Share

BERDIAM SEPI

Author: Kempot
last update Last Updated: 2025-04-24 13:12:59

Bab 3 – Batasan yang Tak Terucap

Pagi itu, Alya terbangun lebih awal, merasakan kesunyian di rumah yang seolah begitu besar tanpa suara. Revan sudah siap di depan pintu, mengenakan jas abu-abu yang tampak rapi, meskipun ekspresinya datar dan lelah.

Alya, yang masih setengah terbangun, menatapnya. “Revan, kamu pergi kemana?” tanyanya pelan, mencoba memecah keheningan.

“Alya, aku pergi seharian,” jawab Revan singkat, matanya tak menatap Alya.

Alya mengangguk. “Iya, hati-hati di jalan,” jawabnya, suaranya hampir terdengar hilang dalam keheningan pagi itu.

Revan hanya mengangguk, lalu berbalik dan pergi. Alya hanya berdiri di tempat, menatap punggungnya yang semakin jauh, hingga tak terlihat lagi.

Beberapa jam berlalu, suasana di rumah terasa sunyi. Alya duduk di ruang tengah, menatap layar ponselnya yang kosong. Tidak ada pesan, tidak ada panggilan masuk. Perasaan kosong itu semakin terasa.

"Apa aku nggak penting?" gumamnya pelan pada dirinya sendiri. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Namun, rasanya ada yang hilang. Ada jarak yang semakin lebar antara dirinya dan Revan.

Alya kemudian berdiri dan berjalan menuju dapur. Ia mengambil bahan-bahan seadanya, menyiapkan sarapan, tetapi tangannya bergerak otomatis, tanpa semangat. Seperti sebuah rutinitas yang sudah terlalu lama dijalani.

Pukul empat sore, suara mesin mobil terdengar memasuki halaman rumah. Alya mendengus, sedikit terkejut, sebelum berdiri dan melirik ke arah pintu. Tak lama kemudian, Revan masuk dengan wajah yang tampak lelah. Ia meletakkan tas kerjanya di meja, lalu melepas dasinya, namun tak mengucapkan sepatah kata pun.

Alya menunggu sejenak, lalu memutuskan untuk membuka percakapan. “Revan...” panggilnya pelan, berharap bisa menjalin percakapan.

Revan menoleh, mengangguk sedikit sebagai tanda bahwa ia mendengarkan.

Alya menatapnya dalam-dalam. “Kenapa kita hidup seperti ini? Seperti dua orang yang tinggal di rumah yang sama, tapi tak pernah benar-benar berbicara lebih dari sekadar kebutuhan sehari-hari?”

Revan menunduk, menghela napas berat. Ia tak tahu harus menjawab apa. “Kamu tahu kenapa kita menikah, Alya,” jawabnya akhirnya, suaranya datar.

“Aku tahu,” jawab Alya cepat, “Karena kontrak.”

Revan memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan diri. “Ya, tapi ada batasnya, Alya. Jangan sampai kamu salah paham,” ujarnya dengan suara yang lebih lembut, namun penuh kelelahan.

Alya menatapnya, matanya penuh harap. “Jadi kita cuma... orang asing di rumah yang sama?” tanyanya, suaranya hampir seperti bisikan.

Revan mengangkat bahu, tak tahu harus menjawab apa. “Aku nggak mau kamu berharap lebih, Alya. Itu hanya akan menyakitkanmu.”

“Aku nggak minta kamu jatuh cinta sekarang,” Alya menjawab dengan lembut. “Aku cuma... ingin kita saling mengerti. Pengertian itu, Rev. Itu yang aku inginkan.”

Revan terdiam sejenak, matanya tetap menatap Alya. Sepertinya ia sedang memproses kata-katanya. Akhirnya, ia membuka mulutnya lagi, suaranya lebih pelan. “Aku bukan orang yang mudah percaya, Alya.”

“Aku nggak akan menghakimi kamu, Rev,” Alya menjawab dengan suara lembut. “Aku cuma ingin kita jujur satu sama lain. Itu saja.”

Revan menghela napas lagi, kemudian menyandarkan tubuhnya ke sofa. “Aku capek, Alya. Capek berharap. Setiap kali aku mencoba membuka hati, ujung-ujungnya hanya luka.”

Alya mendekat, duduk di sampingnya. “Aku nggak akan maksa kamu berubah, Rev. Aku cuma mau kita mulai pelan-pelan,” ucapnya dengan penuh pengertian.

Revan menatap tangannya yang saling mengait, seolah mencari kekuatan di sana. “Kalau aku gagal bikin kamu bahagia, gimana?”

Alya menatapnya dengan lembut. “Aku nggak datang buat menuntut, Rev,” jawabnya. “Aku cuma ingin kita berjalan bersama. Coba aja dulu.”

Revan menatap Alya, seolah mencari tahu apakah Alya benar-benar serius. Beberapa detik berlalu, dan akhirnya, dia mengangguk sedikit.

“Aku nggak janji apa-apa,” katanya pelan.

“Aku nggak butuh janji,” balas Alya dengan lembut. “Aku cuma butuh kamu mencoba. Itu sudah cukup.”

Revan menunduk, lalu perlahan mengangkat wajahnya. Seulas senyum tipis muncul di bibirnya. Senyum itu kecil, hampir tak terlihat, tapi cukup untuk memberi harapan pada Alya.

Keheningan beberapa detik melintas, namun kali ini terasa berbeda. Alya bisa merasakannya, sebuah perubahan kecil. Revan mulai membuka sedikit hatinya. Mungkin ini adalah langkah pertama yang selama ini ia tunggu-tunggu.

Revan akhirnya berdiri dan berjalan menuju jendela. Langit mulai menguning, menandakan sore yang akan segera berakhir. Ia menatapnya sejenak, lalu berkata, “Aku nggak tahu gimana caranya untuk mempercayai seseorang lagi.”

Alya berdiri dan mendekat. “Aku nggak minta kamu langsung percaya, Rev,” katanya dengan lembut. “Kita mulai dari sini. Pelan-pelan saja.”

Revan diam, hanya ada angin yang berhembus pelan di luar jendela. Alya bisa mendengar desiran angin yang meresap ke dalam hatinya. Ia tahu, bahwa untuk Revan, segala hal membutuhkan waktu.

“Kalau kamu capek, ngomong aja,” kata Alya setelah beberapa saat, memecah keheningan. “Jangan dipendam sendiri.”

Revan melirik ke arah Alya, dan kali ini matanya sedikit lebih lembut. “Aku... aku bakal coba, Alya,” jawabnya pelan.

Alya tersenyum kecil, merasa sedikit lega mendengar jawaban itu. “Itu sudah cukup buat aku,” ucapnya.

Revan tak mengucapkan kata-kata lagi, tetapi langkahnya kembali mendekat ke Alya. Tidak ada kata janji, hanya sedikit pengertian yang mereka bagikan. Itu sudah lebih dari cukup bagi Alya.

Hari itu, sesuatu yang tak terucap menjadi lebih jelas. Meskipun jalannya masih panjang, Alya merasa sedikit lebih dekat dengan Revan. Tidak sempurna, tapi ada harapan yang mulai tumbuh di antara mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   SIKAP REVAN SEDIKIT BERUBAH

    Bab 4 – Titik Balik yang Tak TerdugaRevan masuk ke dalam rumah, tampak lelah. Alya duduk di ruang tamu, memegang buku, matanya mengikuti kata-kata di halaman, tetapi pikirannya jauh.“Alya,” panggil Revan dengan suara berat.Alya menurunkan bukunya, menatap Revan yang masuk. “Ada apa, Rev?”Revan menggelengkan kepala, mengusap wajahnya. “Gak ada, masalah kantor aja.”Alya melangkah mendekat. “Revan, ada yang lebih besar kan,rev? Kamu kelihatan beda.”Revan menatapnya sekilas, kemudian memalingkan muka. “Aku gak mau kamu ikut campur.”Alya tidak bergerak. “Kenapa? Aku istrimu, Rev. Setidaknya kasih tahu aku sedikit.”“Percuma,” jawab Revan dengan suara datar. “Kamu gak bakal ngerti.”Alya mendekat, berdiri di sampingnya. “Kenapa kamu selalu seperti ini? Aku bisa bantu kalau kamu mau bicara.”Revan terdiam sejenak, matanya beralih ke ponselnya yang bergetar. Lalu dia berbalik, melangkah ke pintu.“Aku gak bisa tinggal diam, Rev,” kata Alya, mengikuti langkahnya. “Apa yang terjadi?”Rev

    Last Updated : 2025-04-24
  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   APA YANG DISEMBUNYIKAN REVAN?

    Bab 5 – Cinta yang TertahanMinggu-minggu berlalu dengan cepat. Revan dan Alya semakin sering berbicara, meskipun hanya hal-hal ringan. Namun, Alya merasa ada yang berubah dalam dirinya—perasaannya mulai lebih dalam. Setiap kali Revan tersenyum atau berbicara dengan lembut, hatinya berdebar. Ia menyadari betapa besar pengaruh pria itu dalam hidupnya.Suatu malam, setelah seharian bekerja, Revan pulang larut. Alya sudah menyiapkan makan malam, namun ada keheningan yang mengambang di antara mereka. Revan duduk di meja makan, tampak lelah. Udara malam itu terasa berat. Alya duduk di seberangnya, memperhatikan wajah Revan yang nampak lebih tua dari biasanya."Alya, kenapa kamu memandang seperti itu?" tanya Revan, mengangkat pandangannya dan menemukan mata Alya yang penuh perhatian."Aku khawatir. Kamu tidak terlihat seperti biasanya. Ada sesuatu yang mengganggumu, bukan?" jawab Alya, sedikit memiringkan kepala. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati Revan.Revan menatapnya

    Last Updated : 2025-04-24
  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   MASA LALU REVAN

    Bab 6 – Rahasia Masa LaluAlya menatap Revan yang berdiri di depan pintu, wajahnya terlihat jauh berbeda dari biasanya. Bukan dingin atau cuek, tapi lebih seperti... takut. Ada kekhawatiran dalam sorot matanya yang selama ini selalu tampak tajam.“Masalah apa, Revan?” tanya Alya pelan, nyaris berbisik. “Apa maksudmu dengan ‘bisa menghancurkan kita berdua’?”Revan berjalan pelan mendekat, lalu duduk di ujung tempat tidur. Dia menunduk, memainkan jari-jarinya sendiri, seolah mencari keberanian untuk bicara.“Aku pernah mencintai seseorang dengan sepenuh hati, Alya,” akhirnya dia membuka suara. “Namanya Nayla. Kami hampir menikah.”Alya terdiam. Ini pertama kalinya Revan menyebut nama perempuan lain, dan hatinya bergetar tak karuan. Tapi dia tetap diam, mencoba mendengarkan dengan tenang.“Tapi dia meninggal. Kecelakaan,” lanjut Revan, suaranya serak. “Dan aku merasa... itu salahku.”Alya mengernyit. “Kenapa kamu merasa bersalah?”Revan menatap dinding kosong di depannya. “Karena saat it

    Last Updated : 2025-04-24
  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   CEO GALAK YANG LULUH

    Bab 7 – Antara Kontrak dan PerasaanPagi itu, Alya bangun lebih awal dari biasanya. Dia masih belum terbiasa tidur di kamar mewah dengan kasur empuk dan seprai putih bersih seperti hotel bintang lima. Namun, malam sebelumnya terasa berbeda. Setelah semua yang terjadi, pelukan hangat Revan, dan ciuman di kening itu... rasanya bukan cuma sekadar sepasang kekasih kontrak lagi.Alya melirik ke sebelah,yaitu ke tempat dimana biasanya Revan tidur. Tetapi Kosong.Alya bangkit, berjalan keluar kamar. Suara dentingan dari dapur membuatnya mengernyit.Jangan-jangan...“Revan?” panggilnya pelan sambil mengintip ke dapur.Ternyata benar. Revan berdiri di sana, dengan celemek di badan, dan satu panci sup yang sedang dipanaskan.Alya menahan senyum. “CEO dingin ternyata bisa masak juga?”Revan menoleh, tampak agak gugup. “Cuma sup ayam. Gampang kok. Aku pikir kamu butuh sesuatu yang anget pagi ini.”Alya menghampiri, berdiri di sebelahnya. “Tumben perhatian banget. Biasanya kamu nyuruh Mbak Sari aj

    Last Updated : 2025-04-24
  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   SOSOK PELAKOR

    Bab 8 – Musuh Dalam SelimutPagi itu, rumah Revan terasa berbeda. Alya duduk di meja makan, menatap semangkuk sup buatan Mbak Sari. Tangannya bermain-main dengan sendok, matanya kosong."Kenapa ngelamun?" suara Revan tiba-tiba terdengar.Alya menoleh, melihat Revan baru turun dengan jas rapi dan rambut klimis. CEO mode: on."Aku cuma mikirin... siapa yang bisa ngelakuin itu. Maksudku, surat kontrak itu kan nggak banyak orang yang tahu, kan?" tanya Alya.Revan duduk di sebelahnya, mengambil cangkir kopi. "Iya. Yang tahu soal kontrak itu cuma aku, kamu, pengacara pribadi, dan... satu orang lagi."Alya menatapnya. "Siapa?""Sekretarisku. Karin," jawab Revan pelan, matanya tajam menatap Alya.Alya terdiam. Nama itu... Karin. Ada yang mengganggu dirinya sejak awal."Menurutmu... dia yang bocorin?" tanya Alya."Aku belum yakin. Tapi aku bakal cari tahu. Hari ini aku minta IT perusahaan lacak sumber email yang masuk ke dewan. Kalau benar dia yang ngelakuin, aku nggak bakal segan-segan."Di k

    Last Updated : 2025-04-24
  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   MENGAMBIL KEPUTUSAN

    Bab 9 – Keputusan Berat Pagi itu, suasana rumah Revan kembali terasa tegang. Alya berjalan mondar-mandir di ruang tamu, sementara Revan duduk di sofa, memandangi layar ponselnya. "Kamu yakin mau langsung pecat dia hari ini?" tanya Alya ragu. Revan mengangguk tegas. "Nggak ada pilihan lain, Alya. Ini soal kepercayaan. Sekali dia ngelakuin itu, nggak akan ada jaminan dia berhenti." Alya menghela napas. "Aku cuma takut... dia makin nekat setelah ini." Revan berdiri, mendekati Alya, lalu memegang pundaknya. "Selama kita satu suara, nggak ada yang perlu ditakutin." Alya tersenyum tipis. "Aku percaya sama kamu, Rev." Revan mengecup kening Alya sekilas, lalu mengambil jasnya. "Gue berangkat dulu. Doain gue, ya." "Selalu." --- Di kantor, Revan berjalan cepat menuju ruangannya. Semua karyawan menunduk, suasana mencekam. Berita soal adanya masalah internal sudah beredar, meski belum jelas siapa yang terlibat. Karin sudah menunggu di ruangannya, berdiri dengan wajah tegang. "Pak Reva

    Last Updated : 2025-05-05
  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK

    BAB 1Alya berdiri dengan ragu di depan penghulu. Gaun putihnya tampak basah kuyup oleh hujan yang turun begitu deras. Suasana di sekitarnya terasa sunyi, hanya ada suara gemuruh hujan yang menyelimuti ruang."Selamat ya, kamu sekarang sudah resmi jadi istrinya Revan Alvaro," ucap penghulu dengan senyum tipis.Alya hanya mengangguk pelan, tak mampu berkata apa-apa. Matanya kosong, seolah tidak bisa melihat apa yang ada di hadapannya.Revan, yang berdiri di sampingnya, hanya diam. Wajahnya datar, tak ada ekspresi apapun yang tampak."Selamat," bisik seseorang dari belakang. "Ini demi keluarga kamu, Alya."Alya kembali mengangguk, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh.Revan yang sudah menunggu, melangkah keluar dari ruang akad. Alya mengikutinya dengan langkah pelan.Di luar, hujan semakin deras. Mereka berjalan menuju mobil, Revan lebih dulu membuka pintu dan masuk. Alya mengikuti tanpa berkata apa-apa.Mobil melaju dalam keheningan yang hampir memekakkan telinga. Sesekali, hanya

    Last Updated : 2025-04-24
  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   RUMAH TANPA KEHANGATAN

    Bab 2 - Rumah Tanpa KehangatanPada pagi setelahnya, suasana apartemen Revan tetap sunyi. Alya membuka matanya perlahan, menatap sekeliling. Itu bukan rumahnya. Ia menarik napas panjang, mengusap wajahnya.Alya berdiri dan keluar dari kamar. Kakinya melangkah ke dapur, berharap menemukan sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya. Di meja makan, Revan sudah duduk dengan setelan kerja abu-abu, menyesap kopi sembari membaca tablet.“Pagi...” sapa Alya ragu.Revan melirik sekejap. "Pagi."Alya menggigit bibir bawahnya, membuka kulkas dan mengambil sebotol susu. Ia duduk di kursi jauh dari Revan, berusaha menenangkan dirinya. Hening.“Revan...” panggil Alya, suaranya hampir seperti bisikan.Revan menoleh. "Ada apa?"Alya menggenggam botol susu. "Aku... boleh kerja?" tanyanya, sedikit gugup."Kerja?" Revan mengulang pertanyaannya.Alya mengangguk. "Aku nggak mau cuma diam di rumah. Aku bisa cari kerja part-time, mungkin di toko buku atau jadi guru les."Revan menatapnya, ekspresinya datar. "

    Last Updated : 2025-04-24

Latest chapter

  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   MENGAMBIL KEPUTUSAN

    Bab 9 – Keputusan Berat Pagi itu, suasana rumah Revan kembali terasa tegang. Alya berjalan mondar-mandir di ruang tamu, sementara Revan duduk di sofa, memandangi layar ponselnya. "Kamu yakin mau langsung pecat dia hari ini?" tanya Alya ragu. Revan mengangguk tegas. "Nggak ada pilihan lain, Alya. Ini soal kepercayaan. Sekali dia ngelakuin itu, nggak akan ada jaminan dia berhenti." Alya menghela napas. "Aku cuma takut... dia makin nekat setelah ini." Revan berdiri, mendekati Alya, lalu memegang pundaknya. "Selama kita satu suara, nggak ada yang perlu ditakutin." Alya tersenyum tipis. "Aku percaya sama kamu, Rev." Revan mengecup kening Alya sekilas, lalu mengambil jasnya. "Gue berangkat dulu. Doain gue, ya." "Selalu." --- Di kantor, Revan berjalan cepat menuju ruangannya. Semua karyawan menunduk, suasana mencekam. Berita soal adanya masalah internal sudah beredar, meski belum jelas siapa yang terlibat. Karin sudah menunggu di ruangannya, berdiri dengan wajah tegang. "Pak Reva

  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   SOSOK PELAKOR

    Bab 8 – Musuh Dalam SelimutPagi itu, rumah Revan terasa berbeda. Alya duduk di meja makan, menatap semangkuk sup buatan Mbak Sari. Tangannya bermain-main dengan sendok, matanya kosong."Kenapa ngelamun?" suara Revan tiba-tiba terdengar.Alya menoleh, melihat Revan baru turun dengan jas rapi dan rambut klimis. CEO mode: on."Aku cuma mikirin... siapa yang bisa ngelakuin itu. Maksudku, surat kontrak itu kan nggak banyak orang yang tahu, kan?" tanya Alya.Revan duduk di sebelahnya, mengambil cangkir kopi. "Iya. Yang tahu soal kontrak itu cuma aku, kamu, pengacara pribadi, dan... satu orang lagi."Alya menatapnya. "Siapa?""Sekretarisku. Karin," jawab Revan pelan, matanya tajam menatap Alya.Alya terdiam. Nama itu... Karin. Ada yang mengganggu dirinya sejak awal."Menurutmu... dia yang bocorin?" tanya Alya."Aku belum yakin. Tapi aku bakal cari tahu. Hari ini aku minta IT perusahaan lacak sumber email yang masuk ke dewan. Kalau benar dia yang ngelakuin, aku nggak bakal segan-segan."Di k

  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   CEO GALAK YANG LULUH

    Bab 7 – Antara Kontrak dan PerasaanPagi itu, Alya bangun lebih awal dari biasanya. Dia masih belum terbiasa tidur di kamar mewah dengan kasur empuk dan seprai putih bersih seperti hotel bintang lima. Namun, malam sebelumnya terasa berbeda. Setelah semua yang terjadi, pelukan hangat Revan, dan ciuman di kening itu... rasanya bukan cuma sekadar sepasang kekasih kontrak lagi.Alya melirik ke sebelah,yaitu ke tempat dimana biasanya Revan tidur. Tetapi Kosong.Alya bangkit, berjalan keluar kamar. Suara dentingan dari dapur membuatnya mengernyit.Jangan-jangan...“Revan?” panggilnya pelan sambil mengintip ke dapur.Ternyata benar. Revan berdiri di sana, dengan celemek di badan, dan satu panci sup yang sedang dipanaskan.Alya menahan senyum. “CEO dingin ternyata bisa masak juga?”Revan menoleh, tampak agak gugup. “Cuma sup ayam. Gampang kok. Aku pikir kamu butuh sesuatu yang anget pagi ini.”Alya menghampiri, berdiri di sebelahnya. “Tumben perhatian banget. Biasanya kamu nyuruh Mbak Sari aj

  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   MASA LALU REVAN

    Bab 6 – Rahasia Masa LaluAlya menatap Revan yang berdiri di depan pintu, wajahnya terlihat jauh berbeda dari biasanya. Bukan dingin atau cuek, tapi lebih seperti... takut. Ada kekhawatiran dalam sorot matanya yang selama ini selalu tampak tajam.“Masalah apa, Revan?” tanya Alya pelan, nyaris berbisik. “Apa maksudmu dengan ‘bisa menghancurkan kita berdua’?”Revan berjalan pelan mendekat, lalu duduk di ujung tempat tidur. Dia menunduk, memainkan jari-jarinya sendiri, seolah mencari keberanian untuk bicara.“Aku pernah mencintai seseorang dengan sepenuh hati, Alya,” akhirnya dia membuka suara. “Namanya Nayla. Kami hampir menikah.”Alya terdiam. Ini pertama kalinya Revan menyebut nama perempuan lain, dan hatinya bergetar tak karuan. Tapi dia tetap diam, mencoba mendengarkan dengan tenang.“Tapi dia meninggal. Kecelakaan,” lanjut Revan, suaranya serak. “Dan aku merasa... itu salahku.”Alya mengernyit. “Kenapa kamu merasa bersalah?”Revan menatap dinding kosong di depannya. “Karena saat it

  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   APA YANG DISEMBUNYIKAN REVAN?

    Bab 5 – Cinta yang TertahanMinggu-minggu berlalu dengan cepat. Revan dan Alya semakin sering berbicara, meskipun hanya hal-hal ringan. Namun, Alya merasa ada yang berubah dalam dirinya—perasaannya mulai lebih dalam. Setiap kali Revan tersenyum atau berbicara dengan lembut, hatinya berdebar. Ia menyadari betapa besar pengaruh pria itu dalam hidupnya.Suatu malam, setelah seharian bekerja, Revan pulang larut. Alya sudah menyiapkan makan malam, namun ada keheningan yang mengambang di antara mereka. Revan duduk di meja makan, tampak lelah. Udara malam itu terasa berat. Alya duduk di seberangnya, memperhatikan wajah Revan yang nampak lebih tua dari biasanya."Alya, kenapa kamu memandang seperti itu?" tanya Revan, mengangkat pandangannya dan menemukan mata Alya yang penuh perhatian."Aku khawatir. Kamu tidak terlihat seperti biasanya. Ada sesuatu yang mengganggumu, bukan?" jawab Alya, sedikit memiringkan kepala. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati Revan.Revan menatapnya

  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   SIKAP REVAN SEDIKIT BERUBAH

    Bab 4 – Titik Balik yang Tak TerdugaRevan masuk ke dalam rumah, tampak lelah. Alya duduk di ruang tamu, memegang buku, matanya mengikuti kata-kata di halaman, tetapi pikirannya jauh.“Alya,” panggil Revan dengan suara berat.Alya menurunkan bukunya, menatap Revan yang masuk. “Ada apa, Rev?”Revan menggelengkan kepala, mengusap wajahnya. “Gak ada, masalah kantor aja.”Alya melangkah mendekat. “Revan, ada yang lebih besar kan,rev? Kamu kelihatan beda.”Revan menatapnya sekilas, kemudian memalingkan muka. “Aku gak mau kamu ikut campur.”Alya tidak bergerak. “Kenapa? Aku istrimu, Rev. Setidaknya kasih tahu aku sedikit.”“Percuma,” jawab Revan dengan suara datar. “Kamu gak bakal ngerti.”Alya mendekat, berdiri di sampingnya. “Kenapa kamu selalu seperti ini? Aku bisa bantu kalau kamu mau bicara.”Revan terdiam sejenak, matanya beralih ke ponselnya yang bergetar. Lalu dia berbalik, melangkah ke pintu.“Aku gak bisa tinggal diam, Rev,” kata Alya, mengikuti langkahnya. “Apa yang terjadi?”Rev

  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   BERDIAM SEPI

    Bab 3 – Batasan yang Tak TerucapPagi itu, Alya terbangun lebih awal, merasakan kesunyian di rumah yang seolah begitu besar tanpa suara. Revan sudah siap di depan pintu, mengenakan jas abu-abu yang tampak rapi, meskipun ekspresinya datar dan lelah.Alya, yang masih setengah terbangun, menatapnya. “Revan, kamu pergi kemana?” tanyanya pelan, mencoba memecah keheningan.“Alya, aku pergi seharian,” jawab Revan singkat, matanya tak menatap Alya.Alya mengangguk. “Iya, hati-hati di jalan,” jawabnya, suaranya hampir terdengar hilang dalam keheningan pagi itu.Revan hanya mengangguk, lalu berbalik dan pergi. Alya hanya berdiri di tempat, menatap punggungnya yang semakin jauh, hingga tak terlihat lagi.Beberapa jam berlalu, suasana di rumah terasa sunyi. Alya duduk di ruang tengah, menatap layar ponselnya yang kosong. Tidak ada pesan, tidak ada panggilan masuk. Perasaan kosong itu semakin terasa."Apa aku nggak penting?" gumamnya pelan pada dirinya sendiri. Ia menarik napas panjang, mencoba me

  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   RUMAH TANPA KEHANGATAN

    Bab 2 - Rumah Tanpa KehangatanPada pagi setelahnya, suasana apartemen Revan tetap sunyi. Alya membuka matanya perlahan, menatap sekeliling. Itu bukan rumahnya. Ia menarik napas panjang, mengusap wajahnya.Alya berdiri dan keluar dari kamar. Kakinya melangkah ke dapur, berharap menemukan sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya. Di meja makan, Revan sudah duduk dengan setelan kerja abu-abu, menyesap kopi sembari membaca tablet.“Pagi...” sapa Alya ragu.Revan melirik sekejap. "Pagi."Alya menggigit bibir bawahnya, membuka kulkas dan mengambil sebotol susu. Ia duduk di kursi jauh dari Revan, berusaha menenangkan dirinya. Hening.“Revan...” panggil Alya, suaranya hampir seperti bisikan.Revan menoleh. "Ada apa?"Alya menggenggam botol susu. "Aku... boleh kerja?" tanyanya, sedikit gugup."Kerja?" Revan mengulang pertanyaannya.Alya mengangguk. "Aku nggak mau cuma diam di rumah. Aku bisa cari kerja part-time, mungkin di toko buku atau jadi guru les."Revan menatapnya, ekspresinya datar. "

  • ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK   ISTRI KONTRAK SANG CEO GALAK

    BAB 1Alya berdiri dengan ragu di depan penghulu. Gaun putihnya tampak basah kuyup oleh hujan yang turun begitu deras. Suasana di sekitarnya terasa sunyi, hanya ada suara gemuruh hujan yang menyelimuti ruang."Selamat ya, kamu sekarang sudah resmi jadi istrinya Revan Alvaro," ucap penghulu dengan senyum tipis.Alya hanya mengangguk pelan, tak mampu berkata apa-apa. Matanya kosong, seolah tidak bisa melihat apa yang ada di hadapannya.Revan, yang berdiri di sampingnya, hanya diam. Wajahnya datar, tak ada ekspresi apapun yang tampak."Selamat," bisik seseorang dari belakang. "Ini demi keluarga kamu, Alya."Alya kembali mengangguk, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh.Revan yang sudah menunggu, melangkah keluar dari ruang akad. Alya mengikutinya dengan langkah pelan.Di luar, hujan semakin deras. Mereka berjalan menuju mobil, Revan lebih dulu membuka pintu dan masuk. Alya mengikuti tanpa berkata apa-apa.Mobil melaju dalam keheningan yang hampir memekakkan telinga. Sesekali, hanya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status