"Tutup mulutmu, Ayana! Lebih baik kau diam, jangan pernah mengatakan sesuatu seperti itu padaku. Asal kau tahu Ayana, aku sangat membencimu! Dan berharap agar kau segera lenyap dari dunia ini, agar Bryan bisa menjadi milikku seutuhnya!" dengan menatap marah, Ayana. Nina menyadari apa yang baru saja dia katakan pasti membuat Ayana tidak menyangka, jika selama ini Nina sebenarnya tidak pernah menyukainya, apa lagi menginginkannya sebagai saudara.Nina sangat menyukai tatapan mata Ayana, yang menatapnya dengan raut wajah yang terkejut, setelah mendengar apa yang baru saja, Nina katakan. Ayana sepertinya tidak menyangka, dengan apa yang baru saja dikatakan Nina. Matanya masih menatap lurus kearah saudarinya, Nina. Ayana tidak menyangka jika Nina ternyata begitu sangat membencinya, dan selama ini menaruh dendam kepadanya. Karena menyukai tatapan Mata Ayana yang terlihat terkejut, saat mendengar apa yang baru saja dia kakatakan, Nina dengan senyum di wajahnya mendekat kearah Ayana dan kem
Nina kembali ke hotel untuk beristirahat setelah dia berhasil menemui, Ayana. Namun Nina harus kembali merasa kecewa, karena kedatangannya yang menemui Ayana untuk memperingati Ayana, malah membuatnya mendapatkan kejutan dari sikap Ayana yang berani membantahnya. "Brengsek kau Ayana! Beraninya kau melawanku dihadapan semua orang. Lihat saja Ayana, apa yang akan aku lakukan ke padamu, Aku harap kau tidak menyesalinya," Nina mengepalkan tangannya kuat, dengan menggeram marah, saat memikirkan rencananya menemui Ayana untuk memintanya menjauh dari Bryan, tidak berjalan lancar.Nina tidak mengetahui, jika setelah 2 tahun tidak bertemu dengan saudari kembarnya, Ayana. Ternyata memiliki banyak perubahan, terutama dari sikapnya saat berbicara dengan Nina, jika dulu Ayan akan lebih banyak memilih untuk mengalah ke padanya, berbeda dengan sekarang, dimana Ayana, lebih berani untuk melawannya, itu cukup membuat Nina terkejut, pasalnya Nina tidak menyangka jika Ayana bisa berubah secepat itu.Ni
"Ayana, apa benar yang dikatakan para guru, jika seorang wanita Baru saja datang memarahimu karena mengaku telah suaminya kau rebut," Mita yang juga bekerja di tempat yang sama bersama dengan Ayana, menatap tanya kepada sahabatnya itu.Mita merasa khawatir setelah mendengar beberapa gosip yang beredar di sekolah, yang dikatakan oleh para guru, jika Ayana telah menjadi selingkuhan dari seorang pria beristri, dari seorang wanita yang begitu cantik yang membuatnya segera menemui Ayana. Berdiri di depan Ayana, Mita masih menunggu jawaban dari Ayana untuk menjelaskan berita yang beredar di dalam sekolah, jika berita itu tidaklah benar."Mita, apa kau percaya dengan apa yang mereka katakan? Dan apa kau tahu siapa wanita yang datang dan hampir saja memukulku," tanya Ayana yang berbalik bertanya kepada sahabatnya Mita. Yang selama ini membantunya setiap kali Ayana dalam masalah."Aku tidak tahu Ayana siapa wanita itu Ayana, maka dari itu aku bertanya kepadamu. Siapa wanita yang mengaku suami
"Bryan, Apa yang kau lakukan di sini? bukankah kau seharusnya bekerja, untuk apa kau datang menjemputku! Ayana mengerutkan keningnya. "Dan kenapa kau tidak menyuruh asisten Davin, untuk datang menjemput ku," Ayana yang melihat kedatangan Bryan, yang menjemputnya di depan sekolah tempatnya mengajar, tentu saja merasa terkejut melihat kehadirannya. Ayana tidak ingin jika beberapa rekan guru yang melihat kedatangan Bryan menjemputnya, dapat mengenalinya dan membuatnya kembali menjadi bahan perbincangan di sekolah. Sudah cukup kejadian beberaa saat yang lalu, di mana Nina datang dan memulai pertengkaran dengannya. Jangan sampai dengan kehadiran Bryan yang datang ke tempatnya mengajar, membuatnya kembali mendapat masalah dari kelakuan Bryan. "Kenapa Ayana? Apa kau tidak berharap jika aku yang datang menjemputmu," Bryan terlihat mengerutkan keningnya setelah mendengar jawaban Ayana, yang menatap tidak suka saat melihat kehadirannya, yang sengaja dia luangkan waktu untuk datang menjemput Ay
Didalam restoran Ayana dan juga Bryan yang tengah menikmati makan siang mereka, tiba-tiba saja harus terganggu dengan panggilan telepon, yang berbunyi di ponsel Bryan. Bryan kemudian menatap ke arah Ayana sejenak, meminta izin kepada Ayana untuk mengangkat telepon yang dia tahu, itu adalah panggilan dari asisten Leon.Hari ini Bryan sengaja menemui Ayana, tanpa didampingi oleh asisten Leon, karena ingin memiliki waktu berdua bersama dengan Ayana. "Ayana, aku harus mengangkat panggilan telepon dari Leon, kau lanjutkan saja makanmu," setelah mengatakan itu kepada Ayana, Bryan kemudian beranjak dari duduknya, untuk mendengar apa yang akan disampaikan oleh Leon kepadanya."Ada apa?" suara Bryan yang bertanya kepada asisten Leon, terdengar jelas di telinga Ayana."Ayana kemudian menghentikan makannya, dan meneguk segelas air yang ada di mejanya, sebelum berdiri untuk ke kamar mandi. Ayana tiba-tiba saya merasa ingin ke kamar mandi tanpa memberitahukan kepada Bryan terlebih dahulu. Ayana
"Brams Kau dari mana? Kenapa aku sangat lama sekali, hanya untuk ke kamar mandi!" Nina terlihat menampilkan raut marah diwajahnya, saat melihat Brams yang sedari tadi ditunggunya, terlihat berjalan santai menghampirinya, mengabaikan Nina yang sedari tadi menunggunya."Maaf Nina, aku baru saja bertemu dengan seorang wanita cantik sehingga membuatku lupa jika saat ini kau sedang menungguku," Brams sengaja tidak mengatakan kepada Nina, jika dia baru saja bertemu dengan Ayana, itu karena Brams tidak ingin jika Nina sampai menghampiri Ayana, dan membuat Ayana mengetahui jika dirinya juga mengenal Nina.Brams tidak ingin itu terjadi, yang akan membuat rencananya kedepan, tidak akan bisa untuk mendekati Ayana."Cih..! Secantik apa wanita itu sehingga bisa menarik perhatianmu, selama ini aku melihat kau tidak pernah tertarik dengan wanita manapun, dan tiba-tiba saja saat kau berada di sini seorang wanita dapat menarik perhatianmu, aku sangat penasaran ingin melihat wanita itu."Nina sangat pe
Ayana yang pulang dari restoran bersama dengan Bryan, melirik sekilas ke arah Bryan, yang terlihat lebih diam dari pada sebelumnya. Ayana tidak tau ada apa dengan Bryan yang terlihat mengacuhkannya."Bryan ada apa, kau terlihat marah saat ini," Ayana tidak tahan untuk tidak bertanya kepada Bryan, terutama saat melihat Bryan sedikit pun tidak melirik kearahnya. Mendengar itu, Bryan kemudian melirik ke arah Ayana, menatap dalam Ayana hingga membuat Ayana mengerutkan keningnya. Bryan seketika menepikan mobilnya dan kemudian menjulurkan tangannya, mengusap pelan wajah Ayana, yang masih samar terlihat memerah. "Apa masih sakit?" tanya Bryan yang sebelumnya tidak memperhatikan jelas, wajah Ayana, yang masih memerah.Ayana yang mendengar pertanyaan Bryan kepadanya, hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Bryan. "Sudah tidak sakit," jawab Ayana singkat, Bryan menatap Ayana sesaat, kemudian Bryan menarik kembali tangannya dan kembali menjalankan mobilnya, untuk kembali di rumah y
"Ayana, apa kau ingin makan malam diluar? Aku akan menyuruh Davin, untuk memesan tempat. Katakanlah kau ingin makan di restoran apa?" Bryan yang melangkah masuk ke dalam kamar Ayana, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu berjalan mendekati Ayana, yang saat ini tengah duduk diatas tempat tidur dengan memainkan ponselnya.Ayana tengah mengirim pesan dengan sahabatnya Mita, namun kedatangan Bryan yang masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu, membuat Ayana seketika menghentikan kegiatannya dan mengangkat wajahnya menatap ke arah Bryan."Terserah kamu ingin makan dimana Bryan, aku tidak begitu mengetahui letak restoran yang ada di sini," Ayana sebenarnya tidak ingin keluar makan bersama dengan Bryan, mengingat jika dirinya saat ini masih masih merasa marah kepada Bryan, atas perlakuan yang dia dapat dari Nina. Tetapi Ayana juga tidak ingin terkurung di rumah ini, yang Bryan selalu saja mengawasinya dan melarangnya keluar, tanpa pengawalan mengikut bersamanya."Apa tidak ada re