Share

ISTRI KONTRAK CEO AROGAN
ISTRI KONTRAK CEO AROGAN
Penulis: Leon Hart

Gadis Penjual Tubuh

"Aku mau dia jadi asistenku!"

Semua mata spontan mengikuti arah jari telunjuk sang CEO baru dan terkejut.

Gadis yang di tunjukpun tidak kalah terkejutnya.

"Saya, Pak?" tanggapan Lea untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri.

"Iya, kamu. Siapa lagi yang berdiri di situ, selain kamu. Masa aku lagi nunjuk hantu?" sahut sang CEO muda dengan nada tinggi.

Pria muda belum genap 30 tahun, dan berwajah tampan bernama Vincenzo itu kemudian berganti duduk bersandar.

Sebenarnya, pemikirannya sama dengan pegawainya yang lain. Dari segi penampilan, Lea cenderung kurang menarik.

"Aku memilih dia karena prestasi marketingnya excellent," ungkap Vincenzo, atau biasa di panggil presdir Vin. "Dia selalu berhasil meyakinkan customer hanya lewat negosiasi by phone. Bagiku itu keunggulan yang patut aku apresiasi," lanjutnya memuji.

"Jadi karena itu, anda juga memanggilnya ikut meeting kali ini?" tanya manager pemasaran, yang menaungi divisi telemarketing, tempat Lea berada.

"Tentu saja. Kamu keberatan?" tanya balik Vin dengan tatapan tajam.

"Masih ada gadis lain yang lebih pantas menjadi asisten anda, presdir Vin. Kalau anda memang lebih memilih dari divisi telemarketing, saya punya kandidat lain yang--"

Brakk!!

Masukan sang manager telemarketing tersela dengan suara gebrakan meja yang di lakukan Vin barusan.

"Memangnya ini perusahaan kamu, hah?!" tandas Vin lantang.

"Ti ti tidak, pak. Maaf," sahut manager telemarketing bernama Erwin tersebut.

"Tidak ada satupun yang bisa ganggu-gugat setiap keputusanku. Paham!" sentak Vin, tunjukkan dominasi sekaligus arogansinya.

"Baik, pak," jawab para peserta meeting hampir serempak.

Siapa yang tak kenal presdir Vin?

Meski baru saja menduduki kursi presdir kurang dari 6 bulan terakhir, setelah kematian ayahnya, Vincenzo sudah di kenal sebagai pimpinan tertinggi dengan karakter dingin, sekaligus keras kepala.

"Kalau begitu, keluarlah kalian semua, dan sebelum jam 3 sore, semua laporan yang aku inginkan, harus sudah ada di mejaku. Mengerti!" tandas Vin lagi.

"Baik pak," sahutan hampir serempak lagi dari para pegawai.

Setelah semua orang keluar dari ruang meeting, asisten mendiang ayah Vin segera mendekatinya.

"Tuan muda. Saya bisa rekomendasikan beberapa--"

Ucapan pria mendekati paruh baya bernama sekretaris Li itu kemudian terhenti, ketika manik mata hazel milik Vin terarah melotot padanya.

"Maaf, saya hanya berusaha yang terbaik," lanjut sekretaris Li, menyudahi ucapannya sendiri. "Ijin kembali ke ruangan," pamitnya.

Siapapun tahu, pria muda berwajah blasteran Indonesia-Italy itu tidak akan suka bila apa yang sudah dia putuskan, ternyata ada yang berusaha mematahkannya.

Vin menatap pintu yang sudah tertutup, sambil menggumam, menyamakan keadaan Lea seperti masa mudanya yang pernah di bully, bahkan oleh keluarganya sendiri.

"Memang gadis itu bukan tipe dari semua kriteria, tapi dia seperti aku, dan akan ku buat menjadi sepertiku!"

**

Sementara di ruangan divisi telemarketing, kegaduhan segera tercipta, saat Lea baru saja duduk di tempatnya bekerja.

"Eh, lo sudah lihat group chat kantor belum?" tanya teman dekat Lea, bernama Winda.

"Belum, dan gue nggak berniat buka," sahut Lea murung.

"Kenape?" tanya Winda lagi.

"Gue yakin, pasti lagi pada ngomongin gue," yakin Lea, sembari naikkan gagang tengah kacamatanya.

"Iya, sih. Bukan hanya soal diri lo, tapi soal cowok lo."

"Dani. Kenapa sama dia?"

"Gosip yang katanya cuma gosip itu, ternyata emang bener, tahu!"

"Gosip Dani yang mana itu?"

Winda geser kursi kerja berodanya lebih mendekat pada Lea. Ekspresinya masih serius, terlebih Lea menatapnya gusar.

"Sorry dulu ye, Lea. Yang mau gue omongin ke lo ini agak nggak enak."

"Kalau nggak enak, ya nanti tinggal gue lepehin aja, kan?" Lea masih berusaha lemparkan candaan.

"Iye, dan gue harap lo segera lepehin pacar kurang ajar lo itu!" tandas Winda, meneruskan candaan Lea. "Di group tersebar foto Dani sama supervisor Sofie, tahu. Mereka berdua duduk deketan, terus kayak mau kiss!" pekik Winda di bagian akhir.

"Beneran?"

"Ih, pake nggak percaya. Lihat aja sendiri di group. Beranikan diri lo. It's oke bestie. Jangan takut, gue ada di pihak lo."

Dengan gerakan tangan gemetar, di sertai keringat dingin, Lea raih ponsel yang belum di sentuhnya sedari lepas meeting tadi.

"Kok dia tega banget sama gue?" perih Lea lirih. "Gue sama dia nggak pernah sampai berhubungan jauh begitu lho."

"Apa gue bilang, Dani itu cowok toxic. Dia secara terang-terangan selingkuhin lo, padahal baru saja jadian beberapa bulan sama lo. Dia itu cuma manfaatin lo, Lea!" tukas Winda berapi-api.

"Manfaatin gimana maksud lo?"

"Dari pertama lo masuk kerja, semua orang tahu, lo adalah lulusan terbaik di kampus. Selain punya kepandaian akademis, lo juga punya kemampuan negosiasi by phone. Suara dan tata cara lo itu sudah teruji yakinin banyak customer baru."

"Lalu? Dani manfaatin gue dari segi mananya?"

"Menurut kesimpulanku, Dani terobsesi gantiin Pak Erwin jadi supervisor divisi telemarketing, lalu tujuannya naik ke posisi manager. Karena itu, dia kejar-kejar lo, buat naikin pamornya."

"Masa, sih begitu?"

"Tapi dia juga double deketin supervisor Sofie buat cari muka dan jalan, biar lebih dekat sama almarhum Pak Anthony. Paham nggak sampe sini?"

"Jadi maksud lo, Dani itu seperti penjilat?" asumsi Lea.

"Absolutely right, bestie. Bahkan supervisor Sofie kemakan rayuan Dani. Tuh lihat, dia ngomong apa lagi."

Kedua bola mata Lea hampir saja copot pada sebuah tudingan baru, yang di tujukan padanya.

"Dani tega banget sama gue. Padahal waktu pendekatan, dialah yang paling agresif, sampai akhirnya gue luluh. Dani selalu berusaha agar gue mau turuti permintaannya, tapi sering gue tolak," terang Lea terisak.

"Ya lo jelasin ke group. Katakan kalau apa yang Dani ceritakan itu nggak benar," pinta Winda kembali memaksa. "Dani main playing victim itu, cih!" tambah Winda mencibir.

Lea menuruti, mengetik sebuah pernyataan sikap secara singkat. Namun, sebuah hinaan jadi semakin menjatuhkan harga diri Lea.

"What?!" pekik Winda tercengang. "Wanita itu bilang lo cuma gadis penjual tubuh buat naik jabatan? Apa-apaan ini? Pasti dia sudah di cuci otak sama si Dani tukang obral janji itu!" kesal Winda tak habis pikir.

"Sudah, Win. Nggak akan ada akhirnya kalau berurusan sama Dani. Sekarang gue semakin sadar, kalau dia itu memang cowok red flag. Gue sudah salah mencintai orang," sesal Lea.

Segera Lea hapus air mata lewat dua lembar tissu yang dia raih dari kotaknya dengan cepat-cepat. Atasannya, Erwin, sedang memasuki ruangan dengan muka masam, jadi ketakutan tersendiri bagi Lea.

"Lea. Masuk ke ruanganku!" perintah Erwin dingin.

"Baik, Pak."

Winda genggam kilat tangan dingin Lea, sebelum sahabatnya itu memasuki ruangan sang supervisor.

Rasa iba pada Lea menghinggapi Winda, yang menyadari sayap sahabatnya ini sedang coba di patahkan, bahkan sebelum dia mencoba untuk terbang.

Tapi, anggapan Winda salah. Tidak semua orang ingin melakukannya pada Lea.

Di dalam ruangan utama perusahaan, Vin menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam. Tanpa pegawainya ketahui, Vin masuk ke dalam group chat kantor memakai nomor tak di ketahui, dan membaca tiap obrolan para pegawai.

Vin lalu raih pesawat telpon paralel internal perusahaan dan menekan satu nomor yang menghubungkannya dengan ruangan telemarketing.

"Bawa Lea ke ruanganku!" perintah Vin to the point, pada wanita muda di ujung telpon, yaitu Winda.

"Tapi Lea sedang di panggil Pak Erwin di ruangannya,Pak," sahut Winda pelan, setelah tahu dering khusus panggilan adalah dari ruangan sang presdir.

"Aku bilang sekarang ya sekarang! Siapa namamu? Mau aku berikan surat peringatan?" tandas Vin tak mau kompromi.

"Ba baik, Pak," jawab Winda gelagapan.

Vin lantas matikan begitu saja panggilan dan menggumam di balik senyuman.

"Hmm, gadis penjual tubuh?" Vin lalu angkat dagu dengan tatapan memicing. "Aku jadi semakin tertarik!"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Windhy Attaya
Wihhh red flag banget si dani
goodnovel comment avatar
AVA LANE
Tertarik doang? Ntar lama2 jatuh cinta loe, Vin!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status