Share

Bab 2

"Jadi apa kau siap untuk bekerja menjadi sekertaris ku?" Tanya Vano saat Fero sudah keluar.

"Siap Mr," jawab Selyn.

"FARO JANGAN NGUPING," teriak Vano saat tau ada yang sedang menguping di balik pintu.

"Eh enggak gw gak nguping kok cuma lagi ngecek pintu soalnya pas gw buka tadi bunyi kretek gitu," elak Fero gelagapan saat dia ketauan menguping pembicaraan temannya itu.

"Pergi, atau gw pindahin Hilda ke cabang perusahaan yang lain," ancam Vano.

"IYA GW PERGI BEY," Fero segera berlari pergi sebelum ancaman Vano menjadi kenyataan.

"Pengganggu," guman Vano lirih sangat lirih sampai Selyn tak dapat mendengarnya.

"Okey lanjut," Vano berbalik menghadap Selyn.

Deg 

Jantung Selyn berdisko saat melihat wajah rupawan Vano yang terpampang jelas di depannya. Ia sempat terpana melihat wajah tampan itu, namun buru buru ia menepiskan hal itu dan mengingat ingat kalau disini dia hanya bekerja bukan untuk yang lain lain.

"Kenapa? Terpana dengan ketampananku hmmm?" Vano terkekeh pelan.

Selyn mendelik pd sekali laki laki satu ini, memang sih dia tadi sempat terpana tapi hanya sebentar ingat hanya sebentar.

"Maaf Mr tapi sayang hanya mengamati sebuah kotoran yang ada di wajah anda bukan sedang terpana dengan ketampanan anda," elak Selyn.

"Benarkah?" Vano menaikkan satu alisnya.

Dan sialnya itu malah membuatnya semakin tampan saja, Selyn mengakui kalau pesona pria di depannya ini tidak main main. Tapi ya masa ia harus mengakui ini langsung kan tidak mungkin bisa hancur harga dirinya kalau mengakui itu semua.

"Oke stop lanjut ke pembahasan, tadi kau menjawab bahwa kau sudah siap bukan untuk bekerja?" Tanya Vano memastikan.

Selyn mengangguk.

"Baca itu, itu adalah daftar daftar tugas tugasmu, baca dan hafalkan," Vano memberikan sebuah kertas.

Selyn mendekat untuk mengambilnya, ia membuka kertas tersebut dan yang benar saja kertas itu memanjang sampai ke lututnya. Ia membelalakkan matanya, ia menatap kertas itu dan juga Vano bergantian.

"Kenapa? Ada masalah?" Tanya Vano dengan senyum miring yang sangat tipis, saking tipisnya Selyn tak melihatnya.

"Ah tidak Mr, tak ada masalah," Selyn berucap setengah hati.

Yang bener saja,ini namanya penyiksaan terhadap sekertaris baru Selyn menangis dalam hati.

"Wajahmu itu seperti aku ini menyiksamu saja," ucapannya tanpa beban.

Selyn menatap Vano dengan senyum terpaksanya lalu bertanya,"Apakah  memang sebanyak ini tugas saya Mr?"

"Iya itu semua tugas kamu," jawab Vano.

"Tapi Mr kenapa ada tugas mempersiapkan sarapan juga?" Ini gw mau jadi sekertaris apa cosplay jadi pembantu ucap Selyn namun kalimat akhirnya ia katakan dalam hati.

"Saya tak punya pembantu di rumah jadi sekalian saja," Vano mengangkat bahunya acuh.

"Ini gw mau jadi sekertaris apa mau cosplay jadi pembantu ya," guman Selyn pelan.

Namun sayangnya Vano masih dapat mendengarnya. Dahi Vano mengerut biasanya berpuluh puluh wanita berebutan untuk membuatkannya sarapan tapi Selyn dia malah merasa dijadikan pembantu aneh batinnya.

"Apa kau tak mau Nona Selyn?" Tanya Vano dengan tatapan tajamnya.

Selyn langsung gelagapan menyadari suasana yang kini berubah menjadi sedikit mencekam.

"A oh ya jelas saya mau lah Mr, saya cuma sedang berfikir sarapan apa yang cocok dengan lidah Mr itu saja," ucap Selyn gelagapan.

"Good, sekarang masuk ke ruangan mu disana sudah aku siapkan pekerjaan yang harus kau kerjaan," titah Vano.

"Baik Mr, saya permisi," pamit Selyn.

Setelah berpamitan Selyn langsung keluar dari ruangan Vano untuk pergi ke ruangannya. Tunggu tapi dimana ruangannya? dia belum di beri taukan.

"Ada apa lagi? Apa kau merindukanku padahal baru beberapa detik kau keluar," ejek Vano dengan nada yang sangat kepedean.

"Maaf Mr bukan seperti itu, saya cuma mau bertanya dimana ruangan saya,itu saja," Selyn ingin tertawa rasanya mendengar ucapan Vano yang sangat kepedean.

Katanya CEO disini itu cool,penuh wibawa, dan datar lah kok ini kepedean banget berasa dia paling ganteng ya padahal emang dia ganteng eh Selyn merutuki hatinya yang secara tidak langsung mengakui kalau bossnya itu tampan.

"Di sebelah ruangan ini," jawabannya dengan wajah yang datar,padahal dalam hati dia sudah kesal dan ingin menendang Selyn.

Selyn pun bergegas menuju keruangan yang dimaksud, ia berjalan sambil sesekali tersenyum karna mengingat betapa pedenya bossnya itu.

Ceklek 

Ia masuk kedalam ruangan yang akan menjadi ruang kerjanya itu, pertama kali masuk ke dalam ruangan itu yang dapat dia simpulkan adalah sekertaris sebelumnya itu pecinta warna pink. Karena semua yang ada disini dominan berwarna pink, di dinding juga ada beberapa hiasan yang juga berwarna pink.

Selyn bergidik ngeri melihat begitu banyak benda berwarna pink disini, ia meletakkan tasnya di meja lalu membersihkan semua benda berwarna pink itu. 

"Gw benci warna pink," ucap Selyn lalu membuang semua benda berwarna pink itu di tempat sampah."Sekarang sudah bersih, gw rasa besok gw harus bawa beberapa barang barang gw buat hiasan disini," guman Selyn. "Itu bisa dipikirkan besok sekarang kita cek apa yang harus di kerjakan," Selyn melihat lihat tumpukan berkas yang sudah tertumpuk rapi di mejanya.

Selyn berkutat dengan dokumen dokumen di depannya sampai jam makan siang tiba, ia merapikan berkas berkas tersebut. Tapi sebelum ia pergi makan siang ia ingin ke ruangan Vano untuk memberi tau kalau sehabis jam makan siang akan ada rapat, juga dia ingin memberikan beberapa dokumen yang tadi dia cek untuk di tandatangani oleh Vano.

Tok tok tok 

Selyn mengetuk pintu ruangan Vano yang tertutup. "Masuk," Selyn segera masuk kedalam, dan mendapati seorang Vano yang sedang berkutat dengan laptop dan juga berkas berkas di depannya. Ia juga mengunakan sebuah kacamata yang semakin membuat kadar ketampanannya bertambah.

"Ada apa?" Vano mendongak dan menatap Selyn dengan tangan yang ia satukan.

"Ini semua berkas berkas yang harus Mr tandatangani, dan ya Mr hari ini ada rapat di Cafe Racer sehabis makan siang," Selyn memberikan berkas yang ia bawa pada Vano.

"Baiklah, oh ya apa kau akan pergi makan siang?" Tanya Vano.

"Iya Mr," jawab Selyn.

"Bawakan aku kopi!" titah Vano.

"Tapi kan Mr bisa menyuruh orang lain misalnya o.b," tolak Selyn secara halus.

"Tak mau?" Vano menatap tajam Selyn.

"Mau Mr saya permisi," Selyn segera kabur setelah mengucapkan itu.

"Pembangkang," Vano mendengus.

                                      ***

Setelah kabur dari amarah Singa jantan sekarang Selyn sudah berjalan santai menuju pantry yanga da di gedung ini, untuk membuatkan kopi yang diminta oleh Vano. Tenang dia tau kok tempatnya soalnya tadi dia udah tanya ke orang yang tadi dia lewati. Saat di perjalanan ke kantin ia bertemu hilda yang tadinya ingin menjemputnya di ruangannya.

"Baru gw mau jemput ke ruangan lo," ucap Hilda. "Mau kemana? Kantin di sana kali bukan ke sana," Hilda memberitahu.

"Mau ke pantry," jawab Selyn.

"Mau ngapain lo disana? Jangan jangan si gila itu nyuruh lo buat makanan buat dia iya?" Tanya Hilda.

"Enggak buat makanan sih cuma buat kopi aja, mau ikut?" Tawar Selyn.

"Boleh lah yuk, sekalian gw pengen liat liat apa sih yang ada di pantry kantor ini soalnya gw belum pernah kesana," Hilda menarik tangan Selyn dan sedikit berlari untuk menuju pantry.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status