Share

21. Risma Mencari Doni

Penulis: Blue_Starlight
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-03 17:00:16

Reaksi Riana begitu tercengang saat mendengar ide buruk dari Nina. Tenggorokannya terasa tercekat. Namun, dengan cepat wanita itu memberi alasan.

"Ah, itu gampang, Jeng Nina. Nanti kita adakan acara beginian bareng sama pesta pernikahan Sandra. Jadinya kan kita lebih leluasa. Hehehe ..." Riana mencoba mengelabui para wanita di sana.

"Iya, bener kata Jeng Riana. Nanti kita bisa bikin acara lebih ramai di pesta itu kan ya?" sahut Maya.

"Hmm, ya oke lah. Kalau begitu, pertemuan ini ditraktir dulu sama kamu kan, Jeng?" Nina kembali membuat masalah.

Riana yang tidak ingin kehilangan muka pun terpaksa mengangguk, "Ohh, gak masalah kalau ini. Ya udah biar semua aku yang bayar."

"Eh, jangan, Jeng. Biar saya bara sendiri saja," ucap Sari.

"Nggak papa, Jeng Sari. Ini palingan juga gak seberapa habisnya," kekeh Riana terombang-ambing dalam kegalauan.

"Wah, kalau begitu makasih lho, Jeng, sudah dibayarin semua."

Mau tak mau
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (31)
goodnovel comment avatar
kurotul uyun i
mau gapain kamu Risma nyamperin doni
goodnovel comment avatar
SalmiaSR
waduh risma ada kepikiran sama doni sih .. gmn ya reaksi doni nnti
goodnovel comment avatar
Gadis Bar bar
ini si risma blm kapok ya ... kerjain terus si ash. awas ntar kena batuny
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   22. Sedekat Apa Kalian?

    Tatapan Risma langsung berubah senang, dalam hatinya bersorak riang. Ia bergegas menyusul langkah sosok pria yang hampir masuk ke outlet ponsel di salah satu toko dalam mall tersebut. "Maaf, Mas Doni," sapa Risma yang kini sudah ada di belakang pria itu. Mendengar namanya disebut, Doni sontak berbalik badan sambil mengerutkan kening, "Ya, kamu siapa?" "Ehm, ... Kenalin aku Risma. Mas Doni masih ingat aku?" Lagi, Doni mengerutkan dahi. Ia semakin tidak tau arah pembicaraan wanita di hadapannya sekarang. Tentu saja Doni tidak akan mengingat banyaknya orang yang ia temui dalam otaknya. Tentunya hanya orang-orang spesial dan berkesan yang akan terpatri di dalam pikirannya. "Ada yang bisa aku bantu?" "Begini, Mas. Mas kenal dengan Ashley kan?" Doni memiringkan wajah, "Ashley yang mana? Nama Ashley kan banyak." "Itu loh, waktu ada kejadian kereta bayi. Mas ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   23. Amarah Sandra

    Setelah selesai dengan pekerjaan di Mall, kini Doni sudah ada di halaman depan rumahnya. Baru saja menstandarkan motor lalu melepas helm, suara teriakan Sandra begitu memekakkan telinganya hingga terdengar keluar rumah.Pria itu melangkah masuk ke dalam rumah melihat Sandra yang sedang murka pada sang ibu."Mama kan cuma pakai sedikit, San. Cuma 10 juta doang kok," kata Riana tanpa rasa bersalah.Mendengar ucapan sang ibu yang tidak masuk akal, membuat Sandra terkejut hingga kedua mata membelalak. Ia berdiri berkacak pinggang dihadapan sang ibu yang duduk di sofa tamu."Apa, Ma? 10 juta doang? Jadi Mama habiskan 10 juta buat ntraktir ibu-ibu sosialita?!" pekiknya semakin murka."Ya iya Sand, lagian mereka semua pada pamerin perhiasan, tas, dan liburan ke luar negeri. Jadi ya mama traktir aja mereka semua biar diem. Biar gak ngremehin mama." Riana tertunduk dengan meremas jari-jarinya."Ma, 10 juta itu bukan uang sedikit buat

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   24. Jadwal Imunisasi

    Di rumah mewah milik Hans. Setiap hari, Ashley semakin terikat dengan bayi itu, merawatnya dengan penuh kasih sayang. Sejak tadi, Ashley tampak sibuk karena hari ini adalah jadwal imunisasi Baby Neul. Ia kini bersiap untuk pergi ke rumah sakit dengan sang bayi yang sudah terlihat tampan dengan wajah menggemaskan. "Neul sudah siap ya pergi sama Ibu. Kita jalan-jalan ya, Sayang." Ashley mengajak berbicara sang bayi. Tiba-tiba, ... pintu kamar terbuka. "Apa semua sudah siap, Ash?" tanya kepala pelayan membuka pintu kamar bayi. "Mobilnya sudah menunggu." "Ah, ya, Bu Winda, sebentar lagi kami turun," seru Ashley tanpa menoleh. Setelah menyampaikannya, Winda kemudian menutup pintu kamar dan turun ke bawah. Kepala pelayan tersebut lebih mengurus pekerjaan dapur. Risma juga sudah menyiapkan beberapa keperluan Baby Neul dalam tas kecil bayi. Seperti buku kesehatan anak, pampers dan satu setel baju untuk mengatasi ketika sang anak muntah atau kotor. "Ash, aku tunggu di bawah ya?

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   25. Kehangatan Sore

    Mendengar candaan Bram membuat Hans mendelik kesal. Pernyataan Bram memanglah tidak salah, tapi Hans tidak suka mendengarnya.Entah, mengapa Hans merasa tidak suka saat Bram menatap Ashley secara detail. "Diam! Jangan coba-coba mendekatinya Bram, atau kucongkel kedua matamu!" desisnya.Bram yang mendengar ancaman Hans bukannya takut, tapi justru tersenyum simpul. Reaksi yang diberikan sahabatnya itu sungguh di luar kebiasaannya."Kenapa? Memang dia lebih cantik kan?" Bram mengatakan penuh penekanan, kemudian memicing heran, "Atau jangan-jangan ..."Hans melirik sebal, kemudian membuang pandangan. "Sudah, kami jalan dulu!"Pria itu langsung menarik tangan Ashley meninggalkan Bram yang masih terpaku.Ashley pun mengerutkan kening, merasa aneh dengan tingkah sang majikan yang seperti anak kecil tidak mendapatkan mainannya. Bram melihat keduanya pergi hingga menghilang tepat di tikungan. Sang dokter tersenyum geli mel

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   26. Kehilangan Jejak

    Sudah lumayan lama waktu Hans dan Ashley berbincang di taman bermain bersama Haneul karena matahari pun juga semakin kembali ke peraduan. Keduanya bangkit dan berjalan menuju mobil yang tak jauh dari mereka duduk. Namun, sosok wanita yang berada di seberang sana berusaha mengejar langkah Ashley dan Hans yang mulai masuk ke dalam mobil. "Eit, benar itu Ashley!" Riana senang bukan main seolah mendapat jackpot. Namun, sedetik kemudian wajahnya berubah, "tapi sama siapa ya, kok gendong anak dan sama laki-laki?" Rasa ingin tau Riana semakin besar dan ingin menghampiri mereka. Namun sayang, langkah kaki Riana harus terhenti karena lampu penyebrangan untuk pejalan masih berwarna merah. "Waduh, sialan banget sih lampunya pake merah segala!" umpat Riana saat berdiri ditepi trotoar dengan wajah frustasi. Dia melirik ke arah Ashley, mengingat pemandangan tadi. Sang mantan menantunya terlihat berjalan bersama seorang pria, sambil menggendong bayi. Sejenak, Riana merasa hatinya dipenuhi r

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   27. Ashley Mengundurkan Diri

    Tiba di rumah, Ashley kini tampak menidurkan sang bayi di atas kasur. Ia pun juga siap mengganti bajunya dengan dress rumahan yang mudah untuknya bergerak.Di atas ranjang itu, Ashley bersandar pada sandaran ranjang. Namun, pikirannya kembali pada moment saat dirinya dan Hans bersentuhan tanpa sengaja. Meski tanpa disadari Hans, namun Ashley seperti mendapat getaran lain dan itu membuatnya tersipu malu. "Haish, kenapa aku malah mikirin macam-macam sih!" Ashley memukul ringan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotornya saat ini. "Sadar Ash, kamu ini cuma ibu susu Haneul, mana mungkin Pak Hans itu suka sama kamu! Apalagi kamu sudah pernah punya suami dan anak! Jelas kamu bukan seleranya!" Sisi lain Ashley berbicara, seolah mengingatkannya agar tidak terlalu mendongak bintang di atas.Wanita itu bahkan menepuk-nepuk pipinya, untuk menghilangkan rona kemerahan wajahnya yang seolah terasa panas.Di sudut lain. Langkah pelan soso

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   28. Aku lah Pemenangnya

    Ashley berdiri tegak di hadapan sang majikan. Dengan ekspresi tegas, namun tersirat kesedihan yang terlihat samar di matanya. Dalam hati, ia merasa lega sekaligus berat, setelah mengucap pengunduran dirinya. "Ash ... kenapa?" Hans bertanya, terkejut dan tidak percaya. "Nggak, Ash! Kamu gak bisa begitu saja meninggalkan pekerjaan ini. Kamu sangat penting bagi Haneul." Meski Hans sudah menolak pengunduran diri sang ibu susu, memintanya untuk tetap tinggal, Ashley tetap saja berpendirian teguh. Wanita itu menatapnya, dengan raut wajah yang sulit dipahami. "Maafkan saya Pak, keputusan saya sudah bulat. Saya gak bisa terus menerus seperti ini. Fitnah ini sangat melukai saya." Suara Ashley sedikit gemetar, tetapi ia berusaha keras untuk tetap tegas. Sejujurnya Hans sangat takut bila Ashley sampai nekat pergi dari rumahnya. Ia sangat berharap Ashley bisa merubah keputusannya. Hans men

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   29. Ini Belum Berakhir

    Malam itu, Hans terjaga sepanjang malam. Matanya terpejam, tapi pikirannya terus dipenuhi dengan bayangan Ashley yang sudah pergi sejak kemarin. Kepergian Ashley, menyisakan kekosongan yang sulit diungkapkan pada dirinya. "Apa harus dengan cara seperti ini, Ash?" batinnya tampak gelisah di atas tempat tidur. Sementara Haneul, yang biasanya tertawa ceria, sejak sore pun juga seolah merasakan kekosongan ibu susunya. Terlebih, setelah imunisasi kemarin bayi itu tampak gelisah dan sering menangis. Kini, suara tangisan Baby Neul yang keras itu terdengar sangat nyaring. Bahkan, mampu menyeruak ke setiap sudut rumah tersebut. "Sepertinya Haneul juga merasakannya," gumam Hans samar-samar mendengarkan. Ia bergegas bangkit dari kasur, lalu menyusul ke kamar sang bayi. Bayi itu terus menerus rewel sepanjang malam, seakan merasakan hilangnya sosok ibu susu yang sudah lama menemani. "Kenapa, Ris?" tanya Hans tiba di ambang kamar sang bayi. Risma menoleh terkejut saat menenangkan Baby

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07

Bab terbaru

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   98. Tidak Mungkin Kebetulan

    Situasi dalam ruang keluarga itu semakin hening meski alunan musik Hans mengalun lembut. Namun, tetap saja tidak merubah hati dan perasaan Ashley yang sangat penasaran, mengapa suaminya bisa tahu dengan lagu yang ia dengarkan.Tatapan nanar dalam pelupuk mata yang berkaca-kaca itu ingin segera menemukan jawaban. “Ko …” gumamnya pelan.Hans yang tanpa sadar diperhatikan sang istri dengan tatapan asing pun menghentikan pergerakan jemarinya. “Kamu kenapa, Ash?”Pertanyaan Hans ternyata mampu menghilangkan lamunan Ashley yang kini menatap wajah tampan sang suami dengan terisak.“Kamu kenapa, Sayang?” Hans seketika bangkit dengan menggendong Baby Neul. Langkah kakinya menghampir

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   97. Siapa Kamu, Ko?

    Di dalam rumah tangga Hans dan Ashley semakin harmonis meski dalam kehidupan pasangan suami istri itu kedatangan tamu yang sangat tidak diharapkan. Namun, kejadian kemarin tidak membuat Ashley menaruh curiga terhadap mantan istri dari sang suaminya tersebut.Pagi ini di dalam keluarga Hans, Ashley tengah menyibukkan diri sejak tadi di dapur hingga membuat pancake. Sementara Hans sedang bermain bersama sang putra yang kini sudah aktif bermain. Usia Baby Neul setara dengan perkembangan fisik anak sebayanya, namun untuk perkembangan otak anak laki-laki tampan itu sangat cepat tanggap.“Neul, mau apa buka kulkas?” tanya Ashley saat melihat kedatangan sang anak yang membuka lemari pendingin.Rasa ingin tahu sang anak semakin kuat saat ia berhasil membuka kotak p

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   96. Tanpa Sengaja

    Sementara Sisil yang tidak mendapatkan keinginannya saat di rumah Hans, wanita itu langsung keluar rumah dan melajukan mobilnya menuju diskotik. Kedatangannya kali ini benar-benar mengejutkan semua orang setelah kepergiannya secara sepihak sekian lalu lamanya.Kedatangannya kembali ke dalam kehidupan Hans, tentu saja tidak jauh dari niatnya ingin menyatu dengan mantan suami dan anaknya. “Sialan banget sih kamu Hans, baru juga aku tinggal beberapa bulan, kamu sudah punya wanita lain,” gerutunya sambil terus menginjak pedal gas.Setiba di Diskotik Eleven, dengan langkah penuh percaya diri, Sisil masuk ke dalam dengan rambut yang tergerai indah. Seolah ada rasa rindu terhadap tempat yang dulunya sering dikunjungi, wanita itu memilih salah satu bangku di sudut ruang tersebut.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   95. Kepercayaan Ashley

    Kedatangan Sisil di rumah Hans tentu saja membuat hati kecil Ashley penuh pertanyaan. Siapa wanita yang sempat memeluk suaminya itu? Namun, jangankan bertanya, ingin bernapas saja dadanya masih terasa sesak. Ashley sekuat tenaga menahan semua rasa itu demi sang suami.Tiba di lantai atas, Hans langsung membuka pintu kamar agar sang istri bisa masuk lebih dulu. Ia tidak ingin Ashley semakin kepikiran tentang Sisil, meskipun kenyataannya Ashley memang harus tau siapa Sisil sebenarnya.Keduanya melangkah lebih dalam masuk ke dalam kamar, kemudian Hans menutup pintu kamar rapat. Ada rasa campur aduk di dalam hati pria itu, apakah ini waktu yang tepat mengatakan semuanya pada sang istri?“Uhm … Ash?” panggil Hans tiba-tiba menghentikan langkah kaki sang wanita.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   94. Tamu Tak Diinginkan

    Ashley mengerutkan kening. Ia perlahan turun dari gendongan Hans, berdiri di samping suaminya yang masih mematung, menatap ke arah sosok asing yang berdiri di ruang tamu. "Siapa perempuan itu? Kenapa Ko Hans terlihat begitu tegang?" batin AshleyPerempuan itu tampak anggun, dengan senyum lebar yang seolah tidak menyadari keterkejutan yang mengisi udara di sekitar mereka. Rambutnya tergerai rapi, bibirnya dilukis merah muda, dan matanya bersinar—seolah kedatangannya adalah kabar baik.Belum sempat Ashley bertanya, perempuan itu tiba-tiba melangkah cepat dan langsung memeluk Hans begitu saja, tanpa ragu.Ashley tersentak. Ia berdiri terpaku, matanya membelalak. Dadanya sesak seketika, jantungnya berdegup keras. Sedetik tadi, malam terasa hangat. Kini, ia seperti dilempar ke dalam kolam es.Sementara Hans juga tampak terkejut. Tubuhnya menegang beberapa detik, sebelum akhirnya ia mendorong perempuan itu perlahan, menjauh dari dirinya.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   93. Siapa?

    Setelah makan sore yang hangat dan sederhana, Hans dan Ashley akhirnya memutuskan untuk pulang. Hari mulai gelap, dan suasana di antara mereka dipenuhi dengan kehangatan yang masih membekas dari obrolan-obrolan kecil selama makan tadi. Di dalam mobil, Ashley memegang kotak kecil berisi kalung itu erat-erat di pangkuannya. Jemarinya sesekali menyentuh liontin bintang di dalamnya, seolah memastikan hadiah itu nyata dan bukan sekadar khayalan."Aku masih nggak percaya kamu melakukan ini," katanya pelan, masih menatap kotak itu. “Kupikir kita cuma mau makan aja.”Hans melirik sekilas sambil tersenyum. "Kamu suka?" Ashley mengangguk, senyumnya melebar. "Iya, aku sangat suka."Beberapa saat mereka diam. Musik lembut mengisi keheningan, menemani pemandangan lampu-lampu jalan yang melintas perlahan di balik kaca jendela.Tidak lama kemudian, Hans menepikan mobil ke bahu jalan yang cukup sepi, lalu mematikan mesin.As

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   92. Senyuman

    Sore harinya, dokter akhirnya masuk dengan senyum hangat di wajahnya. Setelah memeriksa hasil tes dan kondisi fisik Ashley, ia memberikan keputusan yang dinanti-nanti."Semua hasilnya baik. Tidak ada indikasi komplikasi. Jadi, Bu Ashley sudah boleh pulang sore ini, ya. Tapi tetap harus banyak istirahat di rumah."Ashley nyaris melompat dari tempat tidur kalau saja Hans tidak langsung menahan bahunya. Senyum lebarnya tidak luntur sedikit pun sejak dokter mengucapkan kata “boleh pulang.”“Terima kasih banyak, Dok!” ucap Ashley semangat.Hans mengangguk sopan. Setelah proses administrasi dan pengambilan obat selesai, mereka pun meninggalkan rumah sakit.Sepanjang perjalanan di dalam mobil, Ashley nyaris tak berhenti tersenyum. Ia duduk dengan tubuh condong ke depan, memeluk tas kecilnya, sementara pandangannya sesekali melongok keluar jendela.Hans yang menyetir di sebelahnya melirik beberapa kali, lalu tersenyum tipi

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   91. Penuh Cinta

    Pagi menjelang dengan langit yang perlahan berubah cerah, cahayanya menyusup masuk lewat tirai kamar rumah sakit. Ashley duduk di tepi ranjang, mengenakan sweater tipis dan celana panjang yang dibawakan Hans semalam. Rambutnya tergerai seadanya, luka di kepalanya sudah dibalut rapi. Meski nyut-nyutan masih terasa, wajahnya terlihat jauh lebih segar daripada malam sebelumnya.Hans mondar-mandir di kamar, membereskan tas kecil yang berisi barang-barang Ashley. Sesekali ia melirik istrinya, memastikan semuanya baik-baik saja.Ashley menggeser selimutnya pelan dan menurunkan kaki ke lantai. Dengan hati-hati, ia berdiri, lalu berjalan perlahan ke arah kamar mandi.Hans yang sedang membereskan tas langsung menghentikan gerakannya. “Mau ke mana?” tanyanya cepat.“Mau ke kamar mandi,” jawab Ashley tanpa menoleh.“Biar aku antar,” ucap Hans, sudah melangkah mendekat.Ashley menoleh sebentar. “Nggak usah, Ko. Aku bisa sendiri.”Ha

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   90. Perhatian

    Lampu kamar menyala temaram. Dari balik tirai jendela besar, langit malam tampak gelap tanpa bintang. Ruangan sunyi, hanya suara hembusan pelan AC yang terdengar.Hans kembali duduk di kursi, sementara Ashley masih bersandar lemah di ranjang. Mereka terus mengobrol, seolah tidak ingin malam cepat berlalu.“Tadi kamu bilang darahku banyak sekali?” tanya Ashley sambil memutar tubuhnya sedikit ke arah Hans.Hans mengangguk. “Iya, aku bener-bener panik. Rasanya mau teriak minta tolong ke seluruh dunia.”Ashley tertawa kecil, tapi langsung meringis karena kepalanya masih nyut-nyutan. “Jangan lebay, Ko.”“Aku serius,” ucap Hans cepat. “Saat kamu nggak sadarkan diri, aku sangat khawatir. Aku nggak tahu apa yang harus kulakukan jika kamu sampai ....”Ashley menyentuh tangan Hans, menggenggamnya erat. “Aku masih di sini.”Hans mengangguk, menatap mata istrinya lama.Beberapa menit mereka terdiam. Lalu Ashley menguap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status