Share

3.Semangat Lagi

Senyuman Rendra mengembang lagi setelah dua hari belakangan ia bermuram durja.

Semangatnya seolah ter-charge lagi saat mendengar sesuatu yang menyenangkan pagi ini.

"Bukan, pak. Dia teman saya. Lagi pula dia sudah punya tunangan, kok."

Itulah yang dijawab Nadia saat Rendra menanyakan siapa laki-laki yang pulang dengan gadis itu tempo hari. Karena didorong rasa cemburu yang amat sangat, Rendra pun memberanikan diri untuk menanyakannya langsung saat mendapati Nadia diantar laki-laki itu lagi pagi tadi.

Untunglah jawabannya membahagiakan, menyenangkan hatinya.

Semangat itu bersemi lagi. Semangat untuk mendapatkan perhatian gadis berusia 20 tahun itu. Karena beberapa hari belakangan Rendra berpikir, ia tak mungkin semati-matian itu berusaha untuk memasukkan Nadia untuk bekerja disini kalau tidak punya perasaan lebih pada gadis itu.

Dan kini di ruangan kerjanya yang sudah hampir lima tahun ini ia huni, Rendra tengah berpikir keras bagaimana caranya agar bisa lebih dekat lagi dengan Nadia.

"Permisi Pak Ren? Mau sarapan apa?"

Gugun, si OB yang sangat akrab dengan para karyawan termasuk Rendra. Bahkan Gugun terbiasa tidak mengetuk pintu lebih dulu kalau ingin masuk ke ruangan Rendra saking akrabnya. Terkadang, Rendra marah dengan ketidaksopanan Gugun. Tapi karena hari ini sedang bahagia, Rendra tak ambil pusing.

"Nasi uduk ya sama teh manis."

"Asyiiaapp, pak."

"Eh Gun, belinya dua ya."

Gugun mengernyit."Bapak laper?"

"Bukan buat saya!"

"Terus?"

Rendra menyuruh Gugun untuk mendekat kemudian membisikkan sesuatu. Mendengar itu, Gugun tersenyum jahil.

"Akhirnya ada juga perempuan di kantor ini yang buat bapak tertarik."

Selesai menuliskan sesuatu di secarik kertas, Rendra pun memberikannya pada Gugun sekaligus menyelipkan uang lima puluh ribu.

"Inget, jangan sampe ada yang tau! Awas aja kamu kalo sampe bocor!"

Gugun auto memberi hormat."Siap, Pak!"

Setelah Gugun keluar dari ruangannya, Rendra kembali senyum-senyum sendiri. Semoga saja langkah pertamanya ini berjalan sesuai dengan apa yang diharapkannya.

♥♥♥

"Lo manusia apa kambing, Cha?"

Acha tak tertarik untuk merespon ejekan Nadia pada kotak bekal sarapannya yang berisi salad segar.

"Awas aja lo minta!"

Nadia mencibir.

"Ogah gue mah makanan isinya daun-daun begitu."

"Pantes aja lo bulet!" ejek Acha balik sembari melahap saladnya.

"Bulet-bulet gini manis ya," balas Nadia tak mau kalah sembari tersenyum memamerkan lesung pipitnya yang ada di pipi kiri.

Kehadiran Gugun di bilik kerja mereka membuat Acha dan Nadia berhenti bertengkar.

"Saya nggak ada nitip apa-apa lho, Mas Gun," ucap Acha dan Nadia pun mengiakan.

"Memang, tapi ..." Gugun menaruh sebungkus nasi uduk dan segelas teh manis hangat di meja Nadia. "ada yang beliin Mbak Nadia nasi uduk buat sarapan."

Nadia langsung kebingungan.

"Eh, dari siapa Mas?"

Gugun tersenyum kemudian berlalu."Saya nggak boleh ngasih tau sama orangnya , Mbak Nad."

Nadia memandang ragu pada sebungkus nasi uduk dan segelas teh manis hangat yang ada di hadapannya saat ini. Tak kalah bingung, Acha pun begitu. Ia langsung mendekat dan melihat ada tulisan yang tertempel di bungkus nasi uduk itu.

"Ada sarapan nasi uduk dan segelas teh manis anget buat kamu yang senyumannya juga manis. Selamat sarapan, ya!

Jangan takut, ini gak ada racunnya kok:)

Dimakan ya, kalo enggak, saya marah.

:)"

Acha yang ikut membaca tulisan tersebut langsung tertawa lebar.

"Gila gombalannya, buset!"

Nadia menggaruk-garuk kepalanya. Bingung siapa yang berbaik hati mengirimkan sarapan untuknya dan tulisan gombal itu. Ia sampai membaca secarik kertas itu berulang kali saking terkejutnya.

"Baru tiga hari kerja udah ada aja yang nge-fans sama lo, Nad!"

Nadia tersenyum kecil sembari menebak-nebak dalam hatinya.

♥♥♥

Nadia ingin mengeluh tapi ia ingat pesan almarhum papanya untuk selalu bersyukur apa pun yang terjadi.

Nadia berusaha untuk tidak mengumpat saat dengan derasnya hujan mengguyur ibukota sore ini tepat disaat ia akan keluar kantor untuk mencari ojek online.

Ban motornya tiba-tiba bocor tadi pagi saat ia hendak berangkat. Ia pun meminta Agung untuk menjemputnya untuk berangkat ke kantor daripada membawa motornya ke bengkel karena ia sudah hampir telat.

Dan Alhamdulillah nya lagi sore ini,  ponselnya mati kehabisan batrai dan Acha sudah pulang lima belas menit yang lalu dengan Danu.

Nadia kebingungan sendiri. Kantor sudah mulai sepi karena sudah hampir maghrib. Hanya ada Santo si sekuriti yang sedang terlelap di posnya.

"Gimana gue pulang nya ya?"

Nadia terus memutar otak hingga sampai pada akhirnya jantungnya kelimpungan saat mendengar suara seseorang.

"Nadia?"

Nadia memutar tubuhnya dan tersenyum

"Eh, Pak Rendra."

"Kok belum pulang? Saya kira kamu sudah pulang dari tadi."

"Hehehe. Iya nih, Pak. Mau naik angkot, hujan. Mau mesen ojol, hape saya mati," jelasnya kikuk.

"Ya udah pulang sama saya aja."

Sip.

Hati Nadia berdebar tak karuan dan matanya melebar seketika. Tak menyangka atasannya ini akan mengajaknya pulang bersama. Padahal niat Nadia tadi hanyalah ingin meminjam ponsel Rendra untuk memesan ojol.

"Eh?"

"Udah gak apa-apa. Pulang sama saya aja. Daripada kamu lama nunggu disini, hujannya kayaknya lama nih berhentinya."

Nadia tersenyum kikuk namun tak punya pilihan lain. Dia pun mengikuti langkah Rendra yang berjalan menuju basement.

"Rumah kamu dimana, Nadia? "

Demi Allah yang Maha menguasai alam semesta, Nadia begitu kikuk saat ini. Berdua saja dengan HRD ganteng di dalam mobil seperti ini tentu membuatnya salah tingkah. Semoga saja tak ada pegawai lain yang melihat mereka. Bisa dipastikan ada gosip negatif yang menyebar di kantor jika ada yang melihat dirinya dengan Rendra.

"Di Cempaka Putih, Pak. "

"Oooh, tapi saya mau ajak kamu makan malam dulu, mau 'kan? Saya laper dan saya yakin kamu juga."

Blushinggggg.

Nadia sendiri tak tahu sudah semerah apa pipinya saat ini. Diajak makan malam dengan Rendra? Atasannya?

Ooohh, benar-benar rahmat dibalik musibah kalau begini caranya.

Terus terang, siapa sih yang tidak terpesona akan Rendra? Karirnya mapan, tampan. Ah, pokoknya idaman wanita. Siapapun akan merasa mendapat durian runtuh jika ada di posisi Nadia sekarang ini.

"Eh, tunggu dulu. Kalo bininya ngeliat gimana? Bisa-bisa gue dituduh pelakor lagi! "

"Eh, Pak, maaf kalau saya lancang. Apa nanti istri bapak tidak ... marah? "

Rendra tertawa lebar hingga matanya yang sipit semakin menyipit.

"Saya masih single, Nadia. Jangan takut."

Dan entah kenapa, jawaban itu membuat hati Nadia senang.

♥♥♥

"Terimakasih Pak, sudah mau mengantar saya pulang dan nraktir saya makan malam," ucap Nadia saat mobil Rendra tepat berada di depan rumahnya yang masih gelap. Tak lupa ia melontarkan senyuman tulusnya yang diam-diam membuat Rendra jatuh hati.

"Sama-sama. Lain kali kalau butuh bantuan, jangan sungkan bilang sama saya. Sebisanya saya bantu."

Sebuah kalimat yang membuat Nadia semakin bertanya-tanya ada apa dengan atasannya ini. Rasa pedulinya berbeda dengan rasa peduli biasa terhadap bawahannya.

"Terima kasih banyak, Pak. Semoga bapak dimurahkan rejekinya sama Allah."

"Aamiin." Pandangan Rendra kemudian fokus ke arah rumah Nadia. "Di rumah sebesar itu kamu tinggal sendiri? "

"Mau bagaimana lagi, Pak? Sudah nasib saya."

Rendra merasa iba saat Nadia menjawab pertanyaannya dengan anggukan dan raut wajah sedih.

"Andai kamu bisa jadi milik saya, kamu nggak akan tinggal sendiri lagi, Nadia."

Ucapan itu hanya berani di ucapkan Rendra dalam hati. Hanya dalam waktu kurang dari seminggu, gadis manis ini telah membuatnya jatuh hati.

Bahkan perasaan Rendra semakin menjadi-jadi saat Nadia memberi makan kucing jalanan kurus saat mereka makan tadi. Nadia bahkan memberikan separuh porsi nya untuk kucing tadi.

Sebuah tindakan simple yang mungkin terlihat biasa saja di mata orang lain tapi tidak di mata Rendra. Tindakan Nadia tadi benar-benar tulus tanpa pura-pura. Ia suka orang yang menyayangi kucing seperti yang Nadia lakukan tadi, terutama kucing-kucing jalanan.

"Ya sudah, kamu masuk sana. Sudah malam. Istirahat yang cukup biar besok gak telat masuk kantor."

"Siap, Pak. Sekali lagi terima  kasih atas kebaikan bapak. Saya masuk dulu. Assalamualaikum. "

"Wa'alaikumsalam. "

Ternyata benar, attitude yang baik lebih bisa membuat orang jatuh hati daripada fisik yang sempurna.

Nadia buktinya.

Gadis itu memang tak secantik para pegawai perempuan yang ada di kantor. Nadia cantik dengan apa yang ada di dirinya. Tapi Nadia dan senyum manisnya bisa membuat Rendra jatuh cinta secepat ini.

Dan sekarang Rendra hanya bisa berharap semoga semesta merestui perasaannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status