Hari itu untuk pertama kalinya Daniel menemaniku memeriksakan kandunganku ke dokter. Entah ada apa dengannya tiba-tiba bersikeras kali ini untuk memeriksa kandungan ke dokter kandungan bersama. Aku yang tak mampu menolak keinginannya kali ini hanya bisa menurutinya. Ketika aku masuk ke ruangan dokter, dokter Smith tersenyum melihatku datang, senyumannya bertambah lebar saat ia melihat aku tak datang seorang diri seperti biasa. "Selamat siang, Dokter," sapaku seraya tersenyum tipis dengan sedikit canggung karena ini untuk pertama kalinya aku datang bersama dengan Daniel. "Selamat siang, Mrs. Watts. Suatu kejutan Anda kali ini datang dengan suami," balasnya menyapa dengan senyuman ramahnya padaku. "Selamat siang Tuan, saya senang bisa bertemu dengan anda hari ini. Perkenalkan saya dokter Smith yang biasa memeriksa Mrs. Lucy Watts," Sapa dokter Smith kembali pada Daniel yang ada di sampingku kemudian mereka berdua pun berjabat tangan. Kulihat Daniel hanya tersenyum tipis dengan wajah
Sejak kepulanganku dari rumah sakit, aku tak bisa berhenti untuk gugup dan berdebar sepanjang waktu. Bagaimana tidak, ini adalah pertemuanku yang pertama kali dengan keluarga besar Daniel Noel. Bagaimana reaksi mereka nanti jika aku, mantan sekretarisnya adalah istri kedua Daniel, yang tiba-tiba muncul dan hamil besar? Aku tak bisa membayangkan itu semua, karena itu jelas aku sangat gugup malam ini. Malam itu, Daniel dan aku pun mulai bersiap ke mansion keluarga besar Noel. Malam ini aku sengaja mengenakan gaun panjang selutut warna soft yang tak mencolok mata, namun tetap elegan, dengan make up peach senada dengan warna gaun. Rambut panjang coklatku yang ikal kubiarkan tergerai begitu saja. Kulihat Daniel pun sudah siap dengan penampilannya yang santai tapi tetap berkelas. Ia menatapku yang sudah selesai berdandan di dalam kamar. "Kau sudah siap?" tanyanya memastikan. "Sudah," jawabku singkat dengan pandangan mata gugup. "Baiklah, kalau begitu ayo kita berangkat," perintahnya sera
"Apa Mom mempersulitmu tadi?" tanya Daniel padaku di dalam perjalanan pulang dari mansion keluarga Noel. "Sama sekali tidak, beliau adalah wanita yang bijaksana," jawabku jujur. "Aku pikir dia akan membencimu karena masa lalunya tapi sejak awal aku yakin dia tak akan menolak kehadiranmu," tutur Daniel dengan tanpa ekspresi, ia mengucapkannya dengan pandangan ke depan tanpa melihat ke arahku yang duduk di sampingnya. Aku tak berani berkomentar apa pun karena kupikir ini adalah pembicaraan yang sangat sensitif, yang pasti sekarang aku tahu Daniel memiliki trauma buruk di masa lalu dalam keluarganya, dapat kulihat dari sikapnya pada sang ayah tadi tentang menyinggung masa lalu mereka. "Besok aku akan pulang ke mansionku, kau jagalah dirimu baik-baik," ucap Daniel kembali. "Baik," jawabku singkat dan patuh, dapat kulihat dari sudut mataku Daniel menatapku penuh arti, namun aku mencoba bersikap tak memperdulikannya terlalu jauh. Sepanjang malam sesampainya di villa kami berdua pun men
"Kenapa Anda memberikan informasi ini pada saya, Nyonya?" Willyam Dormen bertanya penasaran pada Helen Noel ketika istri Daniel Noel itu menghubungi dan mengajak bertemu empat mata, siang itu di sebuah cafe beberapa blok dari perusahaan di mana Willyam bekerja."Tentu saja karena aku berada sama di posisimu seperti sekarang, dikhianati!" tukas Helen."Aku sudah memberikan informasi ini padamu, untuk selanjutnya kau sendirilah yang menentukannya. Yang pasti Daniel Noel bukanlah lawan yang seimbang untukmu, dia punya banyak kuasa untuk menghancurkan seseorang. Jadi aku membantumu agar kau memiliki celah untuk bisa menyelesaikan urusanmu dengan Lucy Watts,"tutur Helen tegas."Aku masih tak menyangka jika Lucy hamil dengan bosnya sendiri," Willyam berkata lirih dengan tatapan kosong. "Jika kau masih mencintainya bawa pergi wanitamu itu jauh-jauh dari hidupku dan suamiku! Kau tidak mau bukan, dia menjadi istri dari Daniel Noel, suamiku?" Helen mencoba memancing Willyam yang tampak ragu."
"Aku mau di bawa ke mana?!" aku bertanya ketakutan ketika pria asing yang menemuiku dengan tiba-tiba di taman membawa paksa aku ke dalam mobil miliknya.Suasana taman yang memang sepi membuatku tak bisa berbuat banyak untuk meminta tolong, apalagi dengan ancaman pistol yang ada di tubuhku membuat nyaliku menjadi menciut untuk melarikan diri ataupun berteriak meminta tolong.Di dalam mobil pria asing itu menyuruhku mengendarai mobil miliknya dan mengikuti instruksinya dengan menodongkan pistol itu di bawah tubuhku di sebelah kursi pengemudi."Jangan banyak tanya! Cepat kemudikan mobilnya ke tempat yang aku tunjukkan! Jika kau mencoba macam-macam, aku tak segan menembakkan pistol ini tepat di perutmu sekarang!" ancamnya keras."Aku mohon jangan sakiti aku, aku sedang hamil...," mohonku ketakutan, tak terasa air mata mulai menetes di kedua pelupuk mataku karena situasi yang mengejutkan ini."Aku bilang jangan banyak omong! Tetap konsentrasi mengemudi dan ikuti instruksiku!!" perintah pri
Daniel Noel tak bisa berhenti gelisah sejak ia mendapatkan kabar dari Marcell sang penjaga villa Blue Moon yang ia perintahkan untuk menjaga Lucy Watts, jika Willyam Dormen, mantan kekasih istri keduanya itu datang dan menemui Lucy ke villa Blue Moon semalam. Ia marah dan murka setelah tahu hal itu, apalagi setelah tahu Lucy Watts diam-diam pergi dari villa tanpa seizinnya. Sudah bisa ditebak jika kepergian Lucy adalah berhubungan dengan Willyam Dormen. Mereka berdua bertemu diam-diam di belakangnya. Suami mana yang tidak murka jika mengetahui sang istri pergi diam-diam untuk menemui pria lain di belakangnya? Karena itu, Daniel menyuruh Marvel untuk menyelidiki sekaligus mencari di mana keberadaan Lucy sekarang. "Kau sudah menemukannya?!" Daniel bertanya tak sabaran melalui sambungan teleponnya. "Maaf, Tuan. Keberadaan Nyonya Lucy tidak bisa terlacak, sepertinya sekarang Nyonya berada di suatu tempat yang jauh dan terasingkan," sahut Marvel sang peretas. "Sialan!! Apa gunanya aku
Aku tak percaya, Daniel menuduhku membunuh anakku sendiri! Bagaimana bisa aku melakukannya sementara aku tak ingat apa pun selain kejadian di rumah tua itu setelah pria asing yang menculikku membunuh Willyam dan mencoba membunuhku?! Sebenarnya apa yang terjadi? Aku tak ingat apa pun hingga sampai berada di rumah sakit ini bersama dengan Daniel. Setelah mengucapkan kalimat kasar dan perceraian, Daniel pergi begitu saja meninggalkanku yang masih dalam keadaan syok. Dengan perasaan hancur yang amat sangat karena harus kehilangan anakku yang masih dalam kandungan hingga sampai dituduh sebagai pembunuh oleh suami sendiri, membuatku tak bisa berhenti menangis. Beberapa saat kemudian kedatangan seorang perawat mengejutkanku. Tak aku sia-siakan kesempatan itu, segera saja aku bertanya pada perawat yang menghampiriku yang masih terbaring di ranjang pasien dengan keadaan kacau. “Suster, bisa Anda jelaskan pada saya apa yang terjadi pada saya sehingga saya bisa berada di sini dan kehilangan an
Pria tampan dengan tubuh mengagumkan tampak masuk menuju sebuah ruangan pasien di mana Lucy Watts di rawat. Parasnya yang menawan perpaduan antara timur dan barat tercetak jelas di wajahnya yang tegas dan manly. Pria itu menghampiri Lucy yang tampak terbaring lemah di ranjang dengan mata terpejam. Ia menatap roman cantik yang nampak pucat itu dengan seksama, kemudian menaruh buket bunga mawar yang ia bawa di meja nakas di sebelah Lucy Watts. Sekali lagi ditatapnya lekat-lekat wajah cantik, namun pucat wanita yang terbaring lemah di depannya itu dengan tatapan dalam, Jemari tangannya menyentuh lembut wajah Lucy, seakan ada banyak kata yang ingin diucapkan di bibirnya, namun ia mengurungkan niatnya itu dan kemudian berlalu pergi begitu saja meninggalkan ruangan. Langkah kokohnya yang panjang kemudian terhenti di sebuah mobil sedan mewah warna hitam. Setelah ia masuk ke dalam mobil, ia mengambil benda pipih yang ada di saku celananya dan menelepon seseorang. “Kau jaga dan awasi wanita