Selyn melambaikan tangannya lalu pergi bersama Eros.

Tak berselang lama setelah Selyn pergi, Vano dan juga Fero sampai, wajah Vano nampak memerah saat dia masuk ke dalam.

"Van--" Hilda yang hendak menyapa Vano mengurungkan niatnya, karena tau bahwa Vano sekarang sedang marah.

"Dia kenapa?" Hilda bertanya pada Fero.

"Alden, aku masuk dulu ya," Hilda menatap iba Fero yang sepertinya sangat sedih.

Dia tau siapa Alden dia juga tau kenaoa Vano sangat marah, kenapa ia melupakan tadi kalau mereka habis raoat di C'A Company. 

"Ini pasti alasan kenapa Selyn pulang sama Eros," guman Hilda pelan.

*Di lantai 55

Vano baru saja keluar dari lift, amarahnya masih tersisa walau hanya sedikit. 

"Kurang tinggi itu Eros," Vano samar samar mendengar suara Selyn.

Karena penasaran dia mendekati ruangan Selyn, ia membuka pintu ruangan itu. Ia terkejut ketika disana Eros sedang berusaha memasang sesuatu tapi tidak bisa karena terlalu tinggi.

"Segini?" Tanya Eros memastikan.

"Okey prefect," Selyn memberikan jempolnya pada Eros.

Vano yang tidak diketahui kehadirannya mulai melangkah mendekat untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh dua orang ini. 

"Apa sudah selesai nona?" Tanya Eros dan menunduk untuk melihat Selyn.

"Astaga."

Brukkkkkk 

Eros yang terkejut melihat Vano yang ada di belakang Selyn terjatuh ke lantai dengan sangat tidak elitnya.

"Eros astaga," Selyn ingin mendekati Eros yang sedang jatuh tertidur di lantai.

Namun gerakannya terhenti karena seseorang menarik kerah belakang bajunya seperti menarik seekor kucing.

"Lepasin," pinta Selyn yang sesak nafas karena kerahnya di tarik ke belakang.

"Eros bangun sendiri," Vano membuka suara dan menyuruh Eros untuk bangun sendiri.

"Aduh," Selyn terhuyung kedepan saat Vano melepaskan kerahnya yang ia tarik.

"Mr. Vano persis kayak jaylangkung," Selyn berucap sambil cemberut.

"Mana ada jaylangkung ganteng kayak saya," Vano mendudukkan tubuhnya di sofa yang ada diruangan Selyn. 

Vano sejenak melupakan amarahnya yang tadi sempat membara.

"Ha ha ha ganteng oke ganteng," Selyn menatap Vano malas.

"Kalau begitu saya pamit nona permisi," pamit Eros.

"Okey makasih Eros udah bantu," Selyn mengucapkan terima kasih.

Eros tersenyum kemudian berpamitan pada Vano lalu keluar dari ruangan milik Selyn.

"Kenapa Mr masih disini?" Tanya Selyn bingung.

"Karena..." Vano nampak berfikir lalu kembali berkata, "Karena saya mau."

"Sebahagiamu lah," kesal Selyn.

Selyn membuka tas tas berisi barang barang yang ia beli. Lalu ia mengeluarkan sebuah jam pasir dan ia letakan di mejanya.

"Beli dimana?" Tanya Vano saat melihat jam pasir itu.

"Di penjualnya," jawab Selyn.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status