Share

I Want You
I Want You
Penulis: Min_Jikyu

Bab 1

Eleana POV

Aku sudah menunggu Mommy sekitar setengah jam lamanya, namun ia tak kunjung datang. Aku pun sudah mencoba menghubunginya, tetapi sama sekali tidak ada respon. Aku sendirian di ruangan privat ini.

Setibanya aku di tempat yang Mommy katakan, seorang pelayan menghampiriku dan menyuruhku untuk masuk ke dalam sebuah ruangan yang katanya sudah dipesan sebelumnya. Aku tidak curiga, lagi pula di sana tertera nama Mommy, di meja yang sekarang ada di depanku.

Aku sendiri bingung, kenapa Mommy repot-repot menyiapkan ruangan privat seperti ini, apakah ia akan membicarakan sesuatu yang serius atau ada urusan lain. Jujur, setelah setengah tahun aku memutuskan tinggal di apartemen, aku sedikit kurang tahu bagaimana kondisi rumah. Aku hanya pulang dan bertemu kedua orang tuaku jika liburan semester tiba, tapi tidak pernah lama karena aku harus mengurus bisnis kecil bersama teman kampusku.

Lama aku melamun, tiba-tiba pelayan kembali membuka pintu dan disusul oleh seorang lelaki di belakangnya. Aku bertambah bingung, apakah aku salah ruangan?

“Selamat malam, Nona.” Suara huski itu masuk ke dalam gendang telingaku, membuatku tanpa sadar menelan ludah.

“Maaf Tuan, sepertinya aku salah ruangan,” kataku. Aku bangkit dari kursiku, hendak pergi. Lelaki di depanku ini justru menahan tubuhku hingga aku kembali duduk di kursi.

Sungguh, lelaki yang sangat kasar.

“Nona Eleana, kau terlihat sangat cantik dari pada di foto.”

Lelaki itu tiba-tiba mengusap pipiku dan tanpa kuduga ia mengulum bibirku dengan lembut. Aku terkejut, hingga berdiri dengan cepat dan membuatnya mundur satu langkah. Sungguh, rasanya seperti baru saja tersengat listrik.

“Jangan kurang ajar Tuan,” gertakku, kesal.

Lelaki itu justru terkekeh. Tidak menunggu waktu lama, untuk membalik keadaan di mana aku sudah disudutkan di tempat, dengan tangan kokohnya yang mengurungku hingga aku tidak bisa berbuat apa pun.

“Kau calon istriku, milikku,” ucap lelaki itu.

Aku semakin tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Bibirnya membekap bibirku lagi, dengan kedua tangan besarnya yang berada di atas kedua gundukan dadaku. Meremasnya dengan perlahan dan bertempo. Ini gila, tetapi aku tidak bisa lepas dari jeratannya dan entah kenapa aku mulai terbuai.

Rasanya, aku juga akan gila jika berlama-lama seperti ini.

***

Mikael POV

Jam yang melingkar di tangan kiriku menunjukkan pukul 18.30 waktu London. Aku masih berada di jalanan, dengan mata yang tidak bisa berhenti untuk memperhatikan sehelai foto yang selalu bisa menarik perhatianku.

Sebenarnya, aku sedang ada janji dengan seseorang. Terlambat setengah jam dari perjanjian itu, tetapi aku tidak peduli.

Setelah mobil berhenti di salah satu restoran terbaik di kota ini, aku berjalan memasuki restoran itu. Seorang pelayan langsung membawaku ke dalam ruangan privat yang sudah jauh-jauh hari kupesan. Katanya, seorang wanita sudah menungguku di dalam.

Dan benar, setelah pelayan membukakan pintu ruangan itu, seorang wanita dengan balutan gaun berwarna merah maroon tengah menatapku dengan tatapan bingung sekaligus terkejut.

Wanita itu hendak pergi karena mengira ia salah ruangan. Aku hanya bisa menyunggingkan senyum misterius. Lagi pula mau sampai dia menunggu semalaman di sini, Ibunya—Nyonya Elizabeth, tidak akan pernah datang karena kami sudah memiliki sebuah kesepakatan di awal.

Tanpa menunggu waktu lama, kulumat bibir tipisnya yang terasa begitu manis dan candu. Wanita itu berada dalam dekapanku sekarang, tidak akan bisa ke mana-mana dan tidak akan pernah kulepas. Detak jantungku berdebar tidak karuan, bersama gairah yang semakin membuncah, bisa disimpulkan ini adalah bibir termanis dari wanita mana pun yang pernah ku cicipi.

Aku dapat merasakan punggung wanita itu yang menegang, tetapi aku tidak berhenti. Hingga aku rasa, ia menikmati setiap sentuhan yang aku berikan.

***

“Kau gila Tuan.”

Eleana mendorong dada bidang nan kokoh itu sekuat tenaga, setelah pikiran jernihnya kembali. Ia mengusap kasar bibirnya, merasa jijik dan hina karena sudah bersentuhan dengan bibir seseorang yang belum ia kenal.

Lelaki di hadapannya terpaksa menghentikan aktivitas panas itu karena Eleana sudah berhasil melepaskan diri dari dekapannya. Lalu ia tersenyum kecil, menatap Eleana dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Mommy-mu, tidak akan datang jika kau berpikir demikian.”

“Apa maksudmu Tuan?”

“Mommy-mu telah menyerahkan dirimu untukku. Kau tidak diberitahu olehnya? Kasihan.” Mikael menyeringai.

Eleana bernapas terengah karena perlakuan Mikael tadi. Sekarang bibirnya terlihat membengkak karena ulahnya, ditambah ia sama sekali tidak mengerti dengan topik pembicaraan malam ini.

“Jangan bicara omong kosong.”

Tawa Mikael meledak, memenuhi ruangan privat itu.

“Kau akan menikah denganku besok lusa, jadi persiapkan dirimu dari sekarang.”

Pembawaan lelaki itu yang santai namun tegas, membuat Eleana membulatkan mata terkejut. Ia masih belum bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi, hal ini begitu cepat. Sebelum Eleana sempat bertanya lagi, Mikael menyodorkan sepucuk surat kepadanya.

“Sebelum kau membuka isi surat ini, perkenalkan, namaku Mikael abraham,” ucapnya memperkenalkan diri, sembari meraih tangan mulus Eleana yang ada di atas meja lalu menciumnya.

Sekejap, Eleana menyadari bahwa lelaki yang berdiri di hadapannya ini bukan lelaki sembarangan.

Mikael abraham, pendiri perusahaan berlian terbesar di tengah kota London. Namanya tersohor dan tidak jarang pula wajahnya sering mampir di majalah-majalah besar kota ini. Jangan lupakan pesonanya yang gampang memikat seorang wanita.

Eleana menggeleng, baginya itu tidak penting dan ia tidak peduli, karena rasa kagum yang sempat Eleana miliki saat dulu pernah membaca sebuah artikel tentang Mikael, sirna. Ia sudah tahu bagaimana sikap Mikael yang asli, sikapnya yang kurang ajar padanya.

“Mengapa, kau terlihat terkejut Nona?” Mikael kembali menunjukkan seringainya, “Apakah kau tidak percaya dengan apa yang aku katakan?”

Jelas saja Eleana tidak percaya.

“Langsung saja pada inti pembicaraan Tuan, tidak usah bertele-tele,” ketus Eleana.

“Mengapa terburu-buru Nona? Kau belum memperkenalkan diri padaku secara resmi.” Mikael mendekatkan dirinya pada tubuh Eleana.

“Tanpa kuberitahu, sepertinya kau sudah tahu lebih banyak,” balas Eleana, menatap mata Mikael, sengit.

Mikael terkekeh, kekehan yang terdengar sangat menjengkelkan di telinga Eleana. “Tidak salah aku menyewa mata-mata satu tahun yang lalu, ternyata ia benar-benar profesional. Kau adalah wanita yang sulit untuk ditaklukkan dan terlalu percaya diri.”

Eleana segera menoleh, tidak terima. “Kau memata-matai aku? Kurang ajar.”

“Kau baca saja surat itu, jangan banyak bicara,” putus Mikael, sudah malas berbasa-basi. “Aku harus segera pergi sekarang,” katanya.

Lelaki itu merunduk, melumat bibir Eleana lagi dengan sangat kasar. Membuat Eleana yang belum siap dengan serangan itu terkejut setengah mati, apalagi tangan besar Mikael kembali mendekapnya hingga ia tidak bisa bergerak.

Eleana tersudut dan tidak bisa melakukan apa pun.

“I love it.” Mikael tersenyum, setelah melepaskan pagutannya karena Eleana sudah hampir kehabisan napas.

Terakhir, Mikael membelai pipi mulus Eleana dan menatap mata biru menyejukkan miliknya lekat-lekat. Eleana terlihat sedikit pucat dengan napas yang masih tidak terkontrol, rambutnya yang ditata rapi, kini sedikit berantakan.

“Tenang Baby, aku tidak akan menyakitimu,” bisiknya, lembut di telinga Eleana.

Eleana merasakan desiran aneh yang bergemuruh bercampur kesal. Ini sudah sangat kelewatan dan ia bahkan tidak bisa melakukan apa pun untuk menghentikan perbuatan Mikael yang melecehkannya.

Mikael merapikan jas hitam yang melekat di tubuhnya, kemudian berlalu tanpa mengatakan apa pun.

Tinggal Eleana sendirian dengan tubuhnya yang terduduk di kursi itu, lemas dan syok. Tanpa terasa air matanya mengalir deras, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dan apa maksud dari semua ini.

***

Eleana mencoba menenangkan dirinya dengan bergelung di atas kasur, menyelimuti tubuhnya sendiri bagai kepompong dengan selimut tebal. Ia mengabaikan segala panggilan masuk dan pesan dari teman-teman kampusnya yang tertera di ponselnya yang tidak berhenti berkedip.

Hari ini, Eleana hanya ingin sendiri.

Setelah kejadian semalam, ponsel Mommy dan Daddy tidak dapat dihubungi. Dan Eleana hanya mendapatkan pesan permintaan maaf dari kedua orang tuanya, tanpa dijelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Apakah benar, sekarang ia sudah dijual pada pengusaha kaya raya itu? Tega sekali.

“Aku benar-benar tidak mengerti, tentang jalan pikiran Mommy.” Eleana mengusap kasar air matanya yang turun melewati pipi.

Sepucuk surat yang sejak semalam tidak berani ia buka, menyedot perhatiannya. Eleana terduduk, mengambil surat itu dan segera mengeluarkan isinya. Setelah menarik napas panjang, akhirnya Eleana memberanikan diri membaca isinya, perlahan.

*Isi Surat*

Eleana sayang, ini Mommy.

Pasti saat ini kau bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

Kau juga pasti sangat marah dengan Mommy.

Maaf, Mom terpaksa melakukan ini padamu.

Perusahaan Dad bangkrut, dan Mom tidak tahu harus apa.

Ditambah dengan Dad yang didiagnosa penyakit kanker otak.

Mom bingung, harus bagaimana.

Mungkin ini adalah keputusan yang tepat.

Menikahlah dengan Mikael.

Mikael lelaki yang baik, sayang.

“Lelaki baik?” Eleana menghentikan kegiatan membacanya, kini ia merasa begitu sesak.

Mom percaya dia bisa menjagamu lebih baik dari Mom dan Dad.

Sekali lagi, Mom minta maaf karena tidak bisa hadir di hari bahagiamu.

Mom ucapkan selamat atas pernikahanmu. Katakan pada Mikael,

Mom berterima kasih karena ia sudah membiayai perusahaan dan perawatan Dad.

Jangan khawatirkan kami.

Mom pergi ke Singapure untuk membawa Dad berobat pada dokter yang lebih baik.

Suatu saat jika keadaan membaik, kita akan berjumpa lagi, sayang.

Mom harap kau mengerti kondisi kita, Eleana.

Semoga kau selalu bahagia.

Dan, Mom mencintaimu.

Eleana meremas surat itu hingga menjadi gumpalan, air matanya mengalir lebih deras bersama rasa sakit dan sesak yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Kesal, sedih, bercampur menjadi satu. Kenapa Eleana tidak diberitahu jika Daddy sakit dan perusahaan sedang ada masalah, kenapa Mommy bertindak gegabah dengan menyetujui perjodohan gila ini?

“Seharusnya, jika mereka menyayangiku. Mereka tidak akan menjualku seperti ini,” teriak wanita itu.

“Mengapa mereka justru menjualku?”

Eleana benar-benar hancur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status