Home / Rumah Tangga / ISTRI LUPA DIRI / Bab 112: Bangkit Kembali

Share

Bab 112: Bangkit Kembali

Author: Rae Jasmine
last update Last Updated: 2025-06-13 17:44:49

Meski hatinya masih menyimpan luka terhadap masa lalu bersama Adrian, Rachel tahu bahwa keputusannya untuk menelusuri kebenaran ini bukan sekadar karena hubungan pribadi. Ini soal keadilan. Soal nama yang selama ini dituduh macam-macam, tanpa pernah diberi kesempatan membela diri.

Rachel memijit pelipisnya. Pagi itu, dua orang peserta Kelas Harapan datang padanya dan mengatakan mereka ingin mengundurkan diri karena suami mereka melarang. Alasan itu menyakitkan Rachel lebih dari yang bisa ia tunjukkan.

Ia berjalan ke ruang pelatihan, menatap bangku kosong yang tadi pagi biasa diisi oleh dua wanita semangat. “Kita tidak bisa menyelamatkan semua orang,” gumamnya. Tapi ia tahu, ia tidak akan berhenti mencoba.

Beberapa menit kemudian, Martin masuk, membawa sebungkus makanan ringan dan kopi.

“Aku pikir kamu belum makan,” katanya lembut.

Rachel mengangguk lemah. “Aku… tadi bertemu pengacaraku. Semua dokumen itu sah. Adrian benar-benar berniat membongkar apa yang dilakukan ayahmu.”

Martin du
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 156: Kebenaran

    Rachel mengunci map hitam itu ke dalam brankas yang tertanam di dinding ruang kerjanya. Tangannya masih sedikit gemetar, tapi matanya menyala dengan ketegasan yang belum pernah ia tunjukkan sebelumnya. Ancaman Tante Renata bukan hal kecil. Wanita itu dikenal cerdas, licik, dan tidak pernah mundur dalam perebutan kekuasaan.“Pengacara dari luar negeri?” tanya Rachel tanpa menoleh ke Martin yang masih berdiri di ambang pintu.“Ya,” jawab Martin dengan nada berat. “Namanya Adrian Wong, spesialis hukum warisan internasional. Dia sudah mewakili beberapa keluarga konglomerat Asia dalam sengketa besar. Tante Renata membawanya langsung dari Singapura.”Rachel menarik napas dalam. “Dia benar-benar niat ingin merebut warisan itu.”Martin masuk dan duduk di sofa, menatap Rachel dengan pandangan resah. “Tante Renata merasa dilecehkan. Katanya, warisan itu seharusnya milik darah daging langsung, bukan ‘orang luar’ seperti kamu.”Rachel berbalik. “Aku mungkin bukan darah daging keluarga kalian, ta

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 155: Jeda yang Membuka Mata

    Langit Jakarta diselimuti awan kelabu, Rachel duduk di meja makan dengan secangkir teh hangat yang sudah tak lagi mengepul. Pandangannya kosong, pikirannya sibuk memutar kembali pertengkaran hebat semalam dengan Martin. Untuk pertama kalinya, Rachel merasa benar-benar sendiri. Bukan hanya karena Martin tidak tidur sekamar dengannya tadi malam, tapi karena untuk pertama kalinya dalam hidup, ia mempertanyakan seluruh pilihannya—dari keputusan menikah, membangun butik, hingga mengabaikan berbagai peringatan soal orang-orang di sekelilingnya. Suara langkah kaki Mama yang mendekat membuat Rachel tersadar. Ia cepat-cepat menyeka pipinya, mencoba menyembunyikan bekas air mata yang masih hangat. “Kamu nggak tidur semalaman?” tanya Mama lembut, sambil menuangkan teh baru untuk dirinya sendiri. Rachel hanya menggeleng. “Kalian bertengkar lagi?” Rachel mengangguk, lirih. “Martin makin nggak bisa dipercaya, Ma. Aku udah berusaha sabar, tapi dia terlalu banyak menyembunyikan sesuatu dar

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 154: Janji yang Belum Tuntas

    Suasana di dalam mobil terasa hening setelah mereka meninggalkan kantor notaris. Rachel menatap ke luar jendela, menyaksikan lalu lintas Jakarta yang padat, namun pikirannya justru dipenuhi pertanyaan yang tak kunjung terjawab.“Aku benar-benar nggak tahu soal warisan itu, Rachel. Percayalah, aku nggak pernah menikahimu karena ada motif seperti itu,” kata Martin akhirnya, memecah keheningan.Rachel menoleh perlahan, tersenyum tipis. “Aku tahu, Martin. Tapi tetap saja… rasanya seperti semuanya sudah diatur bahkan sebelum kita tahu apa-apa.”Martin menggenggam tangan istrinya, mencoba meyakinkan. “Yang penting kita ada di sini sekarang. Bersama. Aku cuma nggak mau masa lalu keluargaku mengganggu hidup kita yang sedang kita bangun dari nol.”Rachel mengangguk. Tapi jauh di lubuk hatinya, perasaan tak tenang itu belum juga pergi. Apalagi sejak Martin menyebut nama pengacara lama keluarga. Rachel merasa, ada lebih banyak hal yang belum diungkap dari keluarga besar suaminya.Setibanya di b

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 153: Harga Sebuah Kesempatan

    Langit pagi itu sedikit mendung, namun suasana di butik Rachel justru dipenuhi oleh semangat baru. Rachel berdiri di depan cermin besar, mengenakan rancangan terbaru yang akan ia tampilkan dalam sesi pemotretan katalog online. Warna biru muda gaun itu membuat kulitnya tampak lebih cerah, dan ia tampak berbeda—lebih percaya diri, lebih tegar, lebih dewasa dari perempuan yang dulu hanya berdiri di balik kasir butik kecil bersama ibunya.“Gaun ini sempurna untuk katalog. Kamu cocok sekali mengenakannya,” puji Clara sambil menyesuaikan lipstik Rachel.Rachel tersenyum, namun di matanya ada gurat kelelahan. Bukan karena fisik, tapi batin. Sejak pertemuannya kembali dengan Andra beberapa hari lalu, pikirannya belum benar-benar tenang. Andra, pria dari masa lalunya, kini muncul kembali saat ia dan Martin tengah memperbaiki kembali puing-puing rumah tangga mereka.Martin sendiri belum tahu soal pertemuan itu. Rachel belum punya keberanian untuk jujur, bukan karena ingin menyembunyikan sesuat

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 152: Pilihan yang Tak Bisa Dielak

    Pagi itu, udara di sekitar rumah Rachel terasa lebih dingin dari biasanya. Matahari belum sepenuhnya naik, tapi Rachel sudah duduk di meja kerjanya dengan secangkir kopi yang hampir tak tersentuh. Matanya terpaku pada dokumen-dokumen yang baru saja ia temukan di lemari rahasia peninggalan Adrian. Setiap lembaran terasa seperti potongan teka-teki yang selama ini ia cari—jawaban dari semua kegelisahan dan konflik yang menghantuinya selama berbulan-bulan.Martin baru saja bangun dan berdiri di ambang pintu ruang kerja. Rambutnya masih berantakan, dan mata kantuknya langsung berubah tajam saat melihat ekspresi wajah istrinya.“Rachel? Kamu belum tidur semalaman?” tanyanya khawatir.Rachel menoleh perlahan. “Aku menemukan sesuatu… yang bisa mengubah segalanya.”Martin masuk, duduk di sebelahnya. Ia menatap dokumen yang terbuka di atas meja—laporan audit lama, surat wasiat yang tak pernah sampai ke tangan keluarga, dan fotokopi catatan tangan Adrian yang menjelaskan penggelapan dana besar-

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 151: Antara Dua Kepercayaan

    Rachel berjalan menyusuri lorong kantor tempat Martin bekerja. Hari ini ia memberanikan diri untuk datang langsung ke perusahaan, bukan hanya sebagai istri direktur utama, tetapi sebagai wanita yang ingin mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di balik bisnis keluarga ini.Dengan langkah tegas, ia tiba di depan ruang arsip lama. Seorang staf administratif yang mengenalnya menyapa dengan sopan, namun Rachel hanya tersenyum tipis. “Saya butuh akses ke semua arsip keuangan dan proyek milik perusahaan dari tahun 2010 sampai 2015. Atas izin Martin.”Staf itu sedikit bingung, tapi Rachel menunjukkan pesan singkat dari Martin di ponselnya. “Silakan, Bu. Tapi mungkin akan butuh waktu untuk membuka lemari besi data digital. Banyak yang sudah diarsipkan manual dan offline.”“Tak masalah. Saya tunggu,” jawab Rachel sambil duduk di kursi kecil dekat rak.Sementara staf tersebut menyiapkan kunci dan kartu akses, Rachel duduk dengan dada sesak. Hatinya penuh tanya: Apakah selama ini perusahaan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status