Cahaya matahari menembus tirai ruang tengah, menyebar lembut ke seluruh penjuru rumah yang biasanya hangat oleh tawa dan canda pagi hari. Tapi pagi ini, suasana itu seolah sirna."Entah kenapa hari ini kok rumah rasanya sepi sekali," batin Hans.Rumah Hans terasa dingin dan sunyi, seakan menyerap sisa-sisa ketegangan yang terjadi malam sebelumnya. Hanya suara pelan dari kamar Ashley yang sesekali terdengar. Ocehan lembut Baby Neul yang tampaknya tengah asyik bermain dengan mainan kecilnya. Suara itu menambah kesan kontras dengan keheningan rumah yang anehnya? tak nyaman.Di ruang tengah, Sisil duduk dengan santai di sofa panjang. Kakinya berselonjor, satu tangan memegang kapas kecil dan alat manicure, membersihkan kukunya sambil sesekali bersenandung pelan.
Malam itu, suasana semakin menegang tatkala Ashley berpapasan dengan Sisil yang tengah berkeliaran hanya memakai lingerie minim warna hitam. Ashley yang nampak curiga, lantas menekan Sisil untuk mengatakan yang sebenarnya. Apa yang tengah ia lakukan malam-malam begini."Kenapa kamu mengenakan lingerie seperti itu? Dan kenapa arah datangmu dari kamar itu? Apa kamu masuk ke kamar yang ditempati Hans?"Sisil memutar bola matanya. "Astaga, kamu ini pencemburu banget, ya. Aku cuma pakai lingerie, Ash. Nggak berarti aku tidur bareng suamimu.""Berarti memang benar... kamu memang masuk ke kamar Hans?!" desak Ashley.Sisil tertawa pendek. "Aku kesal tidur sendiri. Mau ngobrol, sebentar. Lagipula? kami dulu pasangan su
Hans terhenyak. "Jangan bicara seperti itu?"Ashley menoleh, tatapannya kini penuh luka yang jujur. "Aku mencintaimu, Ko. Tapi cinta saja tidak cukup, bukan?""A-aku tahu, Ash... tapi?" Hans melangkah maju, ingin meraih tangan istrinya, namun Ashley mundur setapak.Ashley masih berdiri di sisi tempat tidur, lalu menunduk memandangi wajah mungil Baby Neul yang lelap dalam tidurnya. Namun di dalam hatinya, badai yang ditahan tadi belum juga reda. Dan ketika Hans hendak berbicara lagi, suara Ashley menghentikannya."Jadi? kamu akan membiarkan dia tidur di ru
Setelah menutup telepon dari Liam, Hans mengembuskan napas panjang. Tubuhnya terasa letih, tidak hanya karena hari yang panjang, tetapi juga karena tekanan batin yang terus-menerus membelit pikirannya."Riana ya... kira-kira apa yang wanita itu rencanakan? Kenapa ia nampak begitu menginginkan kebebasan putranya?"Ia menyandarkan tubuh ke sandaran sofa, membiarkan kepalanya jatuh ke belakang, matanya terpejam. Hujan masih deras di luar. Suara tetesan air menghantam genting terdengar seperti alunan drum alam yang tak kunjung reda.Namun ketenangan sesaat itu buyar seketika.Dua tangan tiba-tiba melingkar dari belakang lehernya pelan, namun erat. Lalu sebuah tubuh bersandar lembut di bahunya. Hans sontak membuka mata d
Langit malam mulai gelap sempurna. Di luar, hujan masih menderas, menyisakan bunyi gemericik yang konstan di atap dan jendela. Di dalam rumah, lampu gantung ruang tamu menyala lembut, memantulkan bayangan sendu pada dinding putih.Hans duduk di sofa panjang, tubuhnya masih mengenakan kemeja basah yang telah mengering sebagian. Tangannya menopang kepala, sementara matanya terpejam sebentar, mencoba menenangkan badai yang kini berpindah ke dalam dadanya.Ashley berjalan pelan menghampirinya, masih sedikit gemetar oleh emosi yang belum pulih. Ia berdiri di hadapan Hans, lalu duduk perlahan di sisi berseberangan."Ko," ucapnya pelan. "Aku minta maaf soal vas itu. Aku tahu itu barang kesayangan kamu. Aku akan ganti. Tapi tolong dengar penjelasanku."
Hujan kian deras mengguyur atap rumah saat langit senja mulai memerah sempurna. Petir sesekali menyambar, menerangi kaca jendela dengan cahaya putih yang menyilaukan. Suara tetesan air dari talang bergema, menambah suasana yang semakin dingin dan muram.Ashley memeluk Baby Neul erat-erat di pelukannya. Anak itu baru saja selesai menyusu, matanya mulai sayu, dan napasnya menghangat di leher Ashley. Ia mengusap punggung mungil Neul perlahan sambil berjalan mondar-mandir di kamar, berusaha meninabobokan putra kecilnya."Neul sayang, tidur, ya? Mama capek banget hari ini," bisik Ashley lirih sambil mencium ubun-ubun bayi itu.Neul m