Share

One Night Stand

Author: Leon Hart
last update Last Updated: 2024-01-10 16:22:55

"Besok?"

Kedua mata Lea membulat, seiring bentuk bibirnya yang juga membentuk huruf O.

"Tapi, pak?"

"Nona. Anda tahu bagaimana sifat tuan muda Vin. Kalau dia sudah berikan perintah, maka waktu dan kesibukan anda adalah miliknya," sela sekretaris Li.

"Jadi tiket pesawat itu sudah anda ganti atas nama saya? Kan saya belum mengurus paspor dan--"

"Tuan muda sudah berikan perintah ini sejak tadi pagi. Dokumen pribadi anda, sudah saya dapatkan dari file pegawai yang ada di desk perusahaan. Besok, anda akan gunakan visa settle wisata, jadi jangan lagi bingung soal itu."

"Te terima kasih, sekretaris Li. Saya jadi menyusahkan anda," jawab Lea gelagapan.

"Tak apa. Begitulah dia. Hanya satu pesan saya untuk anda, Nona. Turuti saja semua perintah dan permintaan tuan muda, karena itu hanya salah satu cara anda bila ingin mencapai karier tertinggi."

"Maksud sekretaris Li bagaimana?" Lea benar-benar masih tak mengerti.

"Jadilah penjilat yang elegan."

Wow.

"Maksudnya, pak?" polosnya Lea.

"Hanya untuk anda saja, akan saya beritahu satu hal."

"Apa itu, pak?"

"Selagi tuan muda sedang memposisikan anda sebagai satu-satunya orang yang dia percaya, jadi menurut sajalah padanya. Presdir Vin punya gaya kepemimpinan berbeda jauh dari ayahnya."

"Oh ya, saya pernah mendengar soal itu. Karena itu, para pegawai berlomba-lomba mencari muka di depan mendiang presdir Anthony. Itu bagian strategi untuk cepat naik jabatan."

"Anda betul sekali, nona. Tapi itu tidak berlaku untuk tuan muda. Salah satu alasan presdir Vin memilih anda, karena dia tahu anda sering di perlakukan tidak baik oleh pegawai lain."

"Ba bagaimana presdir Vin tahu?"

"Maaf, untuk soal itu saya tidak bisa beritahu anda, dan jangan banyak tanya, yang penting bersyukur sajalah dengan posisi anda sekarang. Percayalah, anda akan baik-baik saja. Selamat siang, nona."

Lea segera jauhkan gagang telpon dari wajahnya dengan ekspresi bingung. Panggilan telah terputus, tapi masih ada seribu pertanyaan tersisa di dalam pikirannya.

"Orang ini ngomong apa, sih? Gue kok belum paham?"

**

"Pesawat pribadi?"

Lea di buat terperangah di depan sebuah pesawat terbang berukuran kecil dengan jenis 'Falcon X8.'

Lea kembali di buat terperangah, saat menyadari sebuah mobil telah datang mendekat, dan Vin keluar dari dalamnya.

Waktu seolah membeku bagi Lea. Dimana atasan arogan yang di tunggunya itu, berpenampilan sangat mempesona.

Vincenzo memakai kemeja putih, di padu celana jeans casual. Rambutnya di biarkan natural tanpa pomade, berbeda dari kesehariannya.

"Bisa minggir dikit? Kamu mengganggu sekali," protesan Vin seraya melepas kacamata hitamnya, menanggapi ekspresi Lea yang menatap kagum padanya ini.

"Ma ma maaf, pak," sahut Lea, bergeser 2 langkah ke samping, setelah menyadari telah di sindir Vin agar menyingkir.

"VIN!!"

Suara wanita muda terdengar, di sertai derap langkah cepat dari seorang bodyguard yang menjaga Vin.

"Maaf, tuan muda. Wanita itu memaksa masuk. Dia nekat melawan para security dan penjaga, biar sampai di sini," lapornya dengan napas terengah-engah.

Lea menatap tertegun wanita muda yang terus berteriak memanggil nama Vin, namun hanya di tanggapi Vin dengan santai saja.

"Hmm, modelan yang sama," gumam Lea spontan.

Tampilan wanita cantik dengan rambut di warnai, mulus, dan berpakaian minim, sama tipe dengan penampilan Nadya di restoran Jepang kemarin.

"Hah? Kamu ngomong apa?" Vin lebih tertarik pada ucapan gadis muda berkacamata di sampingnya ini.

"Saya?" tanya balik Lea.

"Iya, kamu!" balas Vin melotot.

"Eng..enggak..nggak ada, pak," jawab Lea dengan beberapa kali gelengan kepala.

"Kalau begitu, kita harus segera berangkat," perintah Vin kemudian. Benar-benar tak mempedulikan kehadiran wanita yang kini bahkan terdengar meraung-raung memanggil nama Vin, namun semakin lama semakin menjauh dan menghilang, setelah security bandara membantu membawanya masuk kembali ke area gilbartar.

Lea kembali berempati, tahu bagaimana rasanya di sakiti seorang pria tak berhati, seperti Dani dan juga atasannya sendiri ini.

"Nona. Seat anda di belakang sana," ucap salah seorang pramugari seraya tersenyum tertahan.

Bagaimana tidak? Akibat melamun, tanpa sadar, Lea hampir saja duduk di kursi samping Vin, tanpa meminta ijin terlebih dulu.

"Eh, maaf...maaf," sahut Lea kikuk.

Vin menanggapi sikap salah tingkah Lea ini dengan senyuman smirk meremehkan seperti biasa, dan hal ini justru jadi seperti hujaman batu besar di dada Lea.

Baru 2 hari saja mengenal Vin lebih dekat, tapi atasannya ini seolah menambahkan poin-poin kebencian Lea padanya.

Setelah duduk di kursi yang berada di samping belakang Vin, Lea banyak melakukan kesibukan dengan mempelajari file-file yang di kirim oleh sekretaris Li.

Kalaupun sudah selesai, Lea akan menatap le luar jendela, atau memaksakan diri untuk pejamkan mata. Hal ini di lakukannya agar tidak melihat wajah Vin, dan berharap tidak akan berinteraksi dengannya.

Setelah beberapa jam di udara yang menyiksa, sampailah Lea dan Vin di sebuah gedung apartemen di jantung kota Milan.

Lea kembali di buat terperangah akan kekayaan yang di miliki Vin. Penthouse bernama Bosco verticale ini sungguh di luar perkiraannya.

"Tuan muda inginkan kamu berada di sini sampai esok hari," ucap penjaga Vin, dan baru di sadari Lea, pria inilah satu-satunya bodyguard yang di bawa Vin.

"Lalu anda menginap dimana, pak?" tanya Lea ingin tahu. "Terus Pak Vincenzo dimana sekarang? Kenapa saya tidak di perbolehkan semobil dengan beliau? Sampai sekarang, saya tidak tahu apa tugas saya di sini?" lanjut Lea lesu.

"Saya tinggal di apartemen studio di sayap lain gedung ini. Sementara ini tipe itu lagi full, baru besok anda dapat kamar tersendiri."

"Oh, begitu. Terus pak Vin dimana?"

"Selamat malam, nona."

Tanpa memberikan jawaban, penjaga Vin itu justru berucap pamit, lantas keluar dari rumah tinggal Vin bila berada di tanah kelahirannya ini.

Hal ini bukan hal baru buat Lea. Meski membuatnya kesal, tapi Lea mulai berusaha beradaptasi dengan gaya berpikir seorang Vincenzo.

"Huh, dasar nggak jelas. Bos sama penjaganya sama-sama ngeselin!" umpat Lea lantang seorang diri.

Lea coba alihkan kekesalannya ini dengan menikmati kemewahan interior penthouse, lalu menuju ke dapur, untuk mengambil salah satu minuman yang ada di dalam lemari pendingin.

"Applejack?" gumam Lea, seraya membolak-balikkan botol. "Ruffino pinot. Apa ini semacam jus buah apel ya?" tanyanya pada diri sendiri, lalu membuka botol, dan kemudian menenggak hingga lebih dari setengahnya.

Lea letakkan botol minuman tersebut, lalu memutuskan duduk di sofa dengan perasaan gamang.

"Habis minum jus apel tadi, badanku kok jadi aneh begini ya?"

Lea sandarkan punggung, lalu lepaskan kacamatanya. Secara berangsur dia terpejam, karena seperti tak bisa berkompromi untuk tak tutup kedua matanya.

Hingga suara memanggil namanya, membuat Lea memaksakan diri membuka mata. Dalam keadaan setengah sadar tersebut, Lea paksakan diri berdiri dan kini berhadapan dengan seorang pria yang terlihat kacau, tidak lebih baik dari keadaannya.

Baru saja Lea akan membuka mulutnya, pria yang samar-samar dia lihat dari tatapan setengah terpejam itu, justru semakin mendekat, lalu memeluk erat tubuhnya.

Lea yang belum siap mendapatkan perlakuan ini, kemudian terjatuh kembali ke sofa, tertindih pria yang kini mulai dia kenali dari wangi tubuhnya.

"Presdir...Vin?" tanya Lea terbata.

Bukan jawaban yang Lea terima, namun berupa serangan berupa kecupan di awal, lalu berlanjut serangan panas membungkam bibirnya.

Kini Lea bisa merasakan, satu-persatu penghalang penutup tubuhnya terlepas, sehingga Vin bisa menyentuh tiap bagiannya secara langsung dengan leluasa.

Entah kenapa, bukannya berusaha menolak atau melawan sekuat tenaga, tapi Lea seolah terbuai dengan hasrat membara yang di salurkan Vin.

Terlebih saat atasannya itu mengungkapkan sesuatu yang semakin membuatnya terbang ke awan, di antara buai bau alkohol dari mulutnya.

"Lea...aku hanya menginginkanmu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Leon Hart
jawabannya ada di bab2 selanjutnya. wkwkwk
goodnovel comment avatar
Virgo Vivi
jangan-jangan Vin sebenarnya suka sama Lea.. makanya dia jadiin Lea sekertaris dia
goodnovel comment avatar
AVA LANE
Uhhh. Jadi bayangin mereka one night stand ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ISTRI KONTRAK CEO AROGAN   Kejutan Gagal Berbuah Manis

    Pada hari jumat malam seminggu kemudian. Lea berada sendirian di dalam kondominium Vin tanpa pemiliknya. Vin harus terbang ke Italia tanpanya selasa lalu bersama dua teman prianya, karena ada keinginan dari salah satu calon investor untuk segera menandatangani perjanjian kerjasama, selain masa pengalihan dan pengucuran dana warisan dari Anthony juga sedang dalam proses, larena Vin telah selesaikan masalah dengan Helena sesuai amanat ayahnya tersebut, selain telah menikah dan akan memiliki anak. Lea meninggalkan kantor, dan menemui ibunya sebentar, sebelum akhirnya kini di depan deretan koper yang telah siap menemaninya menempuh perjalanan jauh. Morgan belum menjemput totak waktu yang di butuhkan lima belas menit untuk mengulur-ulur waktu sedikit, Lea membuka ponsel di bagian note dan memeriksa lagi. 1. Tiket pesawat ( Aku sudah melakukannya sekaligus mengkonfirmasinya. Dua kali ) 2. Memesan executive lounge bandara ( Juga sudah mengkonfirmasi dua kali ) 3. Berkemas ( Baru se

  • ISTRI KONTRAK CEO AROGAN   Cinta Tanah Air

    Pagi tidak lebih baik. Lea berguling turun dari ranjang pagi-pagi. Seminggu sudah telah berlalu dari kejadian yang penuh dramatis. Matahari bersinar melewati jarak antara dua gorden jendela kaca berukuran lumayan besar di kondominium milik Vin. Lea beralih ke dapur membuat susu coklat hangat. Vin masih tidur, dan kemungkinan tidak akan bangun untuk sejam dua jam ke depan. Lea melirik meja ruang tamu, botol kosong minuman kaleng beraneka macam masih di sana, sebagian adalah beralkohol. Dua teman pria kebangsaan Italia Vin semalam jadi penghisap hampir semuanya. Entah mereka berjalan kaki dari Italia ke Indonesia atau apa. yang pasti di atas meja ruang tamu sana benar-benar kacau dengan berbagai bekas makanan dan minuman berserakan. Mereka bertiga nampaknya sudah tak kuat bahkan untuk membuangnya ke dalam sampah karena sibuk bercanda berlanjut rasa kantuk di sertai setengah mabuk. Lea kemudian meringis membayangkan percakapan yang akan mereka lakukan. Secangkir susu coklat hanga

  • ISTRI KONTRAK CEO AROGAN   Akhir Kejahatan Helena

    "Natalie?" Lea terkejut. Gadis muda berusia tak jauh dari dirinya itu tampak berpenampilan kusut tidak seperti biasanya, bahkan tidak ada pulasan kosmetik apapun sebagai make up semakin mempercantik diri. "Ngapain dia ke sini? Dia nggak lagi bangun tidur, kan?" pertanyaan canda Lea menatap bergantian antara Vin dan Natalie. Beberapa detik lalu Lea berada agak menjauh dari Vin untuk menghindari berinteraksi dengan Helena, tapi karena kehadiran tak terduga dari Natalie ini, membuatnya mendekati Vin dan berbicara berbisik untuk mencari tahu. Tatapan sembab dari bawah mata yang bengkak, membuat Vin spontan jadi bersikap awas. Di dorong Lea agar lebih mundur dan di posisikan tepat di belakang punggungnya, karena Vin menyadari tatapan Natalie menyorot di sekitar dia berdiri. "Tante Helena!" Mendengar nama ini di sebut dan di ketahui keberadaan posisinya, beberapa baris kerumunan tamu bergerak menyisir memberi jalan buat Natalie agar bisa melihat apa yang akan dia lakukan juga. "Na

  • ISTRI KONTRAK CEO AROGAN   Mengkuliti Kejahatan Helena

    "Kamu nggak apa-apa, kan Sayang?" Kedua mata Lea terbelalak. Di hadapannya adalah pria tampan mengenakan seragam bodyguard serba hitam berikut kacamata berwarna senada juga. Memang seperti orang lain, tapi sebagai istri yang selalu bersama dari pagi sampai malam, Lea yakin pria penyelamat di hadapannya ini adalah Vin. "Ka kamu ngapain dandan begini?" Lea masih sempatnya bertanya di saat suasana jadi riuh, bahkan terdengar teriakan-teriakan agar ruangan hall segera di amankan. Pria tersebut perlahan membawa Lea bangkit dengan di dudukkan, perut Lea di elus-elus. Kekhawatiran merambat pada bagian tubuh Lea dimana sempat di rasakannya ada gerakan. "Demi anak kita ini. Maaf kalau buatmu kaget, tapi berhasilkan. Dugaanmu benar, keamanan buatmu tidak cukup mengandalkan Morgan saja." "Pak Presdir .... Pak Presdir Vin .... anda tidak apa-apa?!" pekikan berganti terdengar dari pria lain. Dia adalah Sekretaris Li, yang berdiri tak jauh dari keduanya berada. Vin berganti ulurkaj t

  • ISTRI KONTRAK CEO AROGAN   Dia Pembohong!

    Kasak-kusuk terjadi lebih ramai dari sebelumnya. Ucapan santai Lea jadi pemicu rasa ingin tahu dari tamu undangan yang merupakan para pemegang saham dari perusahaan-perusahaan dari pengelolaan keluarga Dharmawan. Helena kembali berdiri. Berbeda dari aksi sebelumnya, kali ini Helena tampak lebih kusut, wajahnya merah karena amarahnya lebih memuncak. "Ini acara pengambilan voting, bukannya cari panggung buat hal yang nggak ada bukti dan dasarnya apa kayak begini. Kamu jangan sok ya. Kamu itu orang baru. Nggak ngerti apa-apa!" Lea tak menggubris. Seperti apa yang di instruksikan oleh Vin, agar dirinya tetap tenang dalam menanggapi tiap kelakuan Helena, tidak mudah terprovokasi dengan setiap nada tinggi Helena yang berkesan memojokkan. "Slide-slide selanjutnya memang berkesan tidak ada hubungannya dengan acara ini, tapi di sini kami inginkan siapa saja jadi terbuka matanya, tentang siapa yang sebenarnya bersalah dan siapa yang sering di jadikan kambing hitam. Sekali lagi ini semua

  • ISTRI KONTRAK CEO AROGAN   Show Time

    Di sebuah hall terletak di dalam hotel bintang lima, tamu undangan sudah mulai memadati tempat acara. Perhelatan yang sebenarnya akan di laksanakan bulan depan itu, nyatanya di majukan secara mendadak dengan alasan karena keperluan mendesak. Acara awal protokoler tengah di laksanakan. Seirang wanita jadi pusat perhatian di saat sesi sambutan sedang di jadikan awal dari pembicaraan mengenai Vin, sang presdir utama. "Kubu pertama yaitu mosi tidak percaya dan minta agar jabatan presdir di copot untuk di berikan pada saya, sudah dapat banyak dukungan meskipun perolehan suara belum di laksanakan, jadi saya harapkan rekan sekalian bisa menentukan pilihan sesuai dengan logika. Perusahaan ini butuh orang-orang berpengaruh kuat. Bukannya hanya mengandalkan cara kepemimpinan yang katanya revolusioner tapi ternyata bangak pihak yang tidak senang." Helena ungkapkan sesuatu dengan kesan menyindir lawan pemilihannya, yaitu Vin. Tepuk tangan bergema setelahnya, bahkan ada yang dengan berdiri,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status