Home / Rumah Tangga / ISTRI LUPA DIRI / Bab 8: Pengkhianatan

Share

Bab 8: Pengkhianatan

Author: Rae Jasmine
last update Last Updated: 2025-03-07 11:31:28

Rachel duduk di ruang kerja Martin dengan tatapan kosong. Semua yang ia miliki kini terasa hampa.

Sejak menikah dengan Martin, hidupnya berubah drastis. Dari seorang gadis miskin yang kesulitan makan sehari-hari, ia kini hidup bergelimang harta. Gaun-gaun mahal menggantung rapi di lemarinya, perhiasan berkilauan mengelilingi tubuhnya, dan semua yang ia impikan kini ada di genggamannya.

Namun, ada satu hal yang tidak ia sadari. Hatinya mulai berubah.

Dulu, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan melupakan keluarganya. Namun, setelah terbiasa dengan kehidupan mewah, ia mulai menjaga jarak.

Ibunya yang dulu selalu menemaninya dalam kesulitan, kini hanya mendapat sapaan singkat setiap beberapa minggu. Adik-adiknya yang dulu sering kelaparan bersamanya, kini hanya bisa melihatnya dari jauh.

Rachel telah melupakan asal-usulnya.

Martin, meskipun sadar akan perubahan Rachel, tidak pernah menegurnya secara langsung. Ia mencintai istrinya, terlepas dari segala kekurangannya.

Namun, semuanya berubah ketika Martin jatuh sakit.

Martin didiagnosis dengan penyakit yang membuatnya semakin lemah setiap hari. Tubuhnya yang dulu tegap kini terlihat kurus dan pucat.

Rachel, bukannya merasa iba, justru mulai merasa kesal.

“Untuk apa aku menikah dengan pria kaya jika pada akhirnya ia hanya akan menjadi beban?” pikirnya.

Hari demi hari, ia semakin menjaga jarak. Ia lebih sering keluar rumah, menghadiri pesta, dan menghabiskan waktu dengan teman-teman barunya yang juga berasal dari kalangan atas.

Ia bahkan mulai mengambil alih aset-aset Martin—menjual beberapa properti tanpa sepengetahuan suaminya, menggunakan rekeningnya untuk membeli barang-barang mewah, dan bahkan berencana menguasai seluruh kekayaan Martin sebelum semuanya terlambat.

Martin, yang semakin lemah, mulai menyadari ada yang tidak beres.

Suatu malam, ia memanggil Rachel ke kamar.

“Rachel…” suaranya lemah, tetapi masih penuh kasih sayang. “Aku ingin berbicara denganmu.”

Rachel, yang baru saja pulang dari sebuah pesta, hanya menghela napas. “Apa lagi?”

Martin tersenyum pahit. “Apa aku masih berarti bagimu?”

Rachel terdiam.

Dulu, ia akan langsung menggenggam tangan suaminya dan menangis. Namun sekarang, yang ia rasakan hanyalah kejengkelan.

“Jangan bicara hal-hal yang tidak perlu,” katanya datar. “Kamu harus istirahat.”

Martin menatap mata istrinya dalam-dalam. “Aku tahu kau telah berubah.”

Rachel merasa jantungnya berdegup lebih cepat.

“Aku tahu kau mulai menjauh dariku,” lanjut Martin. “Dan aku juga tahu kau telah mengambil sebagian hartaku.”

Rachel terkejut, tetapi ia segera menutupi ekspresinya.

“Kamu hanya berhalusinasi karena sakit,” katanya dengan nada ringan.

Namun, Martin hanya tersenyum kecil. “Aku tidak sebodoh itu, Rachel.”

Rachel menelan ludah.

“Kamu pikir aku tidak tahu kalau kau menjual villa di Bali? Atau menggunakan uang di rekeningku untuk membeli perhiasan?” Martin berbicara dengan tenang, tetapi kata-katanya seperti pisau yang menusuk langsung ke hati Rachel.

Rachel membuka mulutnya untuk membantah, tetapi ia tahu tidak ada gunanya. Martin telah mengetahui segalanya.

Namun, alih-alih merasa bersalah, ia justru merasa marah.

Mengapa Martin harus mengetahuinya sekarang? Mengapa ia tidak bisa terus sakit dan membiarkannya mengambil alih segalanya?

Rachel mengangkat dagunya. “Jadi, apa yang akan kamu lakukan?”

Martin menatapnya dengan penuh kesedihan. “Aku hanya ingin tahu… apa kau benar-benar tidak peduli padaku lagi?”

Rachel terdiam. Ada bagian kecil dalam hatinya yang masih ingin mengatakan bahwa ia peduli. Bahwa ia masih mencintai Martin.

Namun, keserakahannya telah menguasai segalanya.

“Martin,” katanya akhirnya. “Kamu sakit. Kamu seharusnya tidak terlalu memikirkan hal-hal seperti ini.”

Martin menghela napas. “Baiklah. Jika itu yang kau pikirkan…”

Ia menatap langit-langit kamar. “Aku hanya berharap kau tidak menyesal nanti.”

Rachel mengabaikan kata-kata itu. Baginya, yang penting adalah bagaimana ia bisa mengambil sisa harta Martin secepat mungkin.

Namun, ia tidak pernah menyangka bahwa karma akan datang lebih cepat dari dugaannya.

Keesokan harinya, dalam perjalanan menuju butik mahal untuk berbelanja, Rachel mengalami kecelakaan.

Mobilnya melaju kencang di jalanan sepi ketika tiba-tiba sebuah truk besar muncul dari arah berlawanan. Sopirnya mencoba menghindar, tetapi semuanya terjadi terlalu cepat.

BRAK!!

Benturan keras mengguncang seluruh mobil. Rachel menjerit sebelum semuanya berubah menjadi gelap.

Rachel terbangun di rumah sakit dengan tubuh penuh luka. Kepalanya berdenyut, dan ia merasa kesulitan mengingat apa yang telah terjadi.

Saat matanya terbuka sepenuhnya, ia melihat Martin duduk di samping ranjangnya.

Rachel mengerjap. “Kamu…?”

Martin tersenyum kecil. “Akhirnya kau sadar.”

Rachel merasa kepalanya berputar. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum kecelakaan, tetapi yang muncul di pikirannya hanyalah perasaan bersalah yang luar biasa.

Ia menatap Martin dengan mata berkaca-kaca. “Aku… aku telah membuat kesalahan.”

Martin tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menggenggam tangan Rachel dengan lembut.

“Aku sadar sekarang,” bisik Rachel. “Aku telah melupakan segalanya… aku telah mengabaikan keluargaku… aku telah menyakitimu…”

Martin menghela napas. “Rachel, aku tahu.”

Rachel menatapnya dengan air mata mengalir. “Apakah kamu masih mau memaafkanku?”

Martin diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. “Aku mencintaimu, Rachel. Aku hanya ingin kau kembali menjadi dirimu yang dulu.”

Rachel menangis semakin deras. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa benar-benar menyesal.

Namun, sebelum ia bisa mengatakan lebih banyak, pintu kamar rumah sakit terbuka.

Seorang pria masuk dengan langkah tegas.

Rachel mengangkat kepalanya, dan matanya melebar.

Itu Leonard.

Siapa dia? Kenapa dia ada di sini?

Martin menatap pria itu dengan ekspresi tegang. “Apa yang kau lakukan di sini?”

Leonard hanya tersenyum dingin. “Aku datang untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku.”

Rachel menahan napas.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 79: Bukan Sekedar Kurir

    Sudah hampir dua minggu sejak Dali Malik mulai bekerja di butik Rachel. Sejauh ini, kinerjanya tidak mengecewakan. Ia bekerja tepat waktu, mengantarkan paket tanpa keluhan, dan selalu bersikap sopan kepada Rachel maupun staf lainnya.Rachel merasa lega karena beban pekerjaan semakin terbagi. Kehadirannya memungkinkan Rachel untuk lebih fokus mengelola desain dan produksi pakaian, juga menjalin kerja sama dengan vendor-vendor baru. Outlet yang ia kelola di salah satu mal ternama Jakarta kini menjadi sorotan banyak pelanggan. Bisnis berjalan lancar, dan setiap hari orderan online terus membludak.Namun, ada satu hal yang perlahan-lahan mulai mengganggu pikirannya. Beberapa kali, ia menangkap tatapan aneh dari Dali. Bukan tatapan menggoda atau tidak sopan—melainkan seperti tatapan seseorang yang menyimpan rahasia. Tapi Rachel selalu mengabaikannya. Ia mengira itu hanya prasangkanya saja.Suatu sore, Martin datang menjemput Rachel sepulang kerja. Saat ia menunggu di parkiran belakang mal,

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 77: Kehidupan Yang Lebih Baik

    Seiring berjalannya waktu, kondisi Rachel semakin membaik. Ia rutin meminum obat yang diresepkan dokter, dan ingatannya perlahan mulai stabil. Rasa pusing yang sering menyerangnya kini berkurang, dan ia mulai merasa seperti dirinya yang dulu. Setiap pagi, Martin selalu mengingatkan Rachel untuk tidak melewatkan obatnya. Ia bahkan menyusun alarm di ponselnya agar tak ada satu pun dosis yang terlewat. Perhatian Martin membuat Rachel semakin yakin bahwa suaminya adalah pria terbaik yang pernah hadir dalam hidupnya. Ia memandangi wajah Martin yang tengah sibuk di ruang kerja. Walaupun lahir dari keluarga kaya raya, pria itu tidak pernah memandangnya rendah. Martin selalu menerima dirinya apa adanya, bahkan ketika ia dulu sempat lupa diri dan berubah menjadi orang yang berbeda. Rachel menggigit bibirnya, merasa sedikit bersalah. Dulu, ia terlalu sibuk menikmati kemewahan dan mengabaikan banyak hal penting, termasuk suaminya sendiri. Tapi sekarang, ia ingin menjadi pribadi yang lebih b

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 76: Tertundanya Pencarian

    Pagi itu, Martin membangunkan Rachel lebih awal dari biasanya.“Rachel, bangun. Kita harus ke rumah sakit hari ini,” katanya lembut sambil menggoyangkan bahu istrinya.Rachel mengerjap pelan, matanya masih terasa berat. Kepalanya berdenyut, dan sebagian ingatannya masih terasa kabur. Ia sempat lupa bahwa hari ini adalah jadwal kontrolnya.Martin membantu Rachel duduk di tempat tidur. “Kita harus pastikan kondisimu benar-benar stabil. Setelah itu, kamu bisa kembali minum obat dengan teratur.”Rachel mengangguk lemah. Ia tahu Martin sangat mengkhawatirkannya. Sejak kecelakaan itu, suaminya semakin protektif, bahkan ia merasa Martin lebih sering memperhatikannya dibanding dirinya sendiri.Setelah tiba di rumah sakit, dokter melakukan pemeriksaan menyeluruh. Rachel menjalani beberapa tes untuk memastikan kondisinya, terutama mengenai ingatannya yang masih belum sepenuhnya pulih.“Sejauh ini, kondisinya cukup stabil,” kata dokter sambil menuliskan sesuatu di buku catatan medis. “Tapi efek

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 75: Separuh Ingatan yang Hilang

    Sejak kepulangannya dari rumah sakit sebulan lalu, Rachel menjalani hari-harinya dengan lebih tenang. Martin kembali fokus pada perusahaannya yang sempat terguncang, sementara ia sendiri lebih banyak beristirahat di rumah, mengikuti saran dokter agar tubuhnya bisa pulih sepenuhnya.Setiap hari, ia rutin mengonsumsi obat yang diresepkan dokter. Namun, pagi ini, sesuatu terasa berbeda. Saat ia membuka laci tempat menyimpan obatnya, botol itu kosong. Rachel terdiam, mencoba mengingat kapan terakhir kali ia kontrol ke rumah sakit.“Oh… seharusnya aku kontrol hari ini,” gumamnya pelan.Namun, tubuhnya terasa terlalu lemas untuk bergerak. Kepala mulai berdenyut perlahan, lalu semakin tajam seiring berjalannya waktu.Sementara itu, Martin baru saja menyelesaikan rapat di kantornya. Setelah sempat absen selama berminggu-minggu karena kecelakaan, ia harus bekerja ekstra keras untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul di perusahaan. Beberapa orang bahkan mencoba mengambil kesempatan saat diri

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 74: Ada Yang Berbeda

    Hari kedua di rumah sakit, Rachel mulai menyadari sesuatu yang mengganggu dirinya. Ada bagian dari ingatannya yang terasa kabur—tidak sepenuhnya hilang, tetapi sulit dijangkau. Saat ia berusaha mengingat masa lalu, kepalanya terasa berat, seolah ada kabut yang menghalangi pikirannya.Ia masih mengenali Martin, masih ingat siapa dirinya, dan masih memahami sebagian besar kehidupannya. Tapi ada detail-detail kecil yang terasa hilang—seperti kejadian-kejadian tertentu yang seharusnya ia ingat, tetapi kini hanya menyisakan bayangan samar.Rachel mengerutkan kening, mencoba mengingat sesuatu yang spesifik. “Martin… aku merasa ada yang aneh dengan ingatanku. Aku bisa mengingat banyak hal, tapi rasanya tidak setajam biasanya.”Martin, yang sejak tadi duduk di sampingnya, menatap istrinya dengan tenang meski dalam hatinya ia merasa khawatir. Ia tahu sesuatu yang tidak Rachel sadari—dokter telah memberitahunya bahwa benturan yang dialami Rachel cukup serius dan mungkin menyebabkan gangguan mem

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 74: Bahaya Untuk Rachel Dan Martin

    Malam di rumah sakit terasa begitu sunyi. Hanya suara detak mesin medis dan langkah kaki suster yang sesekali terdengar di lorong. Rachel masih terbaring di ranjang, sementara Martin duduk di sofa kecil di sampingnya. Matanya memandangi istrinya yang tertidur, namun pikirannya tak tenang.Siapa pun yang berusaha mencelakai mereka pasti memiliki alasan kuat untuk menyembunyikan kebenaran tentang Adrian. Tapi siapa?Ponsel Martin bergetar di atas meja kecil di samping ranjang. Ia mengambilnya dan melihat nama di layar: Nomor Tidak Dikenal.Martin ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab.“Halo?” suaranya tenang, tapi waspada.Tak ada jawaban di seberang. Hanya suara napas pelan.“Halo?” ulangnya, kali ini lebih tegas.Lalu, terdengar suara berat yang nyaris berbisik.“Berhenti mencari… atau kau akan kehilangan lebih dari yang kau bayangkan.”Seketika, panggilan itu terputus.Martin merasakan tengkuknya meremang. Ini bukan peringatan biasa—ini ancaman.Ia segera berdiri dan berjalan ke lua

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 73: Kegelapan dan Rahasia

    Rasa sakit menusuk seluruh tubuh Rachel saat kesadarannya perlahan kembali. Matanya terasa begitu berat, namun ia bisa mendengar suara samar-samar di sekitarnya dan bunyi monitor medis yang berdetak pelan dan suara langkah kaki seseorang.Perlahan, ia membuka matanya. Langit-langit putih dan bau antiseptik memenuhi indranya. Rumah sakit. Ia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi rasa nyeri langsung menjalar ke seluruh tubuhnya, membuatnya meringis.“Rachel…”Suara itu. Lembut, penuh kekhawatiran.Rachel menoleh perlahan dan melihat Martin duduk di samping tempat tidurnya. Wajahnya penuh luka dan lebam, namun sorot matanya tetap lembut menatapnya.“Kamu sadar,” katanya, suaranya dipenuhi rasa lega.Rachel mencoba berbicara, namun tenggorokannya begitu kering. Martin langsung menuangkan air ke dalam gelas dan mencoba membantunya untuk minum.“Apa… yang terjadi?” Rachel akhirnya bisa bersuara, meski lemah.Martin menghela napas panjang. “Kita telah mengalami kecelakaan. Mobil itu menabra

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 72: Pencarian yang Berujung pada Tragedi

    Pagi itu, yaitu setelah percakapan penuh emosi dengan ibunya, Rachel merasa semakin yakin bahwa dia harus menemukan pria yang dimaksud, yaitu Malik. Orang yang bisa jadi mengetahui lebih banyak tentang Adrian dan masa lalu yang selama ini disembunyikan. Martin, meski ragu, akhirnya setuju untuk ikut serta. Ia tahu betul betapa pentingnya pencarian ini bagi Rachel, dan meski ada rasa khawatir yang menggelayuti dirinya, ia tak bisa membiarkan Rachel melakukannya sendirian.Mereka berdua memutuskan untuk menuju ke daerah yang disebutkan oleh pria misterius di gudang—tempat terakhir Malik terlihat beberapa tahun lalu. Tidak ada petunjuk pasti mengenai keberadaan Malik, namun Rachel merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.Di dalam mobil, suasana sunyi menyelimuti mereka. Rachel melirik Martin, mencoba membaca ekspresinya. Suaminya itu terlihat tegang, memfokuskan perhatian pada jalan yang semakin sepi.“Martin, kamu yakin kita harus melanjutk

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 71: Mengungkap Semuanya

    Rachel terdiam setelah mendengar kata-kata Pak Surya. Matanya terasa kosong, kosong oleh semua informasi baru yang datang begitu cepat. Apa maksud Pak Surya dengan mengatakan kebenaran ini akan menghancurkannya? Apa yang lebih gelap dari apa yang sudah ia temui? Semua hal yang ia percayai kini terancam hancur.Pak Surya menatapnya dengan raut wajah yang penuh kecemasan. “Rachel, aku tidak ingin kau terjebak dalam dunia ini. Dunia yang sudah mengubah hidup banyak orang. Dunia yang menganggap nyawa tak lebih dari sebuah harga yang bisa ditawar.”Rachel dengan tegas. “Saya tidak akan mundur begitu saja, Pak. Saya harus tahu apa yang terjadi pada Adrian. Apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu?”Pak Surya menghela napas panjang. “Malam itu… bukan hanya Adrian yang menghilang. Ada banyak hal yang terjadi di balik itu. Banyak hal yang tidak pernah seharusnya kamu tahu.”Rachel menatapnya intens. “Kenapa sekarang, Pak? Kenapa Anda baru bicara sekarang?”Pak Surya menundukkan kepala, tampa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status