Malam itu merupakan malam yang sangat panjang bagi mereka berenam. Bangsawan yang menyewa kedai ternyata berasal dari keluarga kerajaan. Tidak ada yang mengetahui itu karena itu sebuah kerahasiaan untuk keselamatan mereka.
"Aku tidak menyangka sudah bertemu..."
"Ji-jika aku tahu itu dari keluarga kerajaan, aku pasti akan bersiap-siap dengan sangat baik."
"Sayangnya tidak ada Pangeran Louis..."
"Putri Reyna sangat cantik!"
"Ibu, aku ingin menjadi kesatria kerajaan!"
Mereka berlima masih diam dengan kejutan yang tiba-tiba datang malam itu.
"Ayo kita segera bereskan meja. Ini sudah malam"
"Hei Vero, apa kau tidak merasa terkejut dengan itu semua?!"
"Apa? Aku juga terkejut dengan kedatangan mereka. Lalu apa lagi setelah itu?"
Dari semua orang di kedai, Vero lah yang paling merasa terkejut dengan kehadiran mereka. Terutama dengan kehadiran Elvina dan Reyna yang membuatnya tidak bebas bergera
Sudah dua minggu terlewat sejak kunjungan keluarga kerajaan ke Kedai Palapa. Ada beberapa hal yang terjadi baik bagi Vero maupun akademi.Sesuai rumor yang beredar, akademi akan melakukan sebuah ujian untuk memilih siapa dari tahun pertama dan tahun kedua yang akan berpartisipasi dalam kontes yang akan diadakan oleh kerajaan. Mereka akan diseleksi berdasarkan peringkat. Lima orang teratas akan menjadi perwakilan dari akademi.Kontes itu akan diadakan kurang dari enam bulan dimulai dari hari ini. Oleh karena itu, pihak akademi akan membuat beberapa penyisihan ketat.Penyisihan pertama berdasarkan tingkat kelas mereka. Kemudian, penyisihan kedua akan bercampur antara tingkat satu dan tingkat dua. Dua puluh orang teratas di masing-masing tingkat akan memasuki babak kedua tersebut.Perlu diketahui bahwa kontes tarung ini menjadi ajang bagi seluruh akademi di Kerajaan Quella untuk menunjukkan kehebatan mereka. Setiap tahunnya mere
Seminggu kemudian, semua murid yang sudah mendaftar langsung berkumpul di ruang aula. Vero yang awalnya tidak ingin mengikuti seleksi itu terpaksa harus mengikuti karena dorongan dari akademi. Dia mendapat surat berisi perintah yang mengharuskan dirinya ikut serta dalam kompetisi itu. "Dasar orang-orang sok berkuasa," umlat Vero. Ruang aula sudah penuh dengan mereka yang mendaftar. Hampir tidak ada kursi kosong tersisa. Seorang pria muncul di atas panggung. Pria itu merupakan kepala akademi kerajaan tersebut. Dia melihat ke semua murid dengan senyuman cerah. "Selamat pagi semua! Saya harap hari kalian menyenangkan. Seperti yang sudah kalian tau, hari ini adalah acara pembukaan untuk seleksi kontes kerajaan." Mazumi terus menjelaskan mengenai informasi seleksi tersebut yang sebagian besar mereka sudah tau. Hampir tiga puluh menit ia berpidato hingga akhirnya sebuah ucapan keluar dari mulutnya, ucapan yang membuat merek
Teng...Teng...Teng...Terdengar suara lonceng di menara ibu kota. Bunyi lonceng tiga kali menandakan suatu bahaya di dekat ibu kota. Entah di mana bahaya itu muncul, semua penduduk langsung waspada dengan pertanda itu.Vero dan semua penghuni penginapan langsung bangun saat pagi buta itu."Ada apa dengan lonceng itu?" tanya Vero."Bunyi lonceng tiga kali... Sepertinya ada sesuatu yang berbahaya di sekitar ibu kota.""Kalian diam di penginapan. Aku akan ke guild sekarang," ucap Vero setelah mendengar penjelasan Ken."Biar aku ikut bersamamu.""Jangan Ken, kau sebaiknya tunggu di sini bersama yang lain. Jaga mereka jika terjadi sesuatu yang membahayakan."Sehabis mengatakan itu, Vero langsung pergi menuju guild. Di perjalanan menuju guild, dia melihat semua rumah tertutup rapat serta beberapa petualang juga pergi menuju arah guild.Sesampainya dia
Pasca serangan yang terjadi di Desa Eru, kerajaan mengirim bantuan sosial kepada mereka yang menjadi korban. Bagi prajurit yang mengalami luka serius ataupun luka sedang akan digantikan sementara sampai mereka pulih.Kabar serangan itu sudah menyebar hingga ke akademi dan menjadi topik hangat. Pembahasan serangan itu semakin menarik ketika salah seorang murid mengatakan jika yang mengalahkan ular tersebut identitasnya misterius."Aku penasaran siapa orang yang mengalahkan ular putih raksasa itu.""Yang jelas dia merupakan orang peringkat atas karena mengalahkan monster rank A.""Siapa bilang monster itu rank A biasa? Kudengar monster itu hampir dikategorikan rank S loh.""Kau serius?""Itu yang Kudengar di guild petualang saat dulu dia masih menjadi rumor.""Gila! Orang itu mengalahkannya sendirian."Obrolan teman sekelasnya membuat kuping Vero panas mendengar mereka."Sela
Hai, mohon maaf sebelumnya. Saya selaku penulis novel ini ingin mengabarkan bahwa novel ini update satu Chapter per minggu dikarenakan kesibukan. Sangat disayangkan memang namun saya harus memprioritaskan urusan pribadi. Saya juga merasa seperti tidak ada yang membaca novel ini karena selama ini hanya satu respon atau dukungan yang saya terima, itu membuat saya ragu apakah ada yang membaca cerita ini atau tidak hingga sekarang. Namun, saya akan tetap menyelesaikan novel ini hingga tamat sesuai kontrak. Kemungkinan novel ini update setiap hari sabtu atau minggu. Terima kasih untuk kalian yang sudah membaca cerita ini. Mohon maaf bila ada kata yang salah.
Mengejutkan. Di penginapan, Vero terkejut dengan keberadaan seorang gadis yang dia tidak pernah perkirakan akan tinggal di sana juga. Gadis itu adalah Allya. "Kenapa kau ada di sini?" tanya Vero di depan meja resepsionis. "Kamu juga kenapa di sini?" tanya Allya balik dengan muka polos. "Aku tinggal di sini." "Kamu tinggal di sini juga? Astaga aku tak menyangka kita akan sepenginapan," ucapnya dengan senyuman. "Oh.. Tu-tunggu, apa maksudmu?!" "Haha.. Jangan terkejut seperti itu, mukamu yang biasanya kaku terlihat lucu saat ini." "Tidak. Aku serius bertanya, kenapa kau tidak tinggal saja di asrama akademi atau apakah kau tidak punya tempat tinggal?" tanya Vero panjang lebar. "Rumahku dari akademi cukup jauh dan tinggal di asrama sedikit kurang nyaman karena itu bukan akademi asalku." "Setidaknya ada banyak penginapan lain!" Walaupun Vero mengeluh dengan kehadiran
Pagi hari itu menjadi begitu sangat ramai. Semua murid akademi berkumpul di lapangan. Mereka duduk di kursi penonton untuk menyaksikan pertandingan yang akan dimulai pada hari pertama. Semua kursi yang disediakan hampir terisi penuh, para guru juga menyaksikan siapa bibit unggul tahun ini. "Baiklah dengan ini aku menyatakan bahwa seleksi pertama dimulai!" teriak Mazumi dari tempat duduknya. Sorakan terdengar riuh di stadium menyambut pengumuman kepala akademi. Dengan demikian, pertandingan pertama akan segera dimulai. "Bagi yang mendapatkan nomor urut pertama silakan maju. Sekali lagi, bagi yang mendapat nomor urut pertama silakan memasuki arena!" MC mengumumkan melalui speaker agar peserta segera memasuki arena. Pintu masuk arena terbuka dan seketika semua perhatian tertuju kepadanya. "A-ah, I-ini terlalu me-menakutkan.." gumam pemuda berkacamata yang saat ini berjalan menuju arena. Di
Hari seleksi pertama sudah berlalu dengan lancar. Tidak ada kecelakaan apapun yang terjadi. "Hei, bukankah hari ini giliranmu?" tanya Elvina di kursi penonton. "Ya, dan itu bukan urusanmu," jawab Vero dengan menutup matanya. Elvina yang melihat reaksi jawaban dari Vero merasa amat kesal. Dia kesal karena sikap yang diberikan kepadanya berbeda dengan sikap yang diberikan kepada Allya. "Kamu mendapat nomor urut ke berapa?" balas Allya mendengar percakapan keduanya. "Kenapa? Aku mendapat nomor tiga puluh enam," jawab Vero dengan menghadap ke arah Allya. Sebenarnya Vero hanya mengerjai Elvina dengan berperilaku seperti itu karena merasa bosan. "Sekarang sudah urutan tiga puluh, sebaiknya kau bersiap sekarang juga sana!" kesal Elvina. "Kau bisa diam tidak? Aku sudah tau itu, Elvina." Elvina membuang muka dengan raut wajah kesalnya. Dia benar-benar kesal dengan Vero saat ini. Saat mereka bertiga mengobrol, s