Home / Romansa / ISTRI BISU Tuan Terhormat / 102. Memeluk Adrian

Share

102. Memeluk Adrian

Author: desafrida
last update Last Updated: 2025-08-15 17:05:45

“Diam di sana!” teriak Liora dari dalam kamar mandi.

Adrian tertawa renyah sambil memegangi perutnya. Dia benar-benar puas mengerjai Liora pagi ini. Padahal dia baru saja bangun.

“Liora… Aku ikut masuk…” ucapnya.

“Diam, Adrian! Kamu diam di sana! Awas kalau sampai kamu masuk! Aku tidak mengizinkanmu ke rumah ini lagi!” ancam Liora memekik dari dalam.

Adrian masih tertawa. Dia bahkan terduduk di lantai, sambil mengusap ekor matanya yang basah.

Dari dalam kamar mandi, Liora tiba-tiba terdiam setelah ia membentak dan mengancam Adrian. Ia mendengar tawa Adrian yang begitu lepas. Tiba-tiba saja bibirnya ikut tersenyum walau akhirnya dia menepis rasa lucu yang muncul. Ia tidak pernah mendengar Adrian tertawa selepas itu. Tidak pernah melintas di pikirannya kalau Adrian bisa bercanda.

Saat menyiram wajahnya dengan air, Liora menatap dirinya di cermin. Jantungnya berdebar. Ia seperti hidup walau tidak sedang bersama anak-anak panti. Apa Adrian benar bisa memberinya kehidupan?

Adrian menghela
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   103. Pertemuan Menyesakkan Luca dan Liora

    Adrian merasakan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan. Selama ini dia selalu berusaha melindungi keluarganya. Dia selalu menjadi tameng. Tapi, kali ini dia merasa justru seperti sedang dilindungi. Dia merasa tenang. Tanpa beban. Walau hanya seketika.Liora melepasnya.Adrian mengusap wajahnya. Ia mengatur napas dan kelu di hatinya. Ia memaksa bibirnya untuk tersenyum. “Terima kasih, Liora. Itu sangat berarti untukku. Aku… aku tidak pernah merasa setenang ini,” ucapnya jujur.Liora terdiam. Masih menatapnya. Ia tahu, pasti selama ini yang Adrian lalui juga tidak mudah.“Ah maaf,” ucap Adrian pula mengusap matanya dengan mengangkat bahunya.“Aku mandi dulu. Lalu kita sarapan. Setelah itu aku bersiap-siap menjemput Luca. Dia sangat senang sewaktu aku mengatakan akan menjemputnya dan mempertemukannya denganmu," jelasnya.“Kalau begitu, bersiaplah, sebelum aku berubah pikiran,” ucap Liora dengan sedikit senyum seakan ingin menghibur perasaan Adrian.“Jangan jangan!” ucap Adrian cepat. Dia

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   102. Memeluk Adrian

    “Diam di sana!” teriak Liora dari dalam kamar mandi.Adrian tertawa renyah sambil memegangi perutnya. Dia benar-benar puas mengerjai Liora pagi ini. Padahal dia baru saja bangun.“Liora… Aku ikut masuk…” ucapnya.“Diam, Adrian! Kamu diam di sana! Awas kalau sampai kamu masuk! Aku tidak mengizinkanmu ke rumah ini lagi!” ancam Liora memekik dari dalam.Adrian masih tertawa. Dia bahkan terduduk di lantai, sambil mengusap ekor matanya yang basah.Dari dalam kamar mandi, Liora tiba-tiba terdiam setelah ia membentak dan mengancam Adrian. Ia mendengar tawa Adrian yang begitu lepas. Tiba-tiba saja bibirnya ikut tersenyum walau akhirnya dia menepis rasa lucu yang muncul. Ia tidak pernah mendengar Adrian tertawa selepas itu. Tidak pernah melintas di pikirannya kalau Adrian bisa bercanda.Saat menyiram wajahnya dengan air, Liora menatap dirinya di cermin. Jantungnya berdebar. Ia seperti hidup walau tidak sedang bersama anak-anak panti. Apa Adrian benar bisa memberinya kehidupan?Adrian menghela

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   101. Kelucuan di Pagi Hari

    Adrian membujuk Liora pulang. Tapi, sepertinya Liora sudah tidak sadar karena terlalu mengantuk.Saat Adrian mencoba menggendongnya, Liora pun terbangun. Ia terkejut saat ia sdudah berada di kedua tangan Adrian yang berjalan meninggalkan atas gedung itu.“Aku bisa jalan sendiri. Ti- tidak perlu digendong,” ucapnya meminta diturunkan.Adrian pun menurunkannya. “Kita pulang ya?” ucapnya.Liora mengangguk.Dengan erat, Adrian merangkul pinggang Liora. “Aku takut kamu jatuh. Karena kamu sangat mengantuk,” ucapnya lembut.Mobil melaju stabil di bawah cahaya lampu jalan yang temaram. Liora bersandar di kursi, napasnya teratur, matanya terpejam, dan wajahnya terlihat jauh lebih tenang dibandingkan beberapa jam lalu.Adrian melirik sekilas, bibirnya terangkat tipis. Entah kenapa, pemandangan sederhana itu membuat dadanya terasa hangat. Saat sehelai rambut Liora jatuh menutupi pipinya, Adrian menahan setir dengan satu tangan, sementara tangan lainnya perlahan menyelipkan rambut itu ke belakang

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   100. Nasib Malang Adrian

    “Dia… Dia di rumah,” jawab Adrian, sedikit terkejut karena Liora menanyakannya.“Kapan dia akan kembali ke asramanya?” tanya Liora lagi.“Mungkin, tidak lebih dari dua minggu lagi,” jawabnya.“Biarkan aku bertemu dengannya,” ucap Liora.Adrian mengangguk semangat. “Dia pasti akan senang kamu mau bertemu dengannya. Sudah lama dia menginginkan itu. Setiap dia bertemu denganku, dia selalu meminta maaf. Dia menanyakan kabarmu dan selalu ingin meminta maaf,” jelasnya.Liora terdiam. Ia tahu Luca pasti bukan anak yang jahat. Dia hanya kurang sosok yang mengerti dirinya daan mengarahkannya ke hal baik.“Kita bertemu dia besok?” tanya Adrian.Liora mengangguk, menyetujui.“Terima kasih Liora, terima kasih!” Adrian langsung mengecup punggung tangan Liora dengan keharuan.“Kenapa kamu masih di bawah?” tanya Liora.Adrian terdiam.“Duduklah di atas,” ucap Liora melirik kursi di sebelahnya.Adrian kembali duduk. Ia masih menatap wajah Liora yang kini menatap lurus ke lampu-lampu kota.“Sepertinya

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   99. Pengakuan Adrian Tentang Keluarganya

    Liora menatap Adrian. Namun, dia tidak bertanya.Saat malam mulai menyapa, mereka pun meninggalkan tempat makan itu.Saat menyetir, Liora masih memandang ke luar jendela. Tidak bertanya akan dibawa ke mana juga tidak meminta untuk segera pulang. Antara yakin pada pria itu atau pasrah.Mobil berhenti di depan gedung tinggi dan megah. Ada label Ashton yang begitu megah. Liora menoleh pada Adrian. “Untuk apa kita ke sini?” tanyanya.“Ayolah… Aku akan menunjukkan sesuatu,” ajak Adrian. Dia turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Liora.Penjaga gedung, masih ada di sana meski seluruh karyawan sudah pulang. Ia menyapa Adrian dan Liora dengan hormat.Adrian menggenggam tangan Liora dengan erat. Mereka melangkah masuk. Menaiki lift dan tiba di lantai paling atas.Adrian membuka pintu kaca besar yang mengarah ke atap. Udara malam langsung menerpa wajah mereka, dingin namun segar. Liora melangkah ragu, matanya

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   98. Membawa ke Suatu Tempat

    “Adrian… bolehkah aku ke pemakaman Ayahku?” lirih Liora.Adrian yang berjalan berdampingan dengannya. Langsung menoleh. Ia tersenyum pada Liora. Senyum yang begitu hangat.“Tentu, kita ke sana sekarang…” ucapnya, mempererat genggamannya pada Liora.Baru saja sikap Liora begitu hangat pada Adrian saat di makam ibunya, ternyata sikap itu tidak bertahan lama saat mereka tiba di makam ayahnya.Liora menggenggam nisan ayahnya dengan erat. Tubuhnya kembali gemetar, namun tangisnya seperti tertahan. Ada amarah dan kekesalan yang tidak bisa dia tahan.Adrian menyentuh bahunya dari belakang.“Jangan sentuh aku!” bentak Liora.Adrian terkejut mendapati perubahan Liora.“Kalau bukan karena keluargamu, aku pasti belum kehilangan ayahku saat ini! Aku masih ingat bagaimana sandiwara di pemakaman ini. Kamu ingat? Bagaimana kamu berbisik padaku waktu itu? Kamu tidak mengizinkanku untuk menangis berlebihan dan mengundang perhatian media?!” bentak Liora.Tak ada kata yang bisa keluar dari mulut Adrian.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status