Pintu pun dibuka, sebuah suara yang nyaring seperti burung pipit berkicau langsung saja terdengar, "Hei! Apa yang terjadi padamu, kau terlihat berantakan sekali!" ujar Edna teman kecil Alicia.
"Sepertinya aku baru saja membunuh orang!" jawab Alicia.
"Membunuh bagaimana, membunuh siapa?" ujar Edna seraya menarik masuk Alicia ke rumah petakannya yang mungil.
"Aku baru saja memukul kepala seseorang dengan vas porselen,” cerita Alicia dengan nada suara yang sedikit bergetar, tubuh gemetaran.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Edna seraya menarik Alicia untuk duduk di sofa.
Alicia langsung saja menceritakan kejadian yang baru saja menimpanya, lalu berkata, "Apa yang harus aku lakukan?" ujarnya sembari berjalan ke sana kemari, terlihat sangat gugup dan ketakutan.
"Selama tidak ada pencarian dari polisi maka kau aman!" hibur Edna.
"Menurutmu begitukah?" ujar Alicia ikut membesarkan hatinya sendiri.
"Eum ..." imbuh Edna seraya menganggukan kepalanya.
Di Mansion Smtih, Anthony baru saja tiba di rumah, lalu mendapatkan laporan insiden tentang kejadian di hotel tadi. Kenyataan bahwa Alicia berada di hotel bersama beberapa pria semakin membuat kesan buruk kepada wanita itu.
“Apa perlu menyelidiki lebih jauh?” tanya asisten Lee yang mengetahui jika pada saat ini Alicia adalah satu-satunya penyumbang Tunggal untuk sum-sum tulang belakang Anna Hwang.
“Tidak perlu!” jawab Anthony acuh tidak acuh.
Di pagi harinya. Di rumah Edna. Alicia terbangun karena mencium aroma wangi masakan yang sangat menggugah selera. Dia pun berdiri dan langsung keluar dari kamar. “Masak apa?” tanya Alicia.
“Nasi goreng,” jawab Edna.
“Wah kesukaanku!” ujar senang Alicia langsung menarik kursinya dan bersiap makan.
“Ei, sikat dulu gigimu dan cuci muka,” ujar Edna seperti sedang mendisplinkan murid Taman-taman kanaknya.
“Ah siap bu guru,” ujar Alicia sambil sedikit tertawa, mengedipkan mata.
Ketika makan mereka sambil berdiskusi, “Lalu apa yang akan kau lakukan?” tanya Edna.
“Aku tidak akan kembali ke rumah!” Jawab Alicia sambil mengunyah nasi gorengnya, lalu terdiam sesaat.
“Kau akan meninggalkan rumah ibumu?” tanya Edna dengan nada tidak percaya dan, sangat menyayangkan.
“Ibu sudah tidak ada di sana, yang tersisa hanyalah para Iblis, lalu untuk apa aku berada di sana!” jawab getir Alicia.
Alicia pun menyesap susu segar dari gelasnya lalu berkata, “Setidaknya aku masih memiliki malaikat sepertimu, yang akan selalu memberiku susu segar.”
“Hish, kau ini!” ujar Edna sambil sedikit mencubit tangan Alicia.
“Oh ya, hari ini apa kau akan mulai bekerja di sekolah baru?” tanya Alicia.
“Iya, eum … tapi bagaimana ini aku merasa sangat cemas!” ujar Edna.
“Mengapa kau harus merasa cemas, kau ini guru taman kanak-kanak terbaik yang pernah aku lihat,” hibur Alicia.
“Oh ayolah semangat,” hibur Alicia lagi.
“Apa kau akan pergi ke Huang Grup?” tanya Edna sambil mengangguk.
“Eum sepertinya … tapi bagaimana ini, aku tidak memiliki baju yang pantas untuk dipakai!” jawab Alicia.
“Sana cepat, pakai bajuku saja!” ujar Edna seraya berkata lagi, “Nanti aku akan mengantarmu!”
Alicia pun pergi ke halte bus bersama Edna. Tapi tiba-tiba saja Alicia menghentikan taksi seraya berkata, “Jangan sampai terlambat, sebaiknya kau naik taksi saja.”
“Hei! Lalu kau bagaimana?” tanya Edna.
“Aku ingin naik mobil yang banyak jendelanya!” jawab Alicia seraya menunjuk ke bis yang baru saja datang.
Gerimis di pagi hari masih menyapa, Alicia menatapi titik-titik hujan yang berbekas di kaca jendela. Dia menggigit bibir bawahnya seraya menguatkan hati agar tidak menangis. Kisah status nona mudanya telah berganti menjadi kisah nona miskin.
Hari ini Alicia tidak akan pergi ke perusahaan keluarganya, tapi pergi ke Grup Smith. Dia berdiri di depan pintu lobi Gedung Smith, menghela napas melihat pakaian Edna yang menjadi pendek jika dia pakai, karena ukuran tubuh mereka berbeda, masih pas muat di tubuh, hanya saja mereka memiliki ukuran tubuh yang berbeda. Rok sepan yang saat ini Alicia pakai benar-benar hanya sampai batas lutut, baju kemeja berwarna coklat susu yang dia pakai juga sedikit ketat.
Pagi tadi ponsel Alicia baru saja menerima pesan dari asisten Anthony yang mengatakan jika Tuannya ingin bertemu lagi dengannya. Dia pun pada akhirnya tiba dan masuk ke gedung Grup Smith.
Dia pergi ke resepsionis dan berkata, “Aku ada janji bertemu dengan Tuan Lee.”
“Apa sudah ada janji?” tanya resepsionis itu.
Alicia mengangguk lalu resepsionis itu berkata lagi, “Tunggu sebentar!”
Tidak menunggu waktu lama, salah satu resepsionis pun pergi mengantarkan Alicia ke ruangan Direkturnya, lalu asisten Lee datang dengan membawa sebuah berkas, “Semua sudah disiapakn secara detail di sini!”
“Berikan kepadanya!” ujar Anthony dengan nada suara sarkas bercampur benci.
“Nona silakan dibaca dulu!” ujar asisten Lee seraya memberikan berkas yang ada ditangannya kepada Alicia.
“Oh …” jawab Alicia sambil membuka segel amplop coklat itu dan mengeluarkan isinya.
“Perjanjian pra nikah!” gumam pelannya.
Alicia membaca tiga point yang menurut dia paling penting“Tidak mengumumkan status pernikahan, tidak akan ada pembagian saham keluarga Smith, tidak boleh berdekatan dengan pria lain!”
Dia pun menutup berkas itu seraya berkata, "Tuan Smith, Aku akan menandatangani ini, selama kau berjanji, akan memberi sesuatu!"
"Apa kau pikir memiliki hak untuk bernegosiasi denganku!" ujar Anthony sedikit marah.
"Tentu saja, aku adalah calon istrimu," jawab Alicia sambil bersandar di kursinya.
"Apa yang kau inginkan!?" tanya Anthony semakin marah.
"Aku masih memikirkannya," Jawab Alicia.
"Ciiih?" Gumam pelan Anthony.
Akan ada saatnya Alicia memerlukan nama besar Smith. Dan jika itu terjadi dia berharap Anthony akan membantunya. Anthony nampak berpikir sejenak, lalu menjawab, "Selama kau tidak mengatakan statusmu, tidak membuat skandal, maka aku akan mempertimbangkan tentang permintaanmu itu" janji Anthony.
"Ok, sepakat," jawab Alice seraya membubuhkan tanda tangannya di perjanjian itu.
"Senang berbisnis denganmu Tuan Smith, sampai jumpa di altar pernikahan," ujar Alicia seraya mengedipkan matanya lalu berjalan pergi dari ruangan Anthony, lalu berjalan dan berdiri di depan lift.
Pintu lift terbuka, Anna Hwang berdiri dengan elegannya di dalam sana, Wanita itu membuka kaca mata hitamnya dan berkata, “Alicia, lama tidak bertemu!”
Mendengar sapaan lembut dari Anna, tidak membuat Alicia mau membalas sapaan wanita itu. Anna pun berjalan mendekatinya dan berbisik di daun telinganya, “Lama menghilang, apa ingin mengejar Anthony lagi?”
Alicia masih tidak menjawab perkataan Anna Hwang, Dia lebih memilih masuk ke dalam Lift tanpa barkata-kata, menekan tombol dan pintu lift pun tertutup. Melihat sikap Alicia membuat jengkel hati Anna, pintu Lift yang sebentar lagi tertutup pun ditahan olehnya, dengan menggertakan giginya Anna berkata, “Dia tidak akan pernah menjadi milikmu!”
Charles dan Jean Smith sudah dipastikan akan mendekam lama di penjara, Sementara, Anthony dan Alicia sudah bersiap untuk pulang keesokan harinya. Sebelum pulang Alicia mengajak Lionel untuk tidak satu kamar dengannya dan juga Anthony. Alicia merasa rindu masa masa ketika membacakan dongeng untuk putranya itu. "Kali ini mau baca dongeng apa?" tanya Anthony seraya meletakan buku kisah 1001 dongen di atas ranjang. "Biarkan Lionel yang memilihnya?" imbuh Alicia sembari menyodorkan buku itu kepada putranya. "Ini saja, Bocah dan penyihir!" ujar Lionel menunjuk kepada salah satu judul cerita. Anthony pun mulai membacakan ceritu itu. "seorang anak tersesat di dalam hutan dan menemukan rumah 'kue' milik penyihir jahat. tak disangka si bocah itu malah dijadikan budak yang setiap hari diberi makan yang banyak agar tubunya menjadi gemuk berisi, Dengan tujuan untuk disantap oleh penyihir itu. Si bocah yang tadi berbadan kurus pun telah berubah menjadi bocah gendut yang terlihat gempal
"ini pasti salah, ini adalah sebuah kesalahnan. kalian tidak bisa membawanya pergi. Apa kalian tidak tahu kami ini keluarga apa?" imbuh Maya Li panjang lebar, Di sana ada Sean Li, tentu saja para polisi itu mengabaikan kata-kata Maya Li. Dan, terus membawa Patrick Li dengan tangan terborgol, Merasa tidak bisa menahan penangkapan Papanya, Maya Li langsung menghampiri Sean yang sedang bersandar berdiri di meja kerja Papapnya itu. "Kau... apa kau sengaja melakukan ini? Karena marah, karena keluarga kita mendesak agar kita segera menikah?" sangka marah Maya Li. "Siapa yang menabur maka dia harus menuai!" jawab Sean seraya melangkah pergi, "Tunggu dulu apa maksudmu itu, katakan kepadaku membunuh, siapa yang dibunuh!" imbuh Maya Li lagi dengan nada yang semakin kacau. Sean tidak mau menjawab, membiarkan Maya Li dengan kegalauan dan kemarahannya. Dixon yang sedari tadi mengikuti hanya terdiam saja. Barulah ketika masuk ke dalam mobil dia besuara, "Apa kau benar-benar sudah mengambi
"Ini demi kebaikannya!" jawab Sean. Olivia menaikan satu alisnya seraya berpikir, "Pria ini pernuh dengan teka-teki!" "Apa ada hal yang membahayakan?" tanya Olivia penasaran. "Bisa ya bisa juga tidak!" jawab Sean berteka teki lagi. "Ish!" ujar Olivia seraya merengut dan pergi ke dapur untuk membantu Nenek Han memasak. Sean hanya tersenyum saja, entah mengapa semakin Olivia kesal, hatinya semakin terasa manis, seperti permen tanghulu buah apel yang ditambah siram gula. Ponsel Sean berdering lagi, "Foto-foto sudah ada, apakah mau hari ini?" tanya Dixon. Sean mengintip ke dapur lalu berkata, "Ya, hari ini saja!" Sean menutup sambungan ponselnya, sekali lagi dia menatapi Olivia yang sepertinya sedang merajuk. Melihat wajah merajuk Olivia, hati Sean pun merasa semakin gemas. "Sebentar lagi, sebentar lagi kau tidak akan bisa lari dari pelukanku!" imbuh pelan Sean sambil tertawa kecil dan membiarkan 'kejutan indahnya' itu bersibuk bersama dengan Nenek Han di dapur. Pada saat ini Di
"Aku baik-baik saja!" imbuh Alicia. Flavia melihat wajah Nyonya Smith memucat, dia langsung saja mengambil tangan Alicia dan mulai mengecek denyut nadinya. Wajahnya terlihat serius, namuan beberapa detik kemudian berubah menjadi tenang. Flavia menatap wajah Alicia dan berkata, "Sebaikanya Nyonya duduk dulu, sebentar lagi polisi akan datang!" Alicia mengaguk, Lionel pun ikut duduk di sisi Alicia. Sementara si agen menelpon kantor pusatnya, mencari informasi tentang apa yang baru saja terjadi. "Maksudmu, itu Tuan Hamilton?" tanya staff kantor pusat si agen itu. "Mana aku tahu!" jawba si agen itu. "Yang aku dengar dia memang gila, dia selalu mengancam jika area peternakan yang ada di sekitar rumah itu dihidupkan lagi, maka dia akan mengusir si pemiliki baru. Tidak aku sangka dia benar-benar melakukannya!" jelas si staff penjualan yang ada di kantor pusat. "Apa kau ini bodoh, mengapa tidak memberitahuku tentang hal sepenting ini!" Hardik marah si agen itu sambil menutup ponse
"Wanita hamil memang sebaikanya ada yang menemani!" jawab singkat Anthony karena tidak ingin membuat Alicia khawatir. "Ma, aku lapar..." pinta tiba-tiba Anthony kepada Mama mertuanya itu. "Ah iya, harusnya makan malam sudah siap, Mama akan memeriksa ke dapur. Kalian tunggulah di ruang makan!" imbuh Nyonya Yin. Pada saat ini di ruang makan, Leticia sedang memeriksa menu makanan yang akan disediakan. "Ini terbuat dari apa? tanya Leticia. "Campuran coklat dan kacang almond!" jawab si pelayan. "Singkirkan!" imbuhnya, seraya berkata lagi, "Tuan Anthony alergi pada kacang almond!" Alicia yang baru saja masuk mendengar hal ini. Lalu dia menoleh kepada suaminya itu, "Apakah benar kau alergi kacang almond!" Anthony mengangguk seraya menarik kursi untuk istrinya itu. Mendengar jika memang Anthony alergi dengan kacang almond, maka Alicia pun tidak berkeberatan menu itu disingkirkan. "Apa kau memiliki alergi lain, sayang!" tanya Alicia kepada Anthony. "Tidak hanya itu saja!" jawab Leticia
Lionel langsung saja bersedekap tangan, "Apa Papa cemburu?" Anthony tertawa kecil, sedikit tidak percaya, baru saja sebentar berpisah, siapa sangka putranya itu malah sudah semakin fasih berbicara, menyudutkan orang. "Papa lebih tampan darimu, jadi untuk apa cemburu!" balas kata Anthony kepada Lionel. "Papa Cemburu, Karena papa bukan pria satu-satunya untuk Mama!" imbuh Lionel. "Hah! lucu sekali!" imbuh Anthony yang semakin tertawa. Alicia mencubit lengan Anthony, "Jangan halangi aku untuk memeluk cium putraku!" imbuh Alicia seraya berkata lagi, "Sayang! Mama sangat merindukanmu, apa tidak mau memeluk Mama?" Lionel melemparkan senyuman kemenangan kepada Papa-nya, melihat itu, Anthony semakin tidak percaya jika Lionel sudah pandai memprovokasi orang. "Sejak kapan bocah itu menjadi pandai berargumentasi.." Melihat Alicia ingin menggendong Lionel, lagi=lagi Anthony menghalangi. "Sayang ingat kau sedang hamil!" Alicia pun tertawa, "Aku terlalu senang bertemu dengan putraku yang i