"Dokter, bagaimana keadaan Putra saya?!" tanya Adam. Berharap mukjizat datang untuk Aslan.Belum menjawab, Aisyah pun ikut bertanya. "Dokter cepat beri tahu kami. Bagaimana keadaan Aslan Putraku?!"Pria berjas putih itu menarik maskernya, dari wajahnya tidak ada kepanikan. Aisyah dapat mengartikan jika Aslan selamat."Berkat doa kalian, Tuan Aslan dapat diselamatkan." Pria itu mengangkat sudut bibirnya."Alhamdulillah ..." ucap Aisyah seraya mengangkat kedua tangan lalu mengusapkan ke wajahnya.Wanita itu memeluk Exel yang berdiri di sampingnya. "Exel, maafkan Mama yang tidak bisa mengurus kalian dengan baik—" "... Mama bicara apa?? Exel dan Aslan bukan anak-anak. Kami sudah dewasa, bisa jaga diri kami sendiri." Exel protes. Wajahnya tidak terlihat dewasa.Gerald terkekeh mendengarnya. "Dewasa apa?! Lihat saja, menikahi satu wanita saja tidak terlaksana. Paman tidak yakin jika Beyza mau menerimamu lagi, kesalahan mu sangat fatal. Dan tidak bisa di maafkan, betul kan Beyza??!" ucap Ger
Mengurungkan niat, Exel kembali keluar dengan menutup pintunya. Kali ini Beyza dapat mendengarkannya karena terdengar jelas.Wanita itu menoleh ke belakang. Tidak terlihat siapapun disana. "Siapa yang baru masuk, Tuan?!" Beyza menatap serius Aslan yang sepertinya melihat seseorang yang baru membuka pintu.Aslan menggeleng kepala. "Tidak ada siapa-siapa.""Sebenarnya tadi kita bergiliran melihat keadaan Tuan di ruang ini. Tunggu sebentar, saya panggilkan Nyonya Aisyah, ya??" Wanita dengan rambut panjang terurai itupun berdiri.Belum menggerakkan kakinya, Aslan menahan tangannya. "Ya Tuan?""Aku mau kamu selalu berada di sisiku—""Maaf Tuan, apa maksud Anda?!""Jangan berpikir hal lain. Aku hanya memintamu untuk merawat ku selama beberapa hari sampai aku sembuh."Beyza tersenyum kecil. Setelah itu ia menundukkan kepala......"Tuan ... Mari makan buburnya. Setelah itu minum obatnya." Sebuah mangkuk kecil dan segelas air mineral berdiri diatas nampan dalam pegangan tangannya.Setelah be
Untuk sementara, Aisyah tinggal bersama mereka. Sementara Gerald pulang dan Adam kembali ke Indonesia, perusahaan terbengkalai saat ia meninggalkannya. Pernikahan Exel sementara di tunda sampai adiknya sembuh.Sore itu ...Beyza berada di dapur. Seperti biasa ia harus membuat masakan untuk keluarga. Beyza tidak ingin merepotkan Aisyah yang meski bersikeras membantu. Gadis itu menyuruhnya untuk istirahat.Begitu pula asisten rumah tangga. Beyza tidak ingin menambah pekerjaan untuknya. Ia menyuruh melakukan pekerjaan lain.Mengaktifkan ponsel dan memutar lagu romantis. Ia mulai memotong bahannya, mengupas bumbu. Bawang putih, bawang merah. Tidak jarang ia harus membersihkan air bening yang tiba-tiba merembes dari kelopak mata.'Duh pedih!!' Mengusap dengan bahunya berulang kali. Tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya. "Cengeng. Memotong bawang saja sambil nangis!!" Sontak Beyza terkejut dan menoleh ke belakang. "Tuan Exel??! Kapan Anda di sana?!" Pria dengan wajah santai itu dudu
"Mama sudah jelaskan padamu, sebelum kalian menjadi pasangan suami istri, tidak di perkenankan berdekatan seperti ini!! Paham kamu, Exel!! " ucap Aisyah serius."Maaf Ma, Exel hanya berniat menggoda Beyza saja tidak lebih—" Wajahnya ketakutan melihat Aisyah menunjukkan taringnya. Sekian lama ia tidak melihat wajah ayu penuh senyum itu murka."Haha ... kena tipu deh anak Mama —" Tiba-tiba wajahnya yang serius tadi berubah ceria. Ia mengacak rambut Exel seperti bocah kecil.Rasa gugup yang mendera dalam hati Beyza pun luruh. Ternyata Nyonya Aisyah tidak serius, hampir jantungnya copot. Jika tingkahnya yang tidak sesuai dengan keinginan calon mertua, takutnya pernikahan mereka tidak direstui. Pikir Beyza.Manik mata Aisyah mengedar ke meja dapur yang berantakan. "Belum selesai masaknya?!" tanya Aisyah dengan mengerutkan kening.Beyza tersenyum hambar. Sembari menggeleng kepala. "Belum, Nyonya —""Maaf, Ma. Exel yang telah mengganggu waktu masaknya. Hingga ia tidak bisa menyelesaikan dal
Gegas Beyza bangkit dan membenarkan posisinya semula. "M—maaf Tuan Exel. Ini tidak seperti yang Anda pikirkan." Gugup dan takut, itulah yang dirasakan Beyza sekarang.Bahkan mengangkat kepala untuk melihat wajah kekasih nya itu pun Beyza tidak sanggup."Aku tidak ingin mendengar penjelasan mu." Nada suaranya meninggi.Ia membantu tubuh Aslan untuk duduk, ia terlihat kesusahan karena lukanya. "Kau tidak apa-apa?!" Pertanyaan itu di lontarkan pada adiknya.Menggeleng, "Tidak terjadi apapun pada kita, kamu hanya salah paham. Dia tidak sengaja terpeleset, dan jatuh menimpaku. Itu saja."'Terpeleset?? Bagaimana mungkin Tuan Aslan bisa berbohong demikian? Padahal tangannya sendiri yang mendorong punggungku kedepan, hingga aku tidak dapat menjaga keseimbangan tubuh?!' pikir Beyza.Berpikir jika lebih baik, mulai saat ini ia harus lebih berhati-hati terhadap Tuan Aslan.Tidak berkata apapun lagi, Exel putar balik meninggalkan mereka. "Shitt!!" Hanya itu kata-kata terakhir yang mereka dengar
Jantungnya berdegup kencang saat pandangannya melihat mobil itu melintasi belokan jalan yang seharusnya menjadi tempat itu di gelar."Tuan!? Kita melewatkan jalan itu!!" pekik Beyza, pandangan mata mengekor belokan jalan yang telah di lalui.Seakan Aslan tidak mendengarkan ucapan Beyza. Manik mata pria itu masih fokus menghadap depan.Beyza memukul lengan Aslan. "Tuan, Anda akan bawa saya kemana?" Wanita itu merasa calon adik iparnya ini memiliki tujuan lain. "Maaf Beyza, aku harus melakukan ini." Jawaban datar; membuat pikiran Beyza takut."Maksud Tuan?! Hentikan mobil ini sekarang juga!!" teriak Beyza panik.Wajahnya tampak santai, tidak menunjukkan apapun —seakan hal yang di lakukannya ini benar."Tuan, please ... saat ini keluarga kamu menunggu kedatangan kita—mereka pasti cemas, karena mobil kita tidak kunjung sampai."Cih!"Kamu memang baik. Meski keluargaku hanya menjadikanmu pembantu di rumah itu, kau tetap terlihat seperti bagian keluarga dari mereka."Beyza tidak mengerti m
Dalam situasi panik, Exel menyeloroh, "Exel sungguh tidak terima, jika Aslan berniat mempermalukan Exel seperti ini. Lihat!! Hampir para tamu undangan kabur karena lama menunggu!!" ucapnya. Meski yang sebenarnya hanya Beyza yang membuat pikiran tidak tenang.Aisyah menepuk pelan punggung Exel untuk menenangkan. "Sabar, kita berdoa sama-sama. Semoga tidak terjadi hal buruk pada mereka."Tidak hanya Exel, Adam pun angkat bicara. "Mau taruh dimana wajah Papa jika pernikahan ini kembali batal!? Sebelumnya Papa sudah tidak yakin, kau lihat sendiri anakmu itu tidak memiliki tanggungjawab sedikitpun!!" Pria paruh baya itu menatap Aisyah tajam."Papa, please jangan mengatakan hal demikian. Dia juga anak kita." Wanita cantik dengan hijab terdapat bunga putih yang di tata seperti bandana di atas kepalanya menatap nanar wajah sang suami. "Maaf Ma, untuk saat ini Exel tidak bisa percaya pada Aslan. Beberapa kali dia menunjukkan sikap anehnya terhadap Beyza." Pria bersorban putih yang sedari du
"Minggir! Minggir!!" ucap Exel mulai menyerobot masuk. Tanpa peduli terdapat beberapa anggota polisi yang terlihat baru saja datang.Mereka memberi jalan pada Exel, banyak yang menerka jika pria itu adalah pasangan pengantin. Karena mengenakan pakaian yang sama. Korban pria lainnya baru di angkut ambulance beberapa menit lalu.Langkah kaki Exel terhenti. Saat kedua netranya melihat wanita cantik terbujur dengan lumuran darah pada tubuh beserta pakaiannya.Bibirnya terbungkam. Tenggorokannya tercekat, ia bergerak melambat berjalan mendekati tubuh Beyza. Ya, dia Beyza wanita yang beberapa saat lagi menjadi istrinya. Tapi keadaan wanita itu saat ini?Berusaha untuk tidak percaya dengan apa yang di lihat. Tapi, wanita itu sungguh Beyza. Ia terduduk, dan berteriak histeris. "Beyza!!!" Segera Exel mengangkat kepala Beyza dan meletakkan dalam pangkuannya. Memukul kedua pipi Beyza bergantian. "Beyza!! Bangun!! Beyza!! Buka mata kamu!! Please ... Aku mohon!!"Beberapa saat Exel menunggu Be