Home / Romansa / ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA / BAB 6_IPAR MENYEBALKAN

Share

BAB 6_IPAR MENYEBALKAN

Author: Rora Aurora
last update Last Updated: 2023-01-15 00:49:04

Dua gadis tak jauh usianya memasuki halaman rumah yang bercat kuning muda, mendekati pintu sambil berbincang. Di tangan mereka menenteng kotak makanan warna warni.

"Apa kamu yakin, kakak ipar akan suka?" tanya Si Adik, Ratna Astuningtyas.

"Dia harus suka dong, jangan banyak gaya!" ketus Si Kakak, Nindi Mahiswara.

Ratna hanya memainkan bibirnya manyun. Sebagai yang berstatus adik, dia tidak bisa banyak bicara. Segala keputusan atas dirinya adalah tergantung kakak. Itu sudah menjadi hukum tak tertulis dalam keluarga.

Tok ... tok ... tok!

Seorang wanita bercadar membuka pintu. Matanya sedikit membulat, agak kaget.

"Selamat siang, Kak Ipar," sapa Ratna.

Luna mencoba menguasai situasi. Dia tersenyum dan mempersilahkan kedua gadis itu masuk. Nindi menggeret tangan Ratna. Tampak, gadis berambut kuncir kuda itu tak nyaman dengan kehadiran kakak iparnya.

"Kak, kami diminta Mama bawakan ini. Ini masakan khas keluarga kami. Semoga suka ya," ujar Ratna mencoba mencairkan suasana.

"Terimakasih banyak. Lain kali aku akan mengirim makanan untuk kalian," jawab Luna kaku. Ini kali pertama dia berbasa-basi dengan wanita yang baru ia kenal.

"Apa di dalam rumah pun, kamu harus menggunakan cadar?!" tanya Nindi dengan alis yang mengangkat.

"Kadang-kadang," jawab Luna.

"Buka cadarmu sekarang! Risih tau!" perintah Nindi.

"Baik. Tapi aku harus memastikan di sini tak ada ponsel dan pintu dikunci," jawab Luna tegas.

"Apaan sih?! Kamu itu aneh! Pastilah kakek sudah pikun, menjodohkan abangku dengan wanita aneh sepertimu. Kamu lebih mirip seperti teroris di mataku!"

Luna terdiam. Ini ternyata yang dimaksud tulisan di buku yang sedang dibacanya. Ipar adalah maut. Bahkan ia harus membaca banyak buku untuk mempersiapkan diri hidup di luar dengan status sebagai istri.

"Aku tak boleh sembarangan menampakkan wajahku. Jika kalian ingin melihat wajahku, aku bisa memperlihatkannya sekarang tapi kalian harus menjaga rahasia!"

Luna berusaha setenang mungkin.

"Apa kamu ngerasa, kamu itu spesial?! Sejak kapan perkara wajah menjadi sangat penting?!" Nindi melototkan matanya seolah menantang.

"Baiklah. Aku akan buka cadarku sekarang," ujar Luna dengan suara berat. Ia tak ingin wajahnya menjadi masalah dengan adik iparnya.

"Malaslah! Gak penting! Mana abangku?!"

Ratna mencubit lengan Nindi, memberi isyarat agar dia menjaga sikap. Nindi menepis tangan adiknya.

"Mas Yudha sedang di kamar. Kalian bisa menunggu. Aku akan panggilkan," tawar Luna.

"Kami bisa ke sana sendiri kok! Ini kan rumah abang kami. Bahkan kami punya kamar di sini!"

Kali ini, Nindi menyeret tangan Ratna.

"Tunggu!" suara Luna agak meninggi.

"Apaan!?!!" hentak Nindi.

"Jika kamar yang kalian maksud adalah kamar sebelah kamar Mas Yudha, jangan. Itu kamarku. Tak boleh siapapun masuk ke sana bahkan Mas Yudha sekalipun!"

"Sinting kali ya!" Nindi memiringkan jari telunjuknya di pelipis matanya. Gadis itu kesal sekali. Ia merasa, kakak iparnya sangat aneh.

"Kakak jangan ketus-ketus lah sama kak ipar. Dia kan orang baru," ujar Ratna sembari mengikuti langkah kakaknya.

"Kamu jangan bela dia! Aku mau bicara sama bang Yudha. Istrinya perlu diajar!"

"Bang!! Bang!! Buka pintu!" teriak Nindi.

Masih sempoyangan, Yudha membuka pintu.

"Apa? Masih pagi sudah ribut. Abang masih ngantuk ini. Hidung mampet," ujar Yudha membiarkan kedua adiknya masuk kamar.

"Capek malam pertama kamu, Bang?!" cerocos Nindi.

Yudha hanya manyun. Ia kembali merebahkan dirinya. Badannya terasa pegal.

"Kami mau nginep. Di rumah ada party. Males harus ketemu tante, paman juga. Kami juga takut ketemu kakek, bisa-bisa dijodohkan sama teroris kek istrinya abang!" cerocos Nindi ikut merebahkan badannya di dekat kakaknya.

"Ya sudah, nanti abang tidur di sofa," ucap Yudha malas.

"Ya gaklah. Aku sama Ratna tidur di kamar sebelah! Itu kan memang kamar kami," ujar Nindi.

"Itu kamarnya Luna, kalau dia kasih, bisa. Tapi kayaknya aku tak yakin dia mau berbagi kamar sama kalian. Kakak ipar kalian itu sedikit....hmmmm...imut," jelas

Yudha menunjukkan jari telunjuk dan jempolnya. Ratna dan Nindi mengkerut.

"Jadi seriusan omongannya tadi, kak? " tanya Ratna pada Nindi dengan wajah heran.

"Kalian suami istri kenapa pisah kamar?!! Ayo!! " Ratna menindih punggung Yudha dan mengacungkan telunjuknya.

"Ya semua orang butuh privasi. Kalian jangan terlalu kepo! "

"Atau jangan-jangan, istrimu itu teroris, Bang!! Kau harus waspada. Pergerakan mereka memang penuh dengan rahasia gini," ujar Nindi penuh keyakinan.

"Ngawur aja. Jangan lupa, dia itu rekomendasi kakek. Kalau sampai ucapanmu ini di dengar kakek, habis!" ancam Yudha membuat Nindi kembali berpikir.

"Pastilah ada yang spesial, Bang," kata Ratna.

Yudha kembali memejam matanya. Mencoba mengabaikan kehadiran dua adiknya itu.

"Sudahlah. Aku mau pindah kamar!" seru Nindi.

Gadis itu bangkit. Di bukanya pintu dengan keras namun seperti sudah terkunci.

"Apaan nich?!! Kok kekunci?!" teriaknya.

"Kalian bisa tidur di kamar belakang. Aku sudah membersihkannya dan menyiapkan beberapa cemilan." Luna tiba-tiba muncul membawa teh dan 3 cangkir cantik.

"Tidak! Aku ingin kamar ini. Sebelum kamu hadir di sini, kamar ini sudah jadi milik kami! Lagian aneh banget, suami istri kok pisah tidur?!" timpal Nindi.

"Kamar ini privasi buatku," jawab Luna dingin.

"Persetan! Buka kamar ini! Apa jangan-jangan kau benar-benar teroris?!" Nindi melotot.

Luna berusaha tenang. Ingin rasanya ia menyumpal mulut gadis berambut merah di depannya ini.

"Buka!" teriak Nindi beriringan dengan suara ketiga cangkir yang jatuh. Gadis itu menepis nampan itu untuk meluapkan kekesalannya.

Braaaakkk!!!

Nampan di tangan Luna jatuh berserakan.

Yudha terkejut bukan main sampai-sampai dia berlari menghampiri sumber suara.

"Oh My God, apa ini?!" pekik Yuda melihat banyak beling tercecer. Kakinya refleks menghindar.

Ia melihat Nindi membuang wajah. Istri bercadarnya itu menatap Nindi dengan tajam. Nafasnya memburu. Ratna mencoba mencairkan suasana.

"Aku yang bersihin ya, kak," ucapnya membungkuk mencoba memungut beling-beling yang berserakan.

Yudha menghampiri Luna. Wanita itu mengangkat telapak tangannya memberi isyarat pada suaminya agar berhenti. Ia mendekati suaminya, tepat di telinga laki-laki itu. Luna berbisik.

"Ajari adikmu, jika tidak ingin kubuat sama seperti cangkir itu ...."

Hancur!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (21)
goodnovel comment avatar
YANTO SUPRI
cerita ya bagus
goodnovel comment avatar
Arsy Latifa
sangat menginspirasi banget karna tidak semua wanita lemah luna memotipasi hidupku the best
goodnovel comment avatar
siti fauziah
Luna wanita badas
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA   ENDING

    Kini villa itu sudah sepi, bahkan tempat sesepi itu tidak memiliki penjaga. Aleksei mondar-mandir tak karuan. Sedari tadi dia berusaha sibuk, merapikan hal yang remeh temeh padahal penjaga catring sudah merapikan semuanya. Sumpah demi apa pun, jantungnya dari tadi berdegup kencang seperti ditabuh keras-keras. Ia mencari apa lagi yang dia bisa kerjakan asal tidak masuk ke dalam kamar itu. Bahkan melihat ke arah pintu kamar saja dia tidak sanggup karena dia tahu, di dalam sana ada seseorang yang menjadi pujaannya seumur hidup. "Sial, aku harus apa lagi?!" Aleksei melihat jam dinding, dan terlihat sudah jam dua dini hari. Semua sudah rapi, sudah pada di tempatnya. Pria itu kembali mondar mandir. Menyesal dia menyimpan laptop dan ponselnya di kamar tempat Luna berada. "Ya, aku tahu," ucap Aleksei sendirian membuka laci dan membungkuk mencari gunting tanaman dan sabit. "Aku bersihkan taman saja," desisnya mantap. Crinnnng!!! Kedua benda itu jatuh karena pria itu terkejut luar biasa seba

  • ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA   BAB 127_ABANG dan ADIK

    "Maaf, aku mengganggu waktumu," ucap Yudha di depan Aleksei yang memperbaiki posisi kacamata hitamnya. Mereka bertemu di sebuah cafe di pinggir pantai. Ombak di sore hari terlihat lebih besar. "Tidak masalah. Maaf juga aku harus membuatmu menunggu. Aku benar-benar harus meeting tadi."Yudha tersenyum lalu menegak kopinya. Ia mengeluarkan rokok dan menyodorkannya pada Aleksei. "Rokok favoritmu," ucap Yudha menawarkan namun yang cukup membuat Aleksei terkejut, Yudha pun menyalakan putung rokok itu untuk dirinya sendiri. "Sejak kapan kau merokok?""Sejak tidak ada paru-paru lain yang kujaga," jawab Yudha santai menyesap asap. Aleksei hanya menoleh lalu membuang wajah, memilih menatap ombak yang berdebur. "Kau pasti tidak merokok lagi sekarang, karena ada paru-paru lain yang kau jaga, bukan?" lanjut Yudha. Aleksei kebingungan dan salah tingkah. Ia meraih rokok itu lalu akan membakarnya. Yudha menahan tangan pria itu. "Tidak perlu. Its oke. Aku tahu, kau tidak merokok lagi sejak operas

  • ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA   BAB 126_PERJANJIAN

    Aleksei merasa seperti sedang diguyur berton-ton tumpukan bunga. Harum, lembut tapi terlalu banyak. Ia tidak bisa bernapas. Pria itu melihat ke bawah, ke samping, bahkan ia harus mendongak ke atas untuk mencari udara. Tak .... Tak .... Langkah Luna mendekat, dan itu membuat Aleksei refleks mundur. Wanita itu justru tersenyum melihat ekspresi Aleksei sekaget itu. "Jangan main-main kamu, Angel. Kita sudah berumur, jangan bicara yang tidak-tidak," ucap Aleksei mengusap wajahnya. "Kenapa memangnya? Kalau kita bersama terus, tanpa ada hal yang urgent, jatuhnya fitnah, lo!""Untuk bertemu denganmu meski hanya satu menit, itu sudah ranah urgent."Luna berhenti dan justru menutup mulutnya tertawa. "Ya sudah, mari kita menikah supaya tiap menit bisa bertemu," goda Luna. "Memang pandai sekali kamu mempermainkan hati," ucap Aleksei menghembuskan kasar napasnya. "Jadi kau menolakku? Tak ingin menikahiku?""Eiih?!"Aleksei hanya melongo. Dia seperti tidak menapak lagi di bumi mendengar ucap

  • ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA   BAB 125_DEBARAN

    Dua minggu kemudian .... "Katakan padaku, kenapa Angel tidak pernah datang mengunjungiku?" tanya Aleksei ketika Daniel sedang memeriksa tensi darahnya. "Syukurlah, semuanya berjalan lancar dan kondisi Anda juga semakin baik, Tuan.""Jangan alihkan pembicaraan, katakan kemana Angel? Apa dia baik-baik saja?" "Ya, Nyonya Angel baik-baik saja. Jika transplantasi Anda berhasil, Anda akan bisa melihatnya lagi meski mungkin tidak seterang penglihatan Anda sebelumnya.""Aku lega dia baik-baik saja. Tapi kenapa dia tidak mendatangiku sejak aku operasi? Wanita itu," gerutu Aleksei mengelus perban di matanya. "Perban Anda sudah bisa dibuka. Apa Anda siap?""Tolong panggilkan aku Angel, saat mataku terbuka, aku ingin melihat dia pertama kali."Dokter Daniel terenyuh mendengar semua ucapan Aleksei. Jelas sekali dari getaran suara pria itu, Aleksei benar-benar sangat mencintai sosok Angel Gracelia. "Maaf, Tuan. Nyonya Angel belum bisa menemui Anda kemari. Tapi tidak masalah, Anda yang bisa mene

  • ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA   BAB 124_KEPUTUSAN

    "Bagaimana keadaannya?" tanya Luna dengan wajah tegang. "Selama Anda pergi, kami sudah tiga kali menyuntikkan obat penahan rasa sakit dan antibiotik.""Suntikan cairan ini pada bahu Aleksei."Luna menyerahkan tabung itu pada dokter Daniel. Pria itu melihat benda yang di tangannya itu lamat-lamat. "Cairan apa ini? Dingin sekali sampai menembus tulang.""Penawar racun itu. Cepat suntikan sekarang, Daniel."Dokter Daniel mengangguk dan matanya menangkap keberadaan Farid yang sedang dibersihkan lukanya. Nampak luka itu jauh lebih segar, tidak bengkak lagi dan tidak hitam. Sudah seperti daging biasa. "Bagaimana itu terjadi?""Racun dan penawar itu diciptakan oleh sosok yang paling hebat. Sudah, suntikan segera dan agar kau tenang kembali bekerja."Tak menunggu lagi, dokter yang berpostur tinggi itu langsung bergegas menuju ruang perawatan Aleksei. "Siapa?! Angel, kau kah itu?" tanya Aleksei terkejut saat terdengar suara pintu terbuka. "Bukan, Tuan. Saya, Daniel. Bagaimana perasaan Anda

  • ISTRI BERCADARKU MANTAN MAFIA   BAB 123_MENGHILANGKAN EGO

    Helena menggeleng sembari menutup mulutnya yang sudah tertutup cadar. "Helena! Berikan sandi itu! Kasihan putraku kesakitan seperti itu. Apa pun yang kau inginkan dariku, aku akan memberikannya!"Helena terus menggeleng dan membuat Luna semakin putus asa. Gadis itu justru mundur, mundur dan berbalik arah, seperti melarikan diri. Kakinya berlari sangat kencang masuk ke dalam rumahnya. "Helena! Helena!!!" teriak Luna sekencang-kencangnya. Wanita itu sampai memukul tanah tempatnya mengesot hingga kotor pakaiannya. Berdentam tanah itu karena amukan Luna. Suara tangisan Luna menyeruak penuh ketakutan dan kemarahan. "Wanita sialan! Awas kau! Akan kumakan kau hidup-hidup!" seru Eldor sudah berdiri akan mengejar Helena tapi langkahnya tertahan melihat Farid muntah darah. Silsilia sedari tadi menahan pemuda itu agar tidak terlalu mengamuk sebab banyak juga pot bunga, dan batu di sekitar tempat itu. "Oooh demi leluhur Razoore! Aaah sial!" Eldor memukul kosong di udara. Urat-urat tangannya ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status