Home / Romansa / I'am Not Cinderella / Tawaran CEO Dingin

Share

Tawaran CEO Dingin

last update Last Updated: 2022-07-05 20:14:59

Andrew hanya bisa geleng-geleng kepala mengetahui bagaimana sifat dari bawahnya yang bodoh bin ceroboh itu. 

Kalau saja dia tidak punya misi khusus, maka Andrew tidak akan Sudi berurusan lebih lama dengannya. Jika kalian pikir sikap Andrew ini karena dia peduli maka itu salah besar

Andrew hanya memikirkan dirinya sendiri.

"Hm ya ya, baiklah karena sepatumu tidak ditemukan maka ayo kita beli." Andrew berbalik dan pergi

Lagi-lagi Julea selalu ditinggal olehnya dengan langkah yang terburu-buru dia akhirnya bisa mengikuti sang bos

Andrew berjalan melewati ruangan lara karyawan dengan dari masing-masing devisi dengan tenang karena itu merupakan jalan utama yang biasa dia lewati.

"Pak kenapa kita tidak pakai lift saja sih? Kan malu pak dilihat banyak orang," Keluh Julea sambil menatap orang-orang canggung

Andrew tiba-tiba berhenti begitu saja membuat Julea tidak sengaja menubruk punggung kekar miliknya. Hal itu juga terjadi tepat di depan karyawan devisi perencanaan

Sontak semua mata tertuju pada mereka berdua. Mendadak ada pemandangan baru di kantor mereka dimana Pak CEO yang terkenal galak dan luar biasa dingin itu berjalan bersama dengan seorang karyawati dari devisi mereka

"Aduh Pak kalau ngerem bilang dulu dong, masak iya ngerem mendadak begini kaya emak-emak deh!" Julea menggerutu dia yang memang cerewet itu tidak bisa mengontrol diri untuk tidak marah-marah

Sialnya kali ini orang yang kena semprot Julea adalah atasannya sendiri. Si Dewa Kerja itu lah yang kini dia omeli

"Kenapa kamu yang protes kan kamu yang ikut saya?" Andrew menaikkan sebelah alisnya

Julea mengerjapkan matanya dia mengingat-ingat untuk apa dia ikut dengan atasannya ini. Karena perlu diingat juga kalau Julea punya masalah dengan ingatannya, dia sudah menjadi pelupa akut.

"Memangnya kita mau kemana Pak?" Tanyanya polos.

Andrew mendecik sebal, geram juga dia lama-lama menghadapi sifat lemot dari Julea yang cukup menguras kesabarannya.

"Kita mau beli sepatu Julea apa kamu ingat? Kalau kamu sudah lupa baiklah tidak masalah, sekarang kembali lah bekerja!" Andrew menunjuk kubikel milik Julea yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri.

Kubikel yang paling berbeda dari yang lain karena warnanya yang mencolok lengkap dengan berbagai hiasan warna-warni persis gedung TK.

Itu bukan karena pihak kantor yang memberikan keistimewaan pada Julea dengan memberinya kebebasan berekspresi di kubikel. Hanya saja itu adalah tindakan ilegal Julea yang diam-diam menghiasnya.

"Ah tidak-tidak saya ingat kok Pak, jadi ayo pergi!" Julea menggeleng-geleng cepat.

Dia juga menarik pergelangan tangan Andrew agar berjalan keluar dari kantor itu menuju parkiran mobil yang ada di lantai satu gedung perkantoran tersebut.

Banyak pasang mata yang memandang mereka tidak percaya. Ada juga yang mendadak ingin sekali menjadi Julea yang bisa dekat dengan Andrew si CEO tampan.

Namun banyak pula yang mencibir Julea dan mengatakan hal yang tidak-tidak tentangnya, seperti Julea telah menggoda Andrew sehingga mereka berdua bisa pergi bersama.

Sesampainya di parkiran mobil Andrew menepis tangan Julea yang masih asik nangkring di pergelangan tangannya.

"Lepaskan saya Julea!" Andrew menepuk-nepuk pergelangan tangannya dan bersikap seolah-olah dia tengah membersihkan lengan jas kerjanya yang kotor.

'Dih dia bersikap seperti baru saja terkena kotoran padahal baru saja di pegang oleh tangan gadis cantik sepertiku. Dasar memangnya dia siapa?' Julea membatin dia terus saja mencibir Andrew dalam hati.

"Ya kita kan mau pergi Pak, kalau tidak naik mobil Bapak mau naik apa motor atau metromini?" Julea bertanya setengah mengejek.

Dia yakin kalau Andrew akan mencak-mencak setelah ini karena mendengar dua transportasi paling buruk versi orang kaya itu. Julea sudah bersiap tertawa dalam hati.

"Boleh, ayo kita naik metromini saja." Andrew memutuskan dia juga sudah berjalan meninggalkan Julea tang masih melongo di tempatnya.

Andrew berjalan santai menuju halte yang ada di pinggir jalan, cukup dekat dengan halaman kantor itu.

Merasa dia berjalan sendiri Andrew kembali menoleh dan mendapati Julea masih diam tidak bergeser barang satu senti saja.

"Julea kamu mau ikut saya tidak, kita akan beli sepatu kamu!" Andrew sedikit berteriak.

Sopir pribadi Andrew yang tengah berkumpul dengan satpam di sana juga menoleh pada Andrew yang berjalan di tengah terik matahari seperti sekarang ini. Dia khawatir takut kalau-kalau bosnya akan marah karena tidak di siapkan mobil saat akan pergi.

"Pak Andrew saya siapkan mobil dulu Pak!" Serunya dari kejauhan dan berlari kecil ke arahnya.

"Tidak usah saya akan naik metromini dengan karyawan," jawab Andrew cepat.

Di saat itulah Julea bisa sampai di sampingnya.

"Tapi Pak–"

"Sudah tidak apa-apa saya akan pergi tidak lama," sergahnya dan berlalu untuk melanjutkan perjalanannya menuju halte.

Julea cemas karena sikap Andrew ini, kalau setelah pulang dia pasti akan mendapatkan masalah berat karena sudah berani membawa CEO terpandang Perusahaan Nugraha  naik metromini.

"Pak sebaiknya kita pergi dengan mobil saya saja ya Pak," lirihnya saat mereka sama-sama berdiri menunggu metromini lewat.

"Kenapa memangnya?" Andrew menoleh dan mengerutkan keningnya dalam.

"Ya saya tidak mau dapat masalah karena sudah membuat bapak naik metromini nanti," keluhnya.

"Tidak ada yang akan memarahi kamu sudah tenang saja." Andrew mengatakannya tenang, dia juga bersikap biasa ketika ada metromini yang berhenti untuk menawari mereka naik.

Dengan cepat Andrew mengangguk dan menanyakan trayek metromini itu. Dia menyebutkan ancer-ancer jalan yang akan dia lewati untuk membawa Julea ke toko sepatu terdekat.

Setelahnya Andrew menarik tangan Julea agar ikut naik bersamanya.

Mereka duduk berdampingan, Julea memilih untuk duduk di samping jendela.

"Pak memangnya kesepakatan ini tidak merugikan bapak?" Julea bertanya hati-hati.

"Tidak," jawabnya singkat.

"Maksud saya Bapak ingin membuat kesepakatan yang seperti apa dengan saya Pak? Saya juga belum mengatakan kalau bisa membantu Bapak loh," cerca Julea yang tidak sabaran.

Andrew yang tengah asik menikmati sensasi naik metromini yang penuh sesak itu menoleh padanya.

"Kamu pasti bisa membantu saya," ucapnya yakin.

"Kok bisa memangnya bapak memerlukan bantuan yang seperti apa dari saya?" Julea mulai curiga.

Jangan-jangan Andrew akan meminta hal yang tidak wajar seperti cerita novel-novel romance dan film-film yang biasa dia tonton dimana itu akan merugikan pihak perempuan.

Ah tidak-tidak ini tidak boleh terjadi.

"Saya hanya akan memintamu untuk menjadi teman saya dalam makan malam formal nanti," jelas Andrew dengan tenang.

Julea masih belum paham dengan apa yang Andrew minta darinya. Kalau hanya untuk teman makan malam kenapa Andrew tidak menyewa model atau mengajak perempuan yang sudah jelas cantik saja. Kenapa harus dia?

"Makan malam formal? Katakan saja dengan jelas Pak sebenarnya apa yang bap–"

"Saya meminta kamu untuk menjadi pasangan saya dalam kencan buta." Andrew memberikan penekanan pada setiap kalimatnya.

Sontak Julea terkejut bukan main. "Apa?" Teriaknya yang memancing semua penumpang menoleh padanya dengan tatapan yang tajam.

Mereka semua menatap Julea seperti ingin menguliti dirinya hidup-hidup.

"Bapak ingin menjadikan saya pasangan kencan buta?" Julea mengulangi lagi perkataan Andrew dengan nada yang keras.

Andrew panik karena tatapan orang-orang di sekitarnya juga karena suara Julea yang tidak bisa pelan. Dia lalu menutup mulut gadis itu dengan telapak tangannya.

"Diam dan menurut lah atau saya potong gaji kamu?" Ancamannya serius.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I'am Not Cinderella    When you were gone, I died Julea

    Lagi-lagi dia menatap tak percaya. Dengan tatapannya yang bergerak-gerak gelisah dan bibir yang mengatup rapat menahan tangis. Dipandanginya lagi wajah itu dengan seksama. Tak ada lagi senyum manis atau seringainya yang dulu dia benci, muram dan tak lagi bercahaya seperti biasanya. Sungguh! Biar pun kali ini dia harus melihat hal-hal yang tidak dia sukai dari sosok didepannya. Akan dia terima dengan senang hati, asalkan sosok itu kembali. Lama bertarung pada pikirannya sendiri, dia sentuh wajah itu dengan tangan yang gemetaran. Berulang kali tak sempat jarinya menyentuh kulit yang telah memucat itu. Dia tak sanggup! Atau bahkan masih tak percaya. Dia tak percaya pada suratan takdir, tapi inilah kenyataannya. Dengan perasaan terguncang, dia coba lagi memegang wajah manis yang pernah memerintahkannya pergi. Dan kali ini tangisnya benar-benar pecah. Tangisnya meraung-raung disamping tubuh yang telah terbujur kaku itu. Dia peluk erat-erat tubuh itu, dia usap lagi pundak kecil yang

  • I'am Not Cinderella    Julea, why are you leaving?

    Julea masih tetap merengek, dia menampilkan ekspresi paling memelas untuk menyakinkan Andrew. "Ayolah Andrew aku mohon, sebentar saja." Julea berkata lirih, dia masih berusaha membujuk Andrew. Sedangkan Andrew hanya melihat datar ke arah Julea, entah kenapa hari ini Julea sangat menguji kesabarannya. padahal sebelumnya perempuan itu tak akan melawan jika Andrew berkata tidak. "Jule, kau bisa ke taman dan melihat bintang kapan saja. Karena masih ada banyak waktu lain, untuk malam ini kau tidur saja ya. Besok kau haris operasi," ucap Andrew berusaha memberikan pengertian. Tapi Julea adalah Julea, dia tidak akan berhenti begitu saja hanya karena ucapan Andrew. Perempuan itu malah mendecik sebal, dia menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Andrew yang melihat itu hanya bisa menghela nafas kasar, menghadapi Julea yang tengah marah memang membutuhkan kesabaran yang lebih. "Julea, ku mohon dengarkan aku ya... ini semua juga demi kebaikan mu," Ucapnya lagi. kali ini dengan mengusap l

  • I'am Not Cinderella    What should I do?

    Herfiza mengusap punggung putranya dengan lembut, dia merangkulnya penuh kasih sayang dan kehangatan. "Nak, apa yang terjadi di dunia ini tidak bisa selalu sama seperti apa yang kita inginkan. Tuhan selalu punya rencana yang indah dibalik ujian ini, yakinlah." Herfiza mengatakannya dengan tenang, meskipun dia masih khawatir dan kalut akan kesehatan Julea. Andrew menoleh, dia mengerutkan keningnya. "Tapi apa ini ujian yang baik untuk ku? Aku terlalu banyak menimbulkan masalah di hidup Julea sehingga berimbas pada kesehatannya. ini bukan sekedar takdir Tuhan mam, ini salahku." Herfiza menarik diri, dia menggenggam tangan Andrew erat-erat. "Sekali lagi berhenti menyalahkan dirimu sendiri, jika pun kau merasa bersalah seharusnya tidak seperti ini caranya!""Lalu apa yang bisa aku lakukan?" tanya Andrew dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Herfiza menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Bangkit, berikan kekuatan pada Julea agar dia bisa segera sembuh. K

  • I'am Not Cinderella    Lolos Dari Maut

    Hampir satu jam lamanya Jukea berada di dalam UGD, sedangkan keluarganya sduah harap-harap cemas menunggu kabar baik dari dokter yang menanganinya. Andreas sendiri yang masih tercengang dengan fakta penyakit sang kakak ipar masih terdiam menenangkan diri. Sedangkan Andrew sudah hilir mudik di depan pintu UGD. "Apa tadi semuanya lancar Andreas?" Tanya Marsha dengan lirih, dia juga menepuk pundak Andreas perlahan. Pria itu menoleh, dia mengangguk samar. Mereka berbincang dengan nada yang rendah, tak ingin menganggu anggota keluarga yang lain. Marsha juga tidak mau dianggap tak tahu situasi dan kondisi di saat yang genting seperti ini malah membicarakan hal yang lain. "Semuanya berjalan lancar, Pricilla juga sudah diamankan polisi tadi. Semua orang tak ada yang menentang pembelaan dari kami, bahkan Tuan Gardian yang ayah Pricilla juga diam. Dia tertunduk malu atas sikap putrinya itu," jelas Andreas sembari menunduk. Marsha manggut-manggut paham, dia lega setidaknya usaha Julea untuk

  • I'am Not Cinderella    Kambuh

    Setelah melihat Pricilla yang digandeng polisi untuk diamankan, Julea merasakan sakit kepala yang luar biasa. sebenarnya dia telah merasa kepalanya berat sejak dua jam lalu, tapi dengan sekuat tenaga dua bertahan. "Aka, apa kau baik-baik saja?" tanya Andreas yang melihat Julea meringis menahan sakit. Julea menoleh dan menggeleng, dia hanya memegangi kepalanya dan mulai berjalan menjauh dari tempat pesta. "Tidak Andreas, aku baik-baik saja. Jadi ayo pulang," ajaknya. tak mau membuat Julea kesakitan, Andreas mulai berjalan cepat. Dia lekas mengeluarkan mobilnya dan membawa Julea pergi dari mansion mewah keluarga Pricilla. Ditengah jalan tiba-tiba Julea menyemburkan isi perutnya dengan tidak sengaja. 'Hoek!'Sontak itu membuat Andreas panik, apalagi saat melihat wajah Julea yang pucat. "kak kau kenapa, apa tadi kau sempat minum? apa kau mabuk kak?" cecarnya yang khawatir. "Engh! Tidak, aku tidak ingat." Julea menjawabnya lemas, dia sebenarnya tak minum alkohol. Tapi entah bagaiman

  • I'am Not Cinderella    Pembelaan Perdananya

    Mata semua orang terbelalak tak percaya, tak sedikit dari mereka bahkan menutup mulutnya dengan tangan. Apa yang disampaikan Andreas malam ini adalah kejutan yang tak pernah mereka duga sebelumnya. Pengakuan Andreas itu juga membuat Pricilla kaget bukan main. Pasalnya, dia telah menggoda pria yang salah. "Pantas saja respon yang diberikannya berbeda, ternyata dia bukan Andrew." Pricilla membatin, dia tertunduk malu. Gardian memalingkan wajahnya, malu atas apa yang dilakukan sang putri. Lalu dengan cepat dia menarik tangan Pricilla dan mendorongnya hingga jatuh terjerembab di taman yang berumput. "Argh! Papa sakit," cicit Pricilla dengan mata yang berkaca-kaca. "Kau memang pantas mendapatkannya Pricilla, bahkan seharusnya kau mendapatkan hukuman yang jauh lebih besar daripada ini! Aku malu telah menjadi ayahmu!" Gardian berkata marah, deru nafasnya memburu seiring dengan darahnya yang mendidih. Di saat yang bersamaan, ada sorotan proyektor yang menampilkan apa saja yang sudah dila

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status