Share

56. Kebebasan Liora

Penulis: desafrida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-16 17:10:38
Adrian tak bergeming saat Liora menyodorkan berkas itu padanya.

Matanya terpaku menatap wajah sembab wanita itu. Sampai dia sadar dan menerimanya. “Bagus!” katanya tegas, tapi hatinya kelu.

Liora tidak membawa semuanya. Dia hanya mengambil beberapa pakaian yang sering dia pakai. Dia tidak membawa perhiasan yang Adrian belikan padanya. Lagi pula semua itu hanya drama, untuk meyakinkan publik. Dengan membawanya pun, tidak akan membuat hidup Liora berubah.

Adrian melangkah menjauhi Liora. Dia menghilang ke kamar mandi. Mencuci wajahnya untuk mendapatkan kesadaran penuh. Padahal nyata, dia tidak sedang bermimpi, tapi kenapa perasaannya masih tidak nyaman?

Ia menatap wajahnya di cermin. Napasnya terasa berat.

‘Tidak tidak! Ini bukan apa-apa. Aku kepikiran karena pada akhirnya semua selesai. Nama keluargaku selamat. Tidak ada yang berubah dalam diriku.’ Ia membatin, meyakinkan diri.

**

Adrian dan keluarganya sedang sarapan.

Juliana langsung melempar pertanyaan. Seolah tidak ingin mendengar a
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   132. Tiba-Tiba Salah Tingkah

    Waktu berlalu, kabar kehamilan kembar membuat seluruh keluarga Ashton hidup dalam babak kebahagiaan yang baru. Namun masih ada satu orang lagi yang belum tahu apa-apa, yaitu Luca.Hari ini Luca dijemput dari asrama. Sebenarnya Adrian ingin menjemput anak itu bersama Liora, tapi dokter melarang Liora bepergian terlalu jauh. Adrian pun keras kepala: “Kalau Liora tidak ikut, aku juga tidak akan pergi.” Akhirnya, solusinya adalah Camila yang menjemput putranya sendiri, dikawal oleh Gavin sebagai sopir — tentu atas perintah penuh dari Adrian.***Di dalam mobil, Gavin menyetir dengan tenang. Camila duduk di sampingnya sambil menatap pemandangan.Tak biasanya, mobil itu sunyi hingga Gavin membuka suara duluan.“Nona Camila… ini pertama kalinya saya bertugas khusus untuk Anda.”Camila mengangkat alis.“Biasanya kamu sibuk menempel ke Kakakku.”Gavin tersenyum kecil.“Ya haha, tapi sebenarnya tugas saya lebih dari mendampinginya, justru bisa juga mendampingi Nona” jawabnya ringan.Keheningan

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   131. Keharuan dari Hasil USG

    Satu bulan berlalu.Rumah keluarga Ashton yang dulu penuh tekanan kini berubah menjadi tempat hangat terutama bagi Liora. Kamar yang sebelumnya menjadi saksi ketakutan dan air matanya kini telah direnovasi total oleh Adrian. Dinding-dinding yang dulu gelap berganti dengan warna krem lembut, tirai putih transparan membiarkan sinar matahari masuk setiap pagi, dan di sudut ruangan ada sofa mungil dengan selimut rajut yang dipilih Juliana sendiri untuk kenyamanan Liora.Kini kamar itu terasa menjadi tempat paling aman bagi seorang ibu hamil.Dan sejak pindah, Adrian resmi menjelma menjadi satpam pribadi. Bahkan lebih dari itu.Liora baru hendak berdiri dari tempat tidur, langsung disergap.“Duduk.”“Adrian, aku cuma mau ambil air minum.”“Aku yang ambil.”“Tapi gelasnya di sebelahku.”Adrian menggeser badan, mengambil gelas satu centimeter dari tangan Liora dengan ekspresi yang sangat serius. “Tetap. Kamu duduk.”Liora hanya bisa menatap suaminya dengan ekspresi setengah geli, setengah le

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   130. Akhir Segalanya, Awal yang Baru

    Adrian menatap Liora lama, seolah ingin memastikan bahwa ia tak sendiri dalam keputusan besarnya. Liora hanya mengangguk pelan sambil tersenyum tipis, memberi dukungan tanpa suara.Dengan tarikan napas berat, Adrian akhirnya memiringkan tubuhnya dan meraih Liora dalam pelukan. Ia mendekap istrinya erat, seakan meyakinkan dirinya untuk memaafkan keluarganya.Liora membalas pelukan itu tanpa ragu. Tangannya mengusap pelan punggung Adrian, menyalurkan kekuatan tanpa satu kata pun.Setelah beberapa saat, Adrian menarik napas dan melepaskan pelukan Liora perlahan. Ia menoleh pada ibunya.Dengan sisa tenaga, ia maju dan memeluk Juliana.Wanita itu langsung pecah dalam tangis, tubuhnya bergetar hebat.“Aku maafkan Mama…” lirih Adrian.“Terima kasih… Nak… terima kasih…” katanya berulang-ulang sambil membenamkan wajah di bahu putranya. Pelukan itu bukan hanya permintaan maaf—itu adalah penyerahan diri seorang ibu yang akhirnya benar-benar rela.Tak lama kemudian, Camila yang sejak tadi berdiri

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   129. Jangan Membenci

    Liora menatap Adrian cukup lama. Dia terdiam.Adrian mengelus tangan Liora yang digenggamnya. “Tidak perlu memikirkan mereka,” ucap Adrian dingin, nada suaranya jelas dan penuh luka.Liora masih terdiam, menatap wajah Adrian dengan bingung. Ia tidak menyangka, di balik tangis dan pelukan hangat tadi, tersimpan bara yang masih membakar hatinya. Dengan suara bergetar, ia mencoba menegur pelan, “Bagaimana pun juga… dia tetap ibumu. Dia sudah menyesal, Adrian. Kamu tidak boleh seperti ini. Camila juga… Bahkan mereka sudah meminta maaf padaku, Adrian.”Namun, sorot mata Adrian justru mengeras. Tangannya yang menggenggam jemari Liora sedikit bergetar, seolah menahan emosi yang ingin meledak.“Liora…” katanya lirih tapi tajam, “kita seperti ini karena mereka. Karena ambisi, karena kebutaan, karena keegoisan. Aku hampir kehilanganmu. Kita bahkan kehilangan anak kita yang pertama. Aku tidak bisa begitu

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   128. Sadar Namun Dingin

    Juliana kembali dilarikan ke rumah sakit. Camila mendampinginya dengan perasaan panik. Ia dibaringkan di atas ranjang darurat dan dilarikan ke ruang perawatan. Selang oksigen segera dipasang di hidungnya, sementara perawat memeriksa detak jantung dan tekanan darahnya dengan cepat.Camila hanya bisa berdiri di samping, tangan gemetar memegang lengan ibunya. Air matanya menetes deras, hatinya dicekam rasa takut kehilangan. “Mama… bertahanlah…” bisiknya lirih, tak henti mengusap punggung tangan Juliana.Saat itulah, di tengah kepanikan, kesadaran perlahan menusuk benak Camila. Hatinya bergetar hebat, menyadari sesuatu yang selama ini ia abaikan.Semua ini… semua masalah yang menimpa keluarga… bahkan penderitaan Kak Adrian dan Kak Liora… semuanya karena ambisi keluarga kami. Dan… Mama akhirnya seperti ini karena tekanan dari rasa bersalahnya.Air matanya semakin deras jatuh. Ia menggigit bibir, suaranya pecah ketika berbicara pada dirinya sendiri. “Aku… aku juga bersalah… Selama ini aku h

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   127. Ancaman yang Terus Datang

    Malam itu, setelah semua tenang, Liora sudah dipindahkan kembali ke ruangannya. Dokter mewanti-wanti agar ia beristirahat total, menjaga tubuhnya dan kandungan yang masih sangat muda. Gavin berjaga di depan pintu, memastikan tidak ada gangguan.Sementara itu, di kamar Adrian, Juliana masuk dengan langkah perlahan. Camila menunggu di luar, memberi ruang bagi ibunya.Juliana berdiri lama di sisi ranjang Adrian, menatap wajah putranya yang pucat. Air matanya kembali mengalir, tapi kali ini bukan karena amarah atau gengsi, melainkan kasih sayang yang sempat terkubur terlalu lama.“Adrian…” Juliana mendekat ke sisi ranjang, jemarinya gemetar saat menyentuh tangan anaknya. Ia lalu membungkuk, memeluk tubuh Adrian dengan lembut. “Adrian, maafkan Mama… selama ini Mama terlalu egois. Mama hanya memikirkan nama keluarga, kehormatan, dan harga diri… tanpa pernah membuka mata tentang perasaanmu.”Bahunya terguncang hebat. Ia mengecup punggung tangan Adrian, suaranya pecah di antara tangis.“Mama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status