Share

Bab 4

Sialan ini yang bayar gw gitu Fero merutuki Vano yang seenaknya meninggalkannya dengan makanan yang belum dibayar.

                              ***

Selyn duduk di balkon kamarnya, ia sedang memandangi langit malam yang sekarang dipenuhi dengan bintang bintang. Pandangannya jatuh pada satu bintang yang sangat terang, ia tersenyum memandangnya.

"Jadi pengen nyanyi," guman Selyn pelan.

Ia masuk kedalam kamarnya dan mengambil sebuah gitar yang ada di atas lemarinya. Dengan susah payah ia mengambil gitar itu, jujur dia itu pendek jadi wajar kalau dia kesusahan untuk mengambil gitar itu.

Setelah mendapatkan gitar tersebut ia kembali ke balkon dan duduk kembali, ia mencari posisi yang nyaman untuk dirinya duduk. Selyn memetik gitarnya sambil bernyanyi, saking asiknya bernyanyi sampai dia tak menyadari kalau ini sudah larut malam. 

"Udah malem gw mau tidur selamat malam dunia," Selyn masuk ke dalam kamar dan menaruh gitarnya di sofa.

"Selamat malam semua," ucapnya lalu menarik selimut dan terbawa kealam mimpi.

                               ***

Pukul 07.00 Selyn sudah siap dengan berbagai berkas berkas ditangannya, hari ini akan ada rapat bersama dengan perusahaan C'A Company di perusahaan C'A Company. Kemarin setelah pulang dari cafe dia sudah di beritahu oleh Fero, dan kata Fero Vano tidak akan ikut. Sebagai gantinya Vano menunjuk Selyn untuk menggantikannya. 

Drrrttttttttttt Drrrttttttttttt

Ponsel Selyn berdering Selyn yang, Selyn yang sedang mengecek ngecek berkas yang ada di tangannya segera meninggalkan berkas itu dan mengangkat panggilan itu. Ngomong ngomong Selyn sekarang lagi naik taksi ya.

"Pagi," sapa Selyn.

"Kau ada dimana sekarang?" Tanya orang diujung sana.

Kening Selyn mengerut, ia melihat layar ponselnya. Nomor tak dikenal siapa orang ini? Tapi kenapa Selyn merasa pernah mendengar suaranya, tapi dimana.

"Apa kau mendadak tuli nona Selyn?" Tanya orang di sebrang sana sambil mendengus.

"Apa aku mengenalmu tuan?" Tanya Selyn.

Orang di sebrang sana berdecak kesal mendengar pertanyaan konyol yang Selyn lontarkan. "Kau ingin ku pecat karena tak mengenal siapa aku HAH," Selyn langsung terdiam mendengar perkataan orang itu.

"Apa ini Mr. Vano?" Selyn bertanya memastikan.

"Bukan aku Zevano Xavi Hernandez," ucap orang di sebrang sana dengan nada kesal.

Selyn memejamkan mata dengan batin yang terus merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia tak mengenali siapa orang yang menelfonnya itu, tapi ini juga salah Vano karena tak memberitahu kan siapa dia di awal tadi. 

"Maaf Mr nomor anda tak dikenal tadi di ponsel saya jadi saya tak tau siapa anda," Selyn cengengesan.

"Kau ada dimana sekarang?" Tanya Vano.

"Aku sedang dalam perjalanan menuju perusahaan C'A Company Mr," jawab Selyn.

"Jemput aku di jalan Matahari dekat mall pusat," titahnya.

"Bukannya Mr tak ikut rapat?" Tanya Selyn.

"Aku berubah pikiran aku akan ikut, sudahlah jangan banyak tanya cepat jemput aku," Vano mengakhiri panggilan itu.

"Pak ke jalan Matahari dekat mall pusat dulu saya harus menjemput boss saya," ucap Selyn pada supir taksi yang Selyn naiki.

Dia mengangguk, Selyn kembali mengecek berkas berkas yang dia bawa dan juga beberapa file yang ada di laptopnya.

Sampai di jalan yang di beri tau Vano, Selyn turun untuk mencari dimana keberadaan Vano. Ia juga menyuruh supir taksi itu untuk menunggu sebentar selama ia mencari Vano.

"Mana sih, gak mungkin kan dia cosplay jadi semut," Selyn celingukan mencari Vano.

Tiba tiba ada seseorang yang tanpa izin menariknya masuk kedalam taksi, dia juga menyuruh supir taksi itu untuk melajukan taksinya segera. 

"Hey maaf tuan kenapa kau me--" Selyn yang hendak marah marah mengurungkan niatnya karena melihat siapa yang telah menariknya.

"Kenapa?" Vano menaikkan satu alisnya, ya orang itu adalah Vano.

"Tidak jadi," Selyn duduk menghadap ke depan tanpa berani menoleh ke arah Vano.

Vano menggendikkan bahu acuh lalu menoleh kebelakang untuk melihat apa orang orang itu masih mengejarnya atau tidak. Ia bernafas lega saat orang orang itu tidak memberikan tanda tanda kalau masih mengejarnya.

"Kau sudah siapkan berkas berkas dan juga file file yang Fero minta?" Tanya Vano.

"Sudah," jawab Selyn singkat.

"Berikan padaku aku akan mengeceknya," Selyn memberikan berkas dan juga laptopnya pada Vano.

"Satu satu saja jangan semuanya," kesal Vano.

"Mr tadi tak bilang kalau hanya minta satu," Selyn menatap Vano sengit.

Entah kenapa dia jadi seperti ini, mungkin dia masih kesal karena di tarik paksa oleh Vano tadi.

"Ck menyebalkan," guman Vano.

"Hey Mr maaf ya kau itu yang menyebalkan bukan aku, seenaknya tarik tarik tangan orang," sinis Selyn.

"Hey kau dasar sekertaris durhaka," Vano menatap sinis Selyn.

"Sudahlah tuan mengalah lah kau akan tetap kalah dengan wanita, karena pada dasarnya wanita selalu benar," celetuk Pak supir taksi.

"Tapi aku kan tak berbuat salah apa pun," Vano berguman lirih.

Selyn yang mendengar gumanan lirih bos-nya itu mendelik tak terima, gak salah bagaimana? Jelas jelas tadi dia menariknya tanpa izin dia kira gak kaget apa ditarik tarik kek gitu.

Sabar Selyn ini ujian batin Selyn mencoba sabar.

Setelah itu hening sampai mereka tiba di gedung perusahaan C'A Company. Selyn menatap heran sang bos yang seperti ogah ogahan masuk kedalam perusahaan ini.

"Loh kok lo ikut," bingung Fero yang melihat Vano masuk bersama Selyn.

"Panjang storynya," ucap Vano malas.

"Gimana bisa ketemu?" Tanya Fero pada Selyn.

"Tadi Mr. Vano Nelfon," jawab Selyn.

"Terus nyuruh lo jemput dia?" Tanya Fero memastikan apa yang ia pikirkan.

Melihat Selyn yang mengangguk membuat Fero menatap Vano dengan senyum jahilnya. Vano yang melihat senyum itu menaikkan satu alisnya, seolah bertanya apa?

"Lo kan bisa telfon gw kenapa malah terfon Selyn?" Tanya Fero dengan alis yang di naik turun.

"Yang terpikir di otak gw cuma dia," Vano menunjuk Selyn.

"Wah udah mulai mikirin Selyn ya," Fero mencolek bahu Vano.

"Gak," Vano mendelik tak terima.

"Lo dateng ternyata gw kira enggak, setelah rapat ikut gw," seorang pria tiba tiba datang di belakang Selyn dang mengucapkan gak itu.

Selyn, dan Vano membalikkan badannya untuk berhadapan dengan orang yang tadi mengucapkan kalimat barusan. Selyn melirik Vano yang wajahnya kini berubah 180⁰ menjadi sangat datar, bahkan sangat sangat datar.

Selyn melirik Fero yang kini berada di sebelahnya, Fero menyuruh beberapa bodyguard untuk membawa Selyn ke ruang rapat. Karena dia tak ingin Selyn menjadi korban dari ini semua.

"Mari nona Selyn ikut saya," ajak salah satu bodyguard yang di bawa oleh Fero.

Selyn mengangguk lalu melangkah mengikuti langkah dari bodyguard itu, ia tak mau membantah karena dia tau ini bukan urusannya. 

"Apa dia sekertaris baru mu?" Tanya orang tadi yang di ketahui bernama Alden orang yang kemarin menghubungi Selyn.

"Siappun dia itu bukan urusanmu Alden," Fero menatap Alden tajam.

"Memang itu bukan urusanku, urusanku adalah membawanya pulang," Alden menunjuk Vano yang sedari tadi hanya diam dengan wajah datarnya.

"Dan urusan kami disini bukan untuk itu, kami disini hanya untuk rapat bukan hal yang lainnya jadi mohon pengertiannya TUAN ALDEN FERNANDEZ," peringat Fero dengan penekanan di akhir kalimatnya.

"Ku rasa ini sudah cukup tuan tuan, kita harus segera melaksanakan rapat," seorang wanita yang tidak lain adalah sekertaris Alden menengahi.

"Mari Mr. Fero, mari Mr. Vano kita menuju ke ruang rapat," wanita itu mempersilahkan Vano dan Fero untuk melangkah duluan.

"Mari Mr. Alden, singkirkan dulu urusan pribadi anda kita harus profesional," peringat sang sekretaris.

Alden memejamkan matanya lalu menganggukan kepalanya, ia melangkah menuju ruang rapat diikuti oleh sang sekertaris. 

"Kapan ini berakhir?" Wanita itu berguman lirih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status