Auuuuh manisnya ya ... Othor ikut senang karena mereka bisa bahagia di akhir waktu. Semoga terus bahagia ya kalian. Aamiin (Terimakasih Othor ucapkan pada pembaca yang setia dan sabar mengikuti cerita ini. Cerita ini hanya karya sederhana dan menjadi luar biasa karena pembacanya adalah kalian🌹🥰 Untuk sementara, Othor belum bisa memastikan apakah ada sekuel lanjutan atau tidak. Akan tetapi yang pasti adalah, buku ini sudah harus ditamatkan sistem GN. Semoga kalian semua sehat selalu, dilimpahkan rezkinya dan selalu harmonis dengan keluarga. Sekali lagi TERIMAKASIH BANYAK.) Salam hormat dan takzim Penulis untuk Pembaca dimana pun berada. 🩷🩷🩷
"Aku tahu, kamu tak setuju dengan perjodohan ini. Tidak jadi masalah buatku. Aku hanya memintamu untuk menerimanya saja," ucap Luna dengan nada yang begitu tegas dan pasti. "Apa Mbak jatuh cinta padaku setelah pertemuan kedua ini?" "Kamu bisa berpikir apa saja," jawab Luna dingin. Yudha begitu percaya diri. Ia merasa memiliki pesona kuat bak Casanova. Baginya, ketampanannya memang tidak akan pernah pudar oleh waktu. Apalagi disokong oleh statusnya sebagai pemimpin sebuah perusahaan besar, rasa percaya dirinya memuncak. "Sejujurnya, aku sudah memiliki kekasih, Mbak," kata Yudha mencoba menolak. Yudha masih ragu, walau kakeknya menawarkannya dua hektar kebun durian dan sebuah apartemen mewah sebagai kado pernikahan. Yudha menjadi heran, pria tua yang semula pelit padanya itu tiba-tiba menjadi sangat dermawan. Entah apa tujuan sebenarnya selain alasan agar dia memberikannya cucu. "Tak masalah kamu punya kekasih, sebab aku juga tak mengharapkan menjadi
Terlihat ada beberapa pesan lain yang masuk.(My Angel, pengiriman aman. Sudah ditransfer.) Gadis yang dikenal sebagai Angel Gracelia itu mengulum senyum. Itu adalah pesan dari anak buahnya yang sudah berhasil mengirim stok senjata terakhir untuk dijualnya secara ilegal. Sekarang dia sudah memutuskan berhenti dari dunia hitam itu. Angel Gracelia memeluk agama Islam dengan mendapatkan nama baru, Diandra Safaluna. (Angel, ada penawaran Si Putih, keuntungan 50%.) Jari lentik gadis itu mengetik lembut. (Sudah kukatakan, aku tidak berhubungan dengan barang laknat itu lagi. Tolak!) "Menjadi orang yang lebih baik itu memang rada susah ya," lirih Luna mengerucutkan bibir. (Bagaimana malam pertamanya My Angel? Jebol ya?) Marimar (Kamu diet saja, tak usah mau tau! Jangan lupa, atur pertemuanku dengan The Lord! Secepatnya!) balas Luna. "Ketua gengster setan itu takkan bisa menyudutkanku. Sudah kupegang data matinya. Dia harus memberiku penjelasan mengapa ia sampai membunuh dua anak buah
Yudha mengetuk pintu kamar Luna dan kali ini lebih kencang. Sedari ketukan pertama, tidak ada respon dari dalam. Laki-laki itu mengigit bibir bawahnya, berencana kembali lagi ke kamar. Gadis bercadar itu pasti sudah tidur.Bagaimana Yudha bisa melewati malam ini dengan rasa penasaran yang mulai menjalar di hatinya? Tiba-tiba suara pintu terbuka. Refleks Yudha membalik badan. Tampak Luna masih dengan cadar pengantin. Bedanya, pakaiannya sekarang berwarna hitam lagi. Warna yang menjadi ciri khas gadis itu. "Anu ... aku ingin ...." 'Sial!' Hati Yudha mengumpat dirinya sendiri. Mengapa dia harus gugup? Laki-laki berambut lurus cepak itu memangku kedua tangannya di paha. Celingak-celinguk tak jelas. Tampak Luna mengernyitkan alis. Di mata Yudha, gadis bercadar itu sekarang terlihat menarik. Kedua manik mata biru milik gadis itu seperti menghipnotis secara perlahan. "Ingin apa, Mas?" suara Luna mendayu. "Makan. Yah. Aku lapar. Mbak juga kan? Sek
"Ayo, Mas!" teriak Luna dari dalam mobil membuyarkan keheranan Yudha.Laki-laki itu menyeret kakinya dengan berat. Di sini, Yudha merasa harga dirinya sebagai laki-laki sedang disentil.Dengan perlahan dia kembali menyetir. Tak ada sepatah katapun yang bisa dia ucapkan lagi. Kaku, mungkin karena malu."Jangan heran kalau mobil mewah juga bisa kempes bannya. Kalau suhu dingin, tekanan udara di dalam juga ikut turun. Karet juga mengkerut, jadi udara di dalam bisa keluar karena ada ruang antara ban sama peleknya," papar Luna seperti seorang guru yang menerangkan di kelas.Yudha hanya mengangguk. Ia bertanya dalam hatinya, darimana Luna tahu tentang teori itu? Masuk akal namun sebelumnya dia sama sekali tidak tahu. Cukup lama Yudha memberanikan diri untuk membuka mulut."Mbak belajar tentang mobil darimana?""Dari majikanku," jawab Luna singkat. Sama sekali tidak ada keraguan.'Majikan? Apa dia mantan ART? Kakek! Aku akan mencari tua bangka itu. Bagaiman
"Janji ya, Mas," ucap Luna lembut. Matanya menyipit sayu, bersama dengan pipi mulusnya yang ikut mengembang. Yudha mencoba mengambil kesadarannya kembali. "Kalau begitu, aa-aaku ke kamar dulu. Terimakasih untuk makanannya," ucap Yudha terbata. Luna mengangguk. Tatapan itu! Oh Tuhan, Yudha tidak mampu berlama-lama. Laki-laki itu memegang jantungnya. Ia harus mengajak jantungnya itu bicara. Kenapa tiba-tiba berdegup kencang? Esok harinya, Yudha terlihat segar dan bersemangat. Ia membuka tudung saji, bersiap untuk sarapan. Laki-laki itu kaget, sebab hanya menemukan tempe goreng. Sambil mengunyah, Yudha mengomel dalam hati. 'Akan kuajar istriku itu! Masak kok cuma tempe goreng?! Lidahku bukan ditakdirkan untuk menikmati tempe ini saja!' Tiba-tiba Luna hadir di depannya, membuat tempe yang sedang dikunyah hampir keluar lagi. "Kenapa, Mas?" sapa Yudha membuka kulkas, mengambil buah. Yudha gelagapan. Mulutnya masih penuh. Luna hanya tersenyum, lebih
Dua gadis tak jauh usianya memasuki halaman rumah yang bercat kuning muda, mendekati pintu sambil berbincang. Di tangan mereka menenteng kotak makanan warna warni."Apa kamu yakin, kakak ipar akan suka?" tanya Si Adik, Ratna Astuningtyas."Dia harus suka dong, jangan banyak gaya!" ketus Si Kakak, Nindi Mahiswara.Ratna hanya memainkan bibirnya manyun. Sebagai yang berstatus adik, dia tidak bisa banyak bicara. Segala keputusan atas dirinya adalah tergantung kakak. Itu sudah menjadi hukum tak tertulis dalam keluarga.Tok ... tok ... tok!Seorang wanita bercadar membuka pintu. Matanya sedikit membulat, agak kaget."Selamat siang, Kak Ipar," sapa Ratna.Luna mencoba menguasai situasi. Dia tersenyum dan mempersilahkan kedua gadis itu masuk. Nindi menggeret tangan Ratna. Tampak, gadis berambut kuncir kuda itu tak nyaman dengan kehadiran kakak iparnya."Kak, kami diminta Mama bawakan ini. Ini masakan khas keluarga kami
POV 1 (YUDHA) Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal. Kakek akan marah jika tahu Nindi membuat Luna marah. Aku bisa merasakan kemarahan Luna. Sampai sekarang jika kuingat aku bisa merinding.Hari pertamaku masuk kantor terasa sangat horor. Bayangan mata Luna yang menatap adikku masih segar sekali. Begitu dingin dan menakutkan. Aku sempat berpikir, apa jangan-jangan istriku itu seorang kriminal berdarah dingin?! Tidak mungkin.Karena kekacauan yang mereka timbulkan, Nindi dan Ratna aku usir saat itu juga. Mereka sama sekali tak menolak. Sepertinya ada juga rasa takut menyelinap di hati kedua adikku itu, khususnya Nindi. Sejak kami masih kanak-kanak, Nindi memang yang paling sering memberontak. Pikirannya logis dan ia tak suka berbasa-basi. Mungkin penampilan Luna menggelitik jiwa bar-barnya.Andai Nindi melihat bagaimana istriku itu melompat dari tingginya pohon mangga di halaman belakang. Dia mungkin tak akan percaya bahkan makin yakin dengan tuduhannya. Aku diam-diam memperhatikan L
POV 1 (YUDHA) Ketika aku sudah tersudutkan ke pojok tembok, badanku meringkuk bersiap-siap menerima pukulan kakek. Namun, lelaki tua itu hanya mengangkat tongkatnya dan terengah-engah kelelahan. "Kakek ini kenapa sih?! Habis-habiskan tenaga saja! Lagipula itu hanya masalah kecil!" "Masalah kecil katamu? Bocah gila!!" umpatnya dengan leher memerah. "Iya, iya ... Aku yang salah. Sekarang Kakek minum dulu ya," rayuku perlahan menjauhkan tongkatnya dari kepalaku. Aku menuntunnya duduk di sofa dan menyuguhkannya air putih. Kakek minum sudah seperti unta di padang pasir. Tak ingat umur, masih saja berlarian. Aku terkekeh sendiri melihatnya seperti kehabisan nafas. "Ngomong-ngomong, Kakek sudah lihat wajah Luna?" tanyaku iseng menunggu nafasnya kembali stabil. "Tentu saja. Dia adalah wanita tercantik yang pernahku lihat sepanjang hidup. Makanya Kakek jodohkan dengan kau, cucu laki-lakiku yang bodoh dan payah! " ujarnya gamblang tanpa menghiraukan perasaanku. "Aku akui memang dia c