Share

ISTRI CEO
ISTRI CEO
Penulis: ER_IN

Wanita Simpanan Papa

“Kenapa aku harus meninggalkan papamu? Dia memberikan segalanya untukku,” ucap Tante Mayang tanpa rasa bersalah sedikitpun, dengan berani ia menatap mataku.

Aku tersenyum tipis, menyandarkan tubuh di sofa dan melipat tangan di dada. Sepertinya menghadapi wanita ini tidak bisa berbicara dari hati kehati, atau istilahnya menggunakan kata ‘sama-sama wanita’. Baiklah akan aku gunakan dengan cara sedikit lebih menyakiti hatinya.

Kuedarkan pandangan menelisik setiap inci rumah berwarna putih tersebut. Tumbuhan hias sebagai pemanis di setiap sudut, di depan jendela dengan lebar kisaran dua meter terdapat piano berwarna coklat keemasan, cukup elegan dengan gaya minimalis. Rupanya Tante Mayang sangat menikmati perannya sebagai simpanan papa. Terlihat dari semua yang ia dapatkan dari papa, ia rela menjadi simpanan apa hanya demi ini semua? Lalu, apa dia tak memikirkan mama selaku sahabat karibnya.

“Ah, aku lupa kalau ular itu memang selalu menggigit siapa saja yang menolongnya.” Aku beranjak dan mengambil foto Tante Mayang dan mama. “Manis sekali,” ucapku mengejek.

“Pergi dari rumahku sebelum aku telpon papamu.”

“Mengadu?” Aku mendekati Tante Mayang. “Kalau sudah kebiasan mulung pasti suka sampah,” ucapku.

Aku yang masih mengunyah permen karet membuat sebuah gelembung dan memecahkan tepat di depan wajahnya kemudian berjalan mundur menjauhinya.

“Apa katamu? Anak gak punya sopan santun!”’ seru Tante Mayang membuatku menghentikan langkah.

“Berani menyakiti mama jangan harap bisa hidup tenang.”

Tante Mayang tertawa keras. “Tante bisa dengan mudah suruh papamu menceraikan wanita gendut itu, jadi gak usah sok mau ngelawan Tante, Sayang.” Tante Mayang membelai rambutku dengan senyum mengejek.

“Apa di rumah Tante yang cantik ini enggak ada kaca yang besar? Tante bisa pinjam kacaku buat ngaca. Apa Tante lupa bagaimana dulu keadaan Tante sebelum mama mengajak Tante tinggal di rumah kami?”

“El, El... Kamu itu hanya anak kemarin sore tidak usah mengungkit yang dulu, lebih baik kamu jaga saja mamamu yang sudah hampir sekarat dan tak berguna itu.”

Tanganku mengepal kuat mendengar ucapan Tante Mayang.

Sabar El, jika kamu termakan emosi kamu hanya akan membuat keadaan semakin runyam, batinku mengabarkan hati.

Deru mesin mobil memasuki halaman. Tiba-tiba saja Tante Mayang membanting vas yang ada di meja, ia menggores tangan dengan pecahan kaca dan menjatuhkan tubuhnya.

“Aw, El kenapa kamu seperti ini, Nak? Tante minta maaf, Tante enggak merebut papamu,” ucap Tante Mayang yang semakin membuatku bingung, apa sekarang dia sedang berakting?

Citra berlari memeluk Tante Mayang yang masih bersimpuh di lantai.

“Lo keterlaluan El! Kenapa Lo nyakitin nyokap gue!” seru Citra dengan wajah merah padam.

“Emang apa yang gue lakuin? Itu akal-akalan nyokap Lo aja.”

“Lo berani lukain nyokap gue, hah!” Citra mendorong tubuhku kasar.

“Sudah sepantasnya pencuri memang harus dihukum, Lo sama nyokap Lo sama aja. Selama ini gue baikin Lo dan Lo nyuri nyokap gue, ular banget Lo!” Aku membalas mendorong tubuh Citra hingga ia hampir jatuh, beruntungnya ada papa yang menangkap tubuhnya. Aku sudah bersiap hendak menampar wajah Citra, tetapi papa menghadang, geram sekali melihatnya.

“El, apa yang kamu lakukan!” seru papa menarik tanganku kasar, dan mendorongku menjauh. “Sejak kapan Papa ajarin kamu berbuat kasar apalagi sampai melukai orang lain, semua bisa kita bicarakan baik-baik.”

“He…” Aku tersenyum kecut melihat papa. “Apa sekarang Papa benar-benar percaya aku yang melakukan itu kepada simpanan Papa itu?” Kutunjuk Tante Mayang dengan menggunakan bibir.

“Keterlaluan kamu El!” Papa menampar wajahku.

Melihat papa menamparku Citra tersenyum dan menjulurkan lidahnya mengejek, benar-benar manusia tembok, tidak tahu malu.

Aku memegang wajah yang terasa panas, wajah putih yang kini tergambar lima jari milik papa, air mata jatuh di pipi. Kuseka air mata yang mulai menetes, papa masih memegang tangannya yang gemetar mencoba mendekatiku.

“El, Papa….”

Aku tersenyum kecut. “Lihat, lelaki yang selalu kuanggap penjaga, lelaki yang selalu kubanggkan kewibaanya hanyalah seorang lelaki yang mengkhianati istrinya demi seorang wanita murahan, menjijikan.” Kutinggalkan papa. Tak kuhiraukan panggilanya dan terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun.

Orang yang kuanggap keluarga justru mengambil papa dariku dan mama, sekarang dengan bangganya mereka memperlihatkan hubungan mereka. Tunggu saja, aku akan membalas semuanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status