"Kau bodoh ya, sudah tahu itu mukena! Masih bertanya itu apa? Cepat aku kedinginan, butuh sesuatu untuk menghangatkan tubuhku!" "Masya Allah ... Benarkah ini mukena untukku? Terimakasih banyak Tuan Adam, saya sangat menghargai pemberian ini." Aisyah masih tidak percaya dengan apa yang diberikan Adam padanya.Adam sempat berdehem, hanya itu saja responnya."Sudah sudah ... Berhenti berkata, dan cepat berganti pakaian segera!" perintahnya.Aisyah tidak bisa membendung kebahagiaannya, sampai ia memutuskan berlari mendekati Adam dan memeluknya erat.Deg! Deg!Tubuh Adam mulai membeku, hampir menjadi patung hidup sekarang. Apa lagi botol jin miliknya meronta tidak menentu, ingin lepas entah kemana lalu berlabuh.Mana sesuatu mengganjal di dada Aisyah menempel di dada bidang Adam, membuatnya ingin melakukan sesuatu yang halal untuk pasangan suami istri.Sebagai pria normal ia tidak bisa lepas pandang dari lekuk tubuh Aisyah yang terlihat indah, apa lagi pakaian yang basah telah menunjukkan
Aisyah bergegas membuka pintu gerbang, berpikir mungkin Adam telah pulang, tapi nyatanya tidak, seorang wanita berdiri membelakanginya. Tidak menyangka akan kedatangan seorang tamu, "Selamat sore, Kak," sapa Aisyah dengan senyum merekahnya.Wanita itu membalik tubuhnya--kini wajahnya terlihat jelas dikedua mata mata Aisyah.Keduanya sama terkejutnya melihat siapa yang mereka lihat dihadapan mereka."Kak Jenny?" Aisyah membenarkan penglihatannya. Seketika pikirannya kembali mengingat bayangan wanita itu yang telah menjebloskan dirinya kedalam penjara. Sudah beberapa bulan lamanya tidak bertemu dengan wanita itu.Aisyah berusaha menghilangkan sakit hati itu--melupakan semua yang pernah diperbuat terhadapnya. Bacaan istighfar seketika ia lafadz-kan dalam hati. Ketakutan kini mencuat kembali setelah melihat wajah itu.Aisyah mengatur nafasnya, agar terlihat lebih tenang, menghembuskannya perlahan."Bagaimana kau bisa disini, wanita pembunuh?" Jenny melihat Aisyah dari atas sampai bawah
Sepintas Adam melihat Aisyah berjalan di depan kamar, satu ide kembali muncul di pikirannya. Ia buru-buru memeluk tubuh Jenny dan berkata "Sayang layani aku saat ini--aku membutuhkan tubuhmu!""Hah? Aku gak salah dengar?" Wanita yang ada dalam pelukan Adam terkejut sekaligus senang, deretan giginya terlihat rapi.Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan Jenny--wanita itu berniat merayakannya. Tidak perlu berupaya keras mendapatkan pria itu.Hanya dengan menjentikkan jari, semua dapat dikuasainya.Bagaimana mungkin seorang Jenny dapat ditolak pria? Tidak mungkin ... Bahkan pria banyak yang ingin mendapatkannya, begitu pikirnya."Tidak Sayang, mari kita lakukan sekarang! Aku sudah tidak tahan ingin menikmatinya." Adam serta merta menjatuhkan tubuh Jenny--menangkapnya dengan lengan kekarnya. Pria itu menggendong tubuh Jenny yang mengenakan pakaian minim bahan masuk ke dalam kamarnya. "Ahh ... kau sangat romantis Sayang ..." Gelak tawa terdengar manis dipendengaran mereka sendiri.
Mendengar ucapan Adam baru saja membuat jiwanya tergugah, ia berdiri, berjalan mendekati Adam lalu melayangkan sebuah tamparan.Plak!"Rasakan itu!" ucap Jenny dengan intonasi tinggi.Adam membutuhkan wanita ini untuk menghancurkan Aisyah--lekas ia menarik tangannya yang akan beranjak pergi dari sana. Dengan terpaksa pria itu memeluknya erat. "Aku minta maaf untuk hari ini, Jenny. Mau kan kamu memaafkan-ku? Please ... demi hubungan kerjasama kita."Nafas kasar baru dihembuskan oleh Jenny, terasa hangat di pundak Adam. "Akan ku pikirkan kembali nanti," jawabnya datar, Adam merenggangkan pelukannya dan menatap wajah Jenny tajam."Serius?" tanya Adam meyakinkan ucapannya.Jenny hanya mengangguk saja tanpa menjawab, tidak ada ekspresi apapun dari wajahnya. Adam senang tidak perlu banyak berdebat tentang itu."Aku ingin pulang." Wanita itu lekas meraih tas selempang kecil miliknya dan menggantungkan salah satu di bahunya."Aku antar kedepan!" Adam memberikan penawaran, sekali lagi Jenny
Adam menenggelamkan wajahnya di atas bantal, dan melanjutkan kegiatan senyum tanpa kejelasan itu. "Dasar Aisyah! Wanita hina yang ku rindukan!! Ralat!! Tidak!! Aku sudah gila!!" teriaknya dalam hati.Adam bangun, lalu mengacak rambutnya, kesal dengan sikapnya tadi, seharusnya ia tidak menerimanya? Apa yang terjadi? Tubuhnya telah berkhianat, membuatnya seperti orang tak punya pendirian. Menjatuhkan tubuhnya ke lantai, menyandarkannya di dinding tepi ranjang, bayangan yang indah pada beberapa menit lalu membuatnya tersenyum kembali."Tidak Aisyah! Kamu harus tanggung jawab!! Bagaimana kamu memporak-porandakan pikiranku! Kamu wanita hina kejam! Aku benci padamu, Aisyah!!" Kepalanya di letakkan diatas dua lutut yang ditekuk-nya, beberapa saat diangkatnya kembali.Adam meraba bibirnya dari sudut kanan ke sudut kiri, sangat hangat sentuhan bibir Aisyah--hingga tidak dapat dilupakan."Aku sangat lapar!! Tapi aku sangat malu bertemu kembali dengan wajahnya!" racau Adam hampir frustasi.
Malam itu entah keberanian dari mana, Aisyah menggandeng tangan Adam untuk segera pergi. Adam hanya melihat dengan wajah senang wanita itu menarik tangannya untuk pergi bersamanya."Sadar Adam!!!" batin Adam bergemuruh."Tunggu, aku mengambil kontak mobil sebentar!" Adam melepaskan genggaman tangan Aisyah.Aisyah malah memegang erat tangan Adam menahannya seraya berkata, "Kita tidak perlu mengeluarkan mobilmu dari bagasi. Karena tempatnya tidak jauh. Kira cukup jalan kaki saja.""Baiklah."Ditengah perjalanan, Adam mengeluh."Berapa lama lagi kita akan sampai? Kakiku sudah tidak kuat berjalan!!" dua sungut di kepala Adam muncul. Kepalanya hampir terasa panas sekarang.Ingin marah tapi tenaganya sudah habis."Sabar, Tuan. Baru juga beberapa menit kita berjalan? Anda sudah mengeluh lelah. Tidak sepadan dengan tubuh Anda yang besar dengan otot-otot yang kekar," kata Aisyah berniat mencemoohnya."Apa kau bilang?" tanya Adam penuh tekanan. "Ah, malam ini aku tidak ingin berdebat. Tenagaku
Sesekali Adam mencuri pandang ke arah Aisyah, malam ini pria itu dapat menikmati hidup bersama wanita ini.Karena terlihat Adam mengusap perutnya tanpa henti, Aisyah mengajaknya istirahat sebentar di sebuah bangku kayu, di tepi jalan.Beberapa saat kemudian, Aisyah menepukkan tangan di paha Adam, satu tangannya menunjuk ke langit."Tuan, lihatlah ke langit!!" suruhnya belum menurunkan tangannya dengan satu jari telunjuk lebih tinggi.Tidak memberi balasan, Adam mengikuti perintahnya, menyandarkan punggung di dinding bangku dari kayu itu, lalu mendongak ke atas."Ada apa memangnya?!" tanya Adam basa basi."Lihatlah bulan itu, sangat indah dan meneduhkan bukan? Subhanallah... Ditambah kerlip bintang disekelilingnya, membuatnya terlihat cantik sempurna, sungguh Maha Besar ciptaan Allah Tuan, kita wajib mensyukurinya," ucap Aisyah tanpa melihat wajah Adam. Keduanya masih melihat langit yang sama.Adam tidak lekas bicara, namun beberapa saat kemudian ia menjawab, "Biasa saja," datar saja j
Aisyah melihat pria yang memegang kemudi, tidak seperti seorang supir--beberapa kali memberikan senyum untuk Aisyah melalui kaca spion di atas kepala.Aisyah hanya mengangguk--ia tidak ingin melihat wajahnya yang memberi senyuman untuknya berulang kali itu. Menurut ajaran yang di pelajari-nya, bertatapan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya pun adalah zina."Maaf, Kak, siapa pria yang sedang mengemudi?" tanya Aisyah setengah berbisik, diusahakan pria itu tidak menangkap suaranya."Oh, dia suami saya, sama bekerja di perusahaan itu juga, kita satu kantor." Penjelasan wanita yang belum diketahui namanya itu dapat dipahami Aisyah."Oh begitu ya." Aisyah manggut-manggut. "Kak, maaf boleh tidak kita berkenalan? Sedari tadi saya tidak mengetahui nama Kakak yang baik hati ini?"Mereka berdua menjabat tangan, "Saya Rara, kalau nama suamiku Danu, kamu sendiri?""Saya Aisyah, Kak. Senang berkenalan dengan kalian." "Kamu cantik dan sederhana, suamimu pasti bahagia mendapatkan dirimu," pujin