Beranda / Romansa / ISTRI BISU Tuan Terhormat / 24. Setelah Bertemu Ryan

Share

24. Setelah Bertemu Ryan

Penulis: desafrida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 13:43:03

Saat suasana panti masih hangat oleh tawa anak-anak, tiba-tiba terdengar langkah tergesa dan suara yang sangat familiar bagi Liora.

“Liora?”

Liora menoleh. Tubuhnya membeku.

Ryan.

Pria itu berdiri di ambang pintu ruang tengah, napasnya sedikit tersengal karena tergesa masuk dari arah gerbang. Tatapannya penuh kebingungan sekaligus perasaan yang tak bisa ia sembunyikan.

Adrian yang sedang duduk santai langsung berdiri. Matanya menajam. Liora masih diam di tempat, tak tahu harus bagaimana. Pertemuan ini seperti sebuah kejutan yang membuat waktu berhenti.

Ryan melangkah maju, menatap Liora dengan penuh perasaan. “Liora… kamu kamu benar-benar di sini?”

Liora menatapnya. Ia pun berdiri. Matanya berkaca-kaca. Bukan karena cinta, tapi karena kenangan. Karena orang ini adalah satu dari sedikit yang pernah membuatnya merasa dihargai sebagai manusia. Tapi sebelum Liora sempat mengisyaratkan sesuatu, Adrian melangkah cepat ke sisinya dan merangkul pinggangnya dengan erat.

“Ini siapa, Sayang?” ta
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   30. Aku Menginginkanku Malam Ini

    Adrian seperti tersadar, wajahnya perlahan menjauh dari wajah Liora. Dia menatap dalam-dalam wanita di hadapannya, lalu menarik napas pelan. Seolah menahan sesuatu yang ingin ia lakukan… lalu membatalkannya.Alih-alih mencium, Adrian memutar tubuh Liora pelan dengan satu gerakan ringan, lalu kembali merangkul pinggangnya, menjaga ritme dansa mereka tetap berjalan.Liora mencoba bertahan. Napasnya mulai tidak teratur, tapi ia paksa dirinya tetap tersenyum. Matanya sesekali menutup, lalu terbuka lagi. Ia berjuang agar tidak kehilangan kendali di tengah begitu banyak mata yang mengamati mereka. Dia harus tetap tampak bahagia. Tetap tampak dicintai.Adrian tampak kaku. Ia tidak tahu harus bagaimana. Dadanya terasa sesak, dan bukan karena tarikan napas Liora yang makin terdengar… tapi karena dirinya sendiri yang mulai kehilangan arah. Ia bahkan tidak tahu kenapa ia nyaris mencium Liora tadi. Apa itu bagian dari sandiwara? Atau sesuatu yang lain?Momen dansa akhirnya selesai. Musik berhenti

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   29. Momen Saat Berdansa

    Adrian berdiri mematung di ambang pintu utama rumah. Ia menunggu Liora selesai didandan.Matanya menangkap sosok Liora yang sedang mengenakan gaun malam sederhana namun elegan berwarna biru tua. Rambutnya digerai dan sebagian ditata ke depan. Dipermanis dengan anting kristal kecil di kedua telinganya. Rias wajahnya tipis, tapi cukup untuk membuat kulitnya tampak cerah dan segar. Liora berdiri kaku, menunduk sebentar saat menyadari Adrian memperhatikannya.Namun, yang membuat Adrian terdiam bukan penampilannya, melainkan wajahnya yang tetap… sendu. Tatapan matanya masih menyimpan sisa luka pagi tadi. Bekas air mata sudah tak terlihat, tapi sorotnya belum padam.“Kau pikir bisa menghadiri acara besar dengan wajah seperti itu?” tegur Adrian akhirnya, suaranya pelan tapi tajam. “Lupakan apa yang terjadi pagi ini. Di luar sana, kau adalah istriku. Tersenyum. Raamah. Dan pastikan tidak ada satu pun orang yang curiga.”Liora mengangguk. Sekali lagi. Tanpa membalas tatapannya. Ia melangkah ke

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   28. Peringatan Terakhir!

    Adrian hanya terdiam setelah ibunya mengucapkan kata-kata itu. Clara dan Camila mengangguk menyetujui.“Semakin lama di rumah, dia akan semakin dendam dan mencelakai kita,” tambah Juliana lirih.Adrian menghela napas berat. Pikirannya kacau. “Baik. Aku akan mempersiapkannya,” ucapnya dingin. Ia melangkah keluar dari ruang rawat Juliana tanpa menoleh lagi.Juliana begitu senang mendengarnya. “Ah, akhirnya Adrian memutuskan hal yang benar,” ucapnya.Beberapa saat kemudian, di kafe tidak jauh dari rumah sakit...Adrian duduk di sudut ruangan. Tangannya menangkup gelas kopi yang belum ia sentuh. Gavin duduk di seberangnya, memperhatikan raut wajah bosnya yang tidak biasa. Bukan marah. Tapi ragu.“Jadi… Tuan akan menceraikannya?” tanya Gavin hati-hati.Adrian tidak langsung menjawab. Ia masih menatap kosong ke luar jendela. “Dia mencelakai ibuku. Itu cukup jadi alasan. Publik bisa menerima kalau aku menceraikan seseorang yang membahayakan keluargaku.”Gavin diam sejenak. Lalu, mencondongka

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   27. Saatnya Bercerai

    Baru saja Adrian diam setelah berbicara dengan Gavin, tiba-tiba layar handphone-nya berkedip. Ada nama Camila di sana. Ia berbisik di dalam hati, ‘Apa lagi ini?’ batinnya. Dia langsung menjawab panggilan itu. Bukan karena ia peduli pada adiknya tersebut, tapi karena dia khawatir ada yang terjadi di luar kendalinya.“Ya? Ada apa?” jawab Adrian dengan nada datar dan dingin.“Kak? Mama jatuh. Tidak bisa berdiri! Liora mendorongnya!” teriak Camila.Gavin menangkap perubahan ekspresi di wajah Adrian.“Ada apa Tuan?” tanya Gavin.Adrian mengakhiri panggilan.“Ayo kita ke rumah sekarang! Perempuan bisu itu sudah membuat ulah lagi!” gumam Adrian.**Gavin menginjak rem mobilnya dengan keras, suara ban mencicit kasar di halaman rumah. Pintu mobil terbuka cepat, dan langkah kakinya menghentak lantai marmer dengan nada penuh amarah. Gavin yang tadi ingin masuk, mengurungkan niatnyaa, tahu bahwa tuannya sedang berada di ambang kemarahan yang meledak.Begitu Adrian masuk ke rumah, ia langsung disa

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   26. Munculnya Clara

    Keesokaan harinya, Adrian sudah bersiap untuk ke kantor. Liora sudah duduk di sofa. Tempat yang sudah dipatok menjadi tempatnya.Adrian telah rapi dengan jas dan dasi yang sempurna. Sejak tadi tak ada sapaan, bentakan, tak ada ancaman darinya. Dia hanya melirik Liora yang duduk diam di sofa kamar mereka, kemudian melangkah keluar sambil mengentakkan sepatunya pelan. Wajahnya dingin, penuh pikirannya sendiri.Liora menatap pintu yang tertutup. Sunyi kembali menguasai kamar besar itu. Ia kembali duduk dan lalu menatap jendela. Tidak ada hal baru. Ia masih hidup dalam pengawasan kamera, dikurung oleh ancaman dan kesepian yang membatu. Yang entah akan sampai kapan.Tak lama, sarapannya pun datang. Dia makan, membereskannya sebelum diambil kembali oleh ART, lalu dia pun mandi.Semuanya di lakukan di kamar mewah itu. Sendirian dalam sunyi. Meski mewah, ia tidak akan mungkin merasakan bahagia. Tapi, lagi lagi tidak apa. Setidaknya orang-orang yang dia cintai, dia kasihi di panti, tetap selam

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   25. Terbangun di Tengah Malam

    Setelah waktu makan siang berakhir dan semua anak-anak mulai beristirahat atau kembali ke aktivitas masing-masing, Adrian dan Liora pamit dari panti. Namun, kali ini tidak ada tawa atau senyum lagi di wajah Liora. Hatinya terasa seperti kembali pada kenyataan. Bahwa hidupnya memang bukan lagi sepenuhnya miliknya.Dalam perjalanan pulang, suasana hening. Adrian tidak membuka pembicaraan. Tapi di dalam kepalanya, satu nama terus terngiang yaitu Ryan.Dia memikirkan kedekatan Liora dengan pria itu. Bagaimana tatapan mereka saat berhadapan, dan bagaimana raut wajah Liora yang tak bisa dia pahami.Liora pun kembali pada wajah datarnya. Menatap ke luar jendela. Tidak menolah pada Adrian sama sekali.Bahkan Gavin, yang tengah menyupir, ikut diam dalam keheningan itu.Begitu sampai di rumah, Juliana dan Camila sudah menunggu mereka di ruang utama. Juliana bertanya dengan penuh kecurigaan, “Kenapa begitu lama? Apa yang terjadi di sana? Apa wanita ini berbuat ulah?”Adrian menjawab datar, “Kami

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status