Share

Aku akan Melindungimu

Kelopak mata Mayzura langsung membulat sempurna. Dia tidak menyangka jika sang ayah akan memilih Sadewa sebagai bodyguardnya. Padahal hubungannya dengan Sadewa sudah mirip seperti anjing dan kucing.

“Papa serius mau menjadikan pria ini sebagai bodyguardku?” tanya Mayzura tidak percaya.

Tuan Agam menganggukkan kepala dengan penuh keyakinan. Entah kenapa dia merasa sangat percaya kepada Sadewa, meskipun mereka baru pertama kali bertemu.

“Sangat serius. Sadewa sudah membawamu pulang dengan selamat. Papa sangat yakin dengan kemampuannya. Kamu akan aman bersama Sadewa,” tandas Tuan Agam.

Kini, Mayzura mencoba menggoyahkan pendirian sang ayah. Bagaimanapun dia tidak ingin memiliki seorang penjaga yang akan membatasi semua ruang geraknya. Kendatipun Sadewa pernah menyelamatkan nyawanya, tetapi pria itu terlalu banyak bicara dan suka bertindak sesuka hati.

“Pa, kita bahkan tidak tahu asal-usul pria ini, apa pekerjaannya, dan apakah Sadewa itu nama aslinya. Kenapa Papa merektrutnya sebagai bodyguard?” tanya Mayzura.

Mendengar jati dirinya diragukan, Sadewa merasa tersinggung. Apalagi dalam hal ini, pendapatnya sama sekali belum ditanyakan. Ayah Mayzura sendiri yang ingin mengangkatnya sebagai bodyguard, sementara dia belum mengiyakan atau menolaknya.

“Tuan, karena Nona Mayzura mencurigai saya, saya tidak bisa menerima tawaran Anda,” potong Sadewa secara tiba-tiba.

Tuan Agam segera meyakinkan Sadewa, karena dia sedang membutuhkan bantuan dari pria muda ini.

“Jangan diambil hati perkataan Mayzura. Berikan kartu pengenalmu sekarang, aku akan memeriksanya.”

Tanpa menunda lagi, Sadewa merogoh dompetnya yang ada di dalam saku, lalu menyerahkan kartu identitasnya kepada Tuan Agam. Sambil memicingkan mata, pria paruh baya itu meneliti data diri Sadewa dengan seksama.

“Jadi pekerjaanmu sebagai seorang security?” tanya Tuan Agam.

“Iya, Tuan, saya menjadi security di sebuah perusahaan swasta, tetapi saya sudah mengundurkan diri tiga hari yang lalu,” ucap Sadewa.

Melihat riwayat pekerjaan Sadewa, Tuan Agam tampak sangat puas. Sepertinya pria ini memang sudah ditakdirkan untuk menjadi penjaga bagi putri semata wayangnya.

“Berdasarkan pengalaman kerjamu, kamu sangat cocok menjadi bodyguard Mayzura. Maukah kamu tinggal di sini, Sadewa?”

“Pa, kenapa malah meminta orang asing tinggal bersama kita?” protes Mayzura. Dia tidak mengerti mengapa sang ayah begitu cepat memberikan kepercayaan kepada Sadewa.

“Papa tidak meminta pendapatmu. Sekarang renungkan kesalahanmu di kamar!” sentak Tuan Agam.

Dengan mata yang berembun, Mayzura berlari menuju ke kamarnya. Sebenarnya Sadewa merasa kasihan melihat kondisi Mayzura, tetapi sebagai orang luar dia tidak mungkin terlalu ikut campur dalam urusan keluarga ini.

Sesudah Mayzura pergi, Tuan Agam mengajak Sadewa duduk di ruang tamu. Dia ingin memastikan apakah Sadewa mau mengabdi kepadanya. Melihat pengorbanan pria ini dalam melindungi Mayzura, dia yakin Sadewa adalah orang yang tulus dan bisa diandalkan.

“Sadewa, aku akan membayarmu dengan gaji yang pantas asalkan kamu menjaga Mayzura dengan baik. Kamu juga boleh tinggal di rumah ini sampai Mayzura menikah. Apa kamu bersedia?” tanya Tuan Agam.

“Saya bersedia, Tuan. Kebetulan saya butuh pekerjaan dan tempat tinggal yang baru. Selama ini saya hanya tinggal di kos, karena saya anak yatim piatu. Saya berjanji akan menjaga Nona Mayzura sampai di hari pernikahannya,” ujar Sadewa menyanggupi.

Tuan Agam pun menepuk bahu Sadewa di bagian lengannya yang tidak terluka.

“Bagus, Sadewa, aku yakin kamu adalah laki-laki yang kuat dan jujur. Mulai sekarang keamanan Mayzura dan keluarga Nugraha, aku serahkan padamu. Jangan sia-siakan kepercayaan yang aku berikan.”

Sadewa menganggukkan kepalanya sambil memberikan jawaban dengan mantap.

“Itu pasti, Tuan….”

“Agam Nugraha, itulah nama lengkapku. Besok pagi sebelum berangkat ke kantor, aku akan memberimu beberapa tugas penting,” potong Tuan Agam memperkenalkan diri.

“Baik, Tuan Agam, sekali lagi saya berterima kasih atas kepercayaan yang Anda berikan.”

Kedua lelaki beda usia itu berjabat tangan sebagai tanda kesepakatan di antara mereka. Tuan Agam segera memanggil pelayannya agar mengantarkan Sadewa untuk beristirahat.

“Bi Darti, cepat kemari!”

Seorang perempuan setengah baya berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Tuan Agam.

“Iya, Tuan, ada apa?”

“Antarkan Sadewa ke kamar tamu. Mulai malam ini, dia akan bekerja untuk menjaga Mayzura,” titah Tuan Agam.

Setelah mengucapkan terima kasih kepada Tuan Agam, Sadewa pun mengikuti Bi Darti menuju ke kamar tamu. Ternyata kamar itu lumayan besar, bahkan ukurannya dua kali lipat daripada kamar kosnya. Sadewa jadi heran kenapa Mayzura sampai melarikan diri, sementara gadis ini memiliki kehidupan yang serba nyaman.

“Ini kamarmu, Sadewa. Selamat istirahat,” ucap Bi Darti.

“Terima kasih banyak, Bi. Selamat istirahat juga.”

Sadewa menutup pintu, lalu membaringkan diri di kasur dengan posisi telentang. Seraya menatap langit-langit kamar, terbersit rasa bersalah dalam diri Sadewa karena sudah melibatkan Mayzura dalam peristiwa penembakan di danau.

‘Maafkan aku, Nona Kecil, aku harus melakukan ini supaya mendapatkan tempat berlindung untuk sementara waktu. Sebagai gantinya, aku pasti akan menjaga dan melindungimu,’ gumam Sadewa mengucapkan janjinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status