Share

2. MATI RASA

Aвтор: Purple Rain
last update Последнее обновление: 2025-05-30 17:19:39

4 bulan sebelum kejadian ....

Zivanna, perempuan cantik, pintar dan mandiri. Semua tidak ia dapatkan dengan mudah, tempaan masa lalu yang berlatar belakang broken home membuat Zee menjadi pribadi yang lebih kuat dari gadis seusianya.

"Aku masih menyiapkan beberapa dokumen untuk persiapan meeting nanti siang. Mas Kay bisa pergi dulu ke kantor, nggak perlu nungguin aku." Zivanna menjawab telepon dari calon suaminya, Kayvandra.

Hari ini tepat dua bulan setelah mereka melakukan pesta pertunangan. Semuanya direncanakan dengan baik, meskipun acara digelar hanya mengundang keluarga serta kerabat terdekat saja.

"Nggak apa-apa, Mas. Kita ketemu di kantor saja, setelah meeting kita bisa makan siang bareng di luar, gimana?" sahut Zivanna yang sepertinya sedang mencari alasan agar Kayvandra tidak menunggunya.

"Iya, aku juga sayang sama, Mas. Sampai ketemu di kantor ya, Mas. Love you more, Mas Kay ...." Zivanna pun menutup teleponnya.

"Fiuh ...." ia menghela napas panjang, lalu melihat ke arah meja di mana tumpukan berkas laporan inventaris masih belum sempat ia kerjakan.

"Masih jam 7, harus cepat-cepat. Semoga bisa keburu buat bahan meeting nanti siang." Akhirnya Zivanna tenggelam dalam pekerjaannya, ia memiliki tanggung jawab besar agar semua yang dipercayakan kepadanya bisa selesai tepat waktu.

***

Dirgantara Corporation, 09:00 tepat.

"Syukurlah!" Zivanna bisa bernapas lega setelah turun dari taksi yang dipesannya. Ia bergegas masuk ke dalam gedung sebelum meeting dimulai.

"Semua sudah beres, nunggu acc dari Kay terus ...." Zivanna tidak melanjutkan kalimatnya saat melihat beberapa karyawan berdiri di depan lift.

"Ada apa? Kenapa semua berhenti di sini?" tanya Zivanna pada orang di sekitarnya.

"Liftnya macet, Kak. Sudah 30 menit belum selesai masih dalam perbaikan." Jawab salah satu dari mereka.

"Waduh," Zivanna terlihat panik, ia melihat jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Kurang 30 menit lagi meeting dilaksanakan, sudah tidak ada waktu untuk menunggu lebih lama.

"Aku harus bergegas, kasihan Kay di atas yang sedang menunggu. Meeting tidak bisa dimulai kalau laporan ini belum aku serahkan ...." monolog Zivanna, bibirnya dilipat ke arah dalam. Gadis itu tampak berpikir keras, ia harus melakukan sesuatu.

Saat ia mengedarkan pandangan, Zivanna melihat pintu darurat yang ada di salah satu sudut ruang lobi. Kepala Zee dimiringkan sedikit, tatapannya intens seolah telah menemukan sebuah ide cemerlang.

"Nggak ada pilihan lain, aku harus lewat tangga." Gumam Zivanna yang kemudian berjalan tergesa ke arah pintu berwarna biru dongker.

Ia melepas heels yang dikenakan, lalu berjalan menapaki anak tangga dengan setengah berlari. Di genggamnya berkas dokumen agar tidak terlepas, sedangkan macbook yang berisi file presentasi Zivanna amankan ke dalam tas selempang.

"Huft .... kurang dikit lagi, Zee. Kamu pasti bisa!" Zivanna menyemangati dirinya sendiri. Lantai 3 sudah ia lewati, itu berarti kurang 2 lantai lagi untuk bisa sampai di kantornya Kayvandra.

Namun langkah Zivanna terhenti saat baru saja menjejakkan kaki di lantai empat, ia membiarkan peluh menetes dari pelipisnya. Sayup ia mendengar percakapan seseorang, bukan percakapan biasa karena Zivanna mendengar suara isak tangis.

'Siapa?' (tanya Zivanna pada dirinya sendiri).

Samar ia menangkap nada suara seseorang yang sangat dikenalnya, namun siapa dan apa yang sedang mereka bicarakan hingga salah satu dari mereka -- menangis?

"M-Mas Kay ...." Zivanna membekap mulutnya sendiri saat ia berhasil mengintip dari balik pintu darurat.

"Siapa perempuan itu? Ada hubungan apa mereka berdua?" gumam Zivanna mencari tahu. Apa penyebab perempuan itu menangis di depan Kayvandra?

"Kamu tenang, ya! Aku pasti nikahin kamu," kata Kayvandra seolah menenangkan.

Reflek mata Zivanna membola, ia makin merapatkan kedua tangannya agar mulut Zee tidak bersuara.

"Iya, tapi mau sampai kapan? Sampai perut aku membesar?" sahut perempuan itu dengan wajah frustasi.

"Aku akan mencari cara untuk menceraikan Zee setelah menikah -- secepatnya."

"Tapi gimana dengan nasib aku, Kay? Anak dalam perut aku nggak bisa nunggu lebih lama, aku malu!" pekiknya dengan menutup wajah yang berselemakan air mata.

"Sementara ini kamu tinggal di salah satu apartemenku, aku akan mencukupi semua kebutuhan kamu dan juga calon anak kita. Jika senggang aku akan mengunjungimu, gimana?" Kayvandra meraih tangan perempuan muda itu, lalu membawa ke dalam genggamannya.

"Janji kamu nggak akan ninggalin aku kan, Kay?" tanya sang perempuan dengan tatapan penuh harap.

Kayvandra mengangguk pelan, lalu mengecup punggung tangan itu dengan penuh perasaan.

Zivanna mundur perlahan agar tidak menimbulkan berisik, ia terduduk di anak tangga dengan hati tercabik-cabik. Tatapannya kosong, air matanya menetes tanpa ia sadari ....

"Jadi selama ini kamu selingkuh di belakangku, Mas ...." ia memainkan cincin pertunangan yang ada di jari manisnya.

"Aku pikir kita adalah pasangan yang sempurna, tapi ...." Zivanna terisak, ia tidak mampu meneruskan kalimatnya.

"Lantas apa gunanya perjuangan aku selama ini? Ternyata aku bukan yang nomor satu di hatimu ya, Mas?" Zivanna menyeka air matanya dengan kasar.

Bersamaan dengan itu, telepon genggam miliknya tiba-tiba saja bergetar. Zivanna meraih ponsel yang berada di dalam tas, ia melihat ke layarnya dan mendapati nama My Hubby di sana. "Pasti nyariin aku kan? Kamu masih butuh aku kan, Mas?" ucap Zivanna lirih dengan senyuman masam.

Zivanna pun membalasnya dengan pesan singkat,

[Bentar, lift macet]

Tidak banyak yang ia ketik saat mengirim pesan. Siapapun pasti tahu, jika kalimat singkat itu tidak ada rasa di dalamnya.

[Kamu sudah sampai, Sayang?]

[Tumben nggak ada kata 'Mas' di text kamu?]

Tapi sebagai pasangan kekasih selama 3 tahun, Kayvandra hafal betul jika Zivanna tidak pernah melewatkan panggilan 'Mas' untuknya.

[Sorry, buru-buru]

Balas Zivanna dingin, sedingin bongkahan es di Kutub Utara.

[Ya udah. Mas tunggu di kantor, ya!]

Zivanna hanya memandangi room chatnya tanpa membalas, lalu menutup ponsel dengan perasaan campur aduk.

"Huft .... gini amat nasib kamu, Zee? Kenapa nggak dari dulu mata hati kamu terbuka lebar, jika masih ada dunia lain selain Kayvandra di luar sana? Kenapa selalu bergantung padanya? Sakit kan Zee setelah tahu kenyataannya begini ....?"

Zivanna, gadis itu bertanya dengan sejuta kata penyesalan yang tidak berujung. Dan mulai detik itu juga, Zivanna mati rasa dengan semua yang bersangkutan dengan Kayvandra Shawn Dirgantara.

***

Aksi menghindar yang dilakukan oleh Zivanna membuat Kayvandra sedikit protes. Kayvandra mencium kejanggalan yang ditunjukkan Zee akhir-akhir ini.

"Kita harus bicara, Zee!" Kayvandra memanggilnya ke kantor.

"Untuk?" Zee menjawab cepat, bahkan ia tidak sempat duduk.

"Kamu berubah akhir-akhir ini," Kayvandra berkacak pinggang gelisah, lalu menyugar rambutnya yang semula tertata rapi.

"Berubah? Aku? Tidak. Tidak ada yang berubah. Itu hanya perasaan Mas Kay saja, aku masih Zivanna yang Mas kenal." Sahut Zivanna dengan santainya.

"Sebentar lagi kita menikah, Zee. Saat aku meminta pertimbangan darimu tentang wedding organizer, gaun serta cincin, kamu selalu bilang -- terserah!"

Zee menyunggingkan senyuman di sudut bibirnya, "Mas Kay kenal aku sudah lama kan? Sejak kita masih di bangku kuliah lho. Mas Kay pasti paham betul kalau selera kita itu sama, jadi nggak ada salahnya kan kalau aku menyerahkan urusan itu sama Mas, bukankah sama saja?"

"Tapi ada yang kurang kalau cuma aku saja yang terjun mengurusi persiapan pernikahan kita, Zee." sanggah Kayvandra putus asa.

"Di sini banyak tender yang belum gol, Mas. Katanya harus tembus target sebelum kita married? Aku ngejar semua itu agar di acara nikahan kita nanti nggak ada kendala, Mas." Ujar Zivanna memberikan opini dari sisinya.

Nampak Kayvandra berpikir keras. Memang urusan klien, investor atau mencari data pengembang, Zivanna lah jagonya.

Ya. Hampir separuh dari urusan perusahaan, semua bergantung di pundak, Jasmine Adrielle Zivanna.

Kayvandra menghela napas panjang, "Sorry ...." ucapnya tiba-tiba sambil menurunkan bahunya.

"Nggak masalah, Mas. Maaf Zee nggak ngasih penjelasan. Mas tahu kan, Zee tidur sehari cuma satu sampai tiga jam saja sehari?" Zivanna melihat Kayvandra berjalan menghampirinya.

Kayvandra mengangguk kecil, "Iya, kita harus kerja sama untuk mewujudkan semua mimpi-mimpi kita ...." diraihnya bahu Zivanna, lalu membawanya ke dalam pelukan.

Zivanna membeku, ia tidak sempat menghindar saat Kayvandra mengecup pucuk keningnya.

"Aku sayaang banget sama kamu, Zee. Aku nggak bisa bayangin kalau tanpa kamu, perusahaan ini jadi apa? Kita harus bekerjasama untuk mendapatkan banyak tender proyek, demi mewujudkan mimpi kita, masa depan kita ...." Kayvandra mengusap lembut surai Zivanna yang sudah muak dengan bualan pria berengsek itu.

'Mimpi kamu mungkin, Mas. Bukan mimpi aku ....' (monolog Zivanna dalam hatinya).

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    6. SURVIVE

    Zivanna terduduk lemas di tepi bathtub, alat uji kehamilan masih tergenggam erat di tangannya yang dingin. Pikirannya berputar kacau, mencoba mencari logika dari kenyataan yang baru saja ia terima. “Aku sudah bercerai… aku sudah pergi jauh… tapi kenapa sekarang?” bisiknya lirih, suaranya nyaris tak terdengar, tenggelam dalam gemuruh emosinya sendiri. Air matanya mengalir pelan, kali ini bukan karena sakit hati pada Kayvandra, tapi karena ketakutan. Takut akan masa depan yang tak pasti, takut harus membesarkan anak sendirian, takut jika jejak lelaki itu tetap akan melekat di hidupnya, bahkan setelah ia pergi sejauh ini. Zivanna memeluk lututnya, menggigil dalam sepi dini hari yang begitu membekukan. *** Pagi harinya, ia tetap pergi ke galeri meski wajahnya tampak jauh lebih pucat dari biasanya. Seorang karyawan kepercayaannya, Alma, menghampiri dengan wajah cemas. “Bu Zee, Anda yakin nggak mau ke dokter? Wajah Ibu pucat banget dari kemarin.” Zivanna tersenyum kecil. “Aku baik-ba

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    5. MEMULAI HIDUP BARU

    Zivanna, menjelang sore hari terlihat turun di salah satu gang sempit. Sebuah minivan mengantarnya hanya sampai separuh perjalanan menuju apartemen miliknya. "Maafkan saya Nyonya," ucap sopir yang masih berdiam di belakang kemudi, tega ataupun tidak, ia hanya menjalankan perintah. Zivanna tidak menjawab, ia turun dengan kondisi menyedihkan. Tangan kirinya menggenggam erat kerah baju yang terkoyak, sengaja ia tidak menyentuh barang pemberian dari Kayvandra, Zee tidak sudi. Ia berjongkok di sudut gang gelap setelah minivan itu meninggalkannya. Zivanna merogoh tasnya untuk mengambil telepon genggam, tangannya gemetar saat menekan nomor Maureen. "R-Ryn, bisa jemput aku di simpang tiga Moonville? Mobilku tertinggal di gedung Dirgantara." "Iya .... nanti aku jelasin, Ryn. Aku baik-baik aja, kamu jangan marah gitu dong ...." tiba-tiba saja ia terisak, wajah Zivanna kembali basah dengan air mata. Rasa sakit di seluruh tubuhnya tidak sebanding dengan hancurnya hati karena perbuatan

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    4. SURAT PENGUNDURAN DIRI

    Satu bulan setelah mereka berpisah, Kayvandra menerima satu email dari mantan istrinya. Email tersebut berisi surat pengunduran diri Zivanna dari perusahaan Dirgantara, "Berani-beraninya dia ...." gumam Kayvandra setelah membuka email tersebut. Ia membuka ponsel yang diletakkan tak jauh dari tempat duduknya. Kayvandra mencari nomor kontak Zivanna yang sudah tidak pernah lagi ia hubungi sejak perceraian kemarin. Jari Kayvandra menekan tombol panggil, "Sialan! Apa dia mengabaikan aku sekarang?" gerutu Kayvandra setelah telepon darinya tidak ada jawaban. Ia mencoba kembali untuk yang kedua kalinya, "Sedang apa kau?!" teriak pria itu begitu emosi. Zivanna mematung, ia memegang erat ponselnya agar tidak terjatuh. Baru saja ia hendak menyapa, namun suara lantang di seberang membuatnya terkejut dan membeku. [Aku? Aku sedikit .... sibuk] Jawab Zivanna dengan tenang, ia berhasil menstabilkan keadaan. "Sibuk? Sok banget kamu sekarang? Ini apalagi? Kenapa tidak datang langsung ke kan

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    3. PERNIKAHAN SANDIWARA

    Dua bulan setelah terungkapnya perselingkuhan Kayvandra dengan perempuan yang belakangan ini diketahui sebagai sekretaris di Divisi keuangan. Mereka tetap melakukan pernikahan seperti yang sudah direncanakan sejak lama, pernikahan sandiwara tentunya bagi Zivanna. "Lihat Sayang, mereka sangat bahagia karena keluarga kita sudah bersatu. Kerajaan Dirgantara akan semakin melebarkan sayapnya bersama Anumerta Garmen Corp." Dengan bangganya Kayvandra merangkul pundak Zivana dengan segelas wine di tangan kirinya. Zivanna tersenyum masam, ia menatap ke arah depan segerombolan orang-orang munafik sedang berpesta di atas harga dirinya yang terinjak-injak. "Kamu sangat cantik, aku sudah tidak sabar menunggu malam pertama kita." Kayvandra mencium pipi Zivanna yang terasa dingin, sedingin hatinya saat ini. "Kamu kedinginan, Sayang? Kita masuk sekarang aja gimana? Nggak usah ikut party sama mereka, lagipula ...." "Nggak apa-apa, aku baik-baik saya, Mas ...." jawab Zivanna datar, ia mengu

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    2. MATI RASA

    4 bulan sebelum kejadian .... Zivanna, perempuan cantik, pintar dan mandiri. Semua tidak ia dapatkan dengan mudah, tempaan masa lalu yang berlatar belakang broken home membuat Zee menjadi pribadi yang lebih kuat dari gadis seusianya. "Aku masih menyiapkan beberapa dokumen untuk persiapan meeting nanti siang. Mas Kay bisa pergi dulu ke kantor, nggak perlu nungguin aku." Zivanna menjawab telepon dari calon suaminya, Kayvandra. Hari ini tepat dua bulan setelah mereka melakukan pesta pertunangan. Semuanya direncanakan dengan baik, meskipun acara digelar hanya mengundang keluarga serta kerabat terdekat saja. "Nggak apa-apa, Mas. Kita ketemu di kantor saja, setelah meeting kita bisa makan siang bareng di luar, gimana?" sahut Zivanna yang sepertinya sedang mencari alasan agar Kayvandra tidak menunggunya. "Iya, aku juga sayang sama, Mas. Sampai ketemu di kantor ya, Mas. Love you more, Mas Kay ...." Zivanna pun menutup teleponnya. "Fiuh ...." ia menghela napas panjang, lalu melihat

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    1. KEPUTUSAN ZIVANNA

    "Tidak ada pembagian harta Gono gini," "Tidak ada pembagian hak waris," "Dan tidak ada kewajiban menafkahi setiap bulannya." Jasmine Adrielle Zivanna, perempuan muda 22 tahun itu terlihat duduk tenang di depan meja pengadilan agama. Pandangannya lurus ke depan, seakan tidak memperdulikan kehadiran Kayvandra Shawn Dirgantara yang saat ini menatap tajam padanya. "Apakah Anda bersedia dengan keputusan ini?" tanya seorang hakim yustisial kepadanya. "Saya bersedia," tanpa ragu Zee menjawab. "Hem ... tidak ada proses mediasi? Apakah Anda sudah tidak berniat untuk memperbaiki hubungan Anda dengan suami?" hakim yustisial tersebut memastikan, mereka memandang heran pada Zee. "Tidak," jawab Zee singkat. Tampak hakim yustisial memeriksa beberapa surat dokumen, lalu berunding dengan hakim lainnya. Tanpa menunggu lama, surat dokumen yang masih berada di atas meja itu dirapikan kembali. "Baiklah!" "Gugatan dikabulkan!" "Huft ...." hembusan napas halus terdengar dari arah Ze

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status