"Kami hanya menjalankan perintah," jawab mereka.
Setelah itu Alicia diminta turun, para penagih yang tadi menyeret ke Klub W ini telah menunggunya, Dia akan dibawa ke sebuah hotel. Lagi-lagi Alicia berusaha melarikan diri, namun tetap saja dia tertangkap.
Setelah sampai di sana salah satu para penagih hutang itu membawa Alicia ke sebuah kamar Suite yang sudah di pesan. Allicia terpaksa masuk dengan enggan. Namun, si penagih hutang tadi malah mendorongnya masuk ke dalam.
Di sana bukan hanya ada dirinya, ternyata ada beberapa pria juga yang telah lebih dulu datang, ada di kamar itu, "Kemari!" panggil salah satu dari pria itu.
Enggan mendekat, Alicia hanya berdiri di hadapan mereka semua yang sedang memandangi dirinya dari atas kepala sampai ke ujung kaki.
"Hei! wanita ini sangat cantik dan terlihat polos," ujar salah satu teman dari pria yang ada di kamar suite itu.
"Jangan pernah menilai buku hanya dari sampulnya saja," jawab pria yang lainnya lagi seraya menambahkan kata, “Kita tidak pernah tahu sampai kita mencobanya.”
“Apa kata mereka … eum, ingin mencoba aku,” pikir Alicia dengan ketakutkan, wajahnya sudah terlihat pucat.
"Kau disini saja malam ini, temani mereka bermain!" perintah si penagih hutang tadi.
"Maksudmu apa?" tanya Alicia dengan tatapan ketakutan.
"Tidak! Kalian tidak bisa melakukan ini kepadaku!” hardik marah Alicia.
"Nikmati saja, kami pergi dulu !" ujar si pengih hutang meninggalkan Aliia dalam kelimbungan dengan para pria yang ada di sana.
Alicia segera saja mengembalikan kesadarannya, melangkah lari menarik tangan si penagih hutang seraya memohon dengan lirih. "Jangan! jangan tinggalkan aku di sini!" pinta Alicia.
Bukannya merasa kasihan, tapi malah si penagih hutang menarik lepas tangan yang melingkar di lengannya, kemudian melemparkan tubuh Alicia ke lantai.
"Hei! kau temani saja kami di sini," ucap salah satu dari mereka yang ada di dalam kamar suite ini sambil bersimpuh di depan Alicia.
"Tidak! jangan menyentuhku!" teriak Alicia berusaha menghindar dari pria itu.
Namun, salah satu dari mereka berhasil mendekap Alicia. Dengan serampangan pria itu menciuminya. Ini adalah hadiah yang diberikan kepada para pelanggan dari kaum kaya raya, karena sudah setia menjadi pelanggan Klub W. Mereka dipersilahkan untuk bermain sampai puas dengan Alicia. Siapa yang rela menolak tawaran seenak ini. Jadi malam ini mereka akan bermain sepuasnya dengan Alicia.
“Arghh …!” teriak Alica meronta-ronta sementara yang lain masih asyik mengamati dengan sambil menyesap anggur merah mereka, tertawa karena merasa terhibur.
Alicia pun berhasil memukul bagian bawah pria yang memeluknya itu lalu berlari masuk ke kamar mandi, “Brengsek!” hardiknya seraya mendorong pria yang tadi sedang memeluknya.
Alicia langsung mengunci pintu kamar mandi, lalu dia melihat sebuah Vas bunga yang ada di meja. Dia pun mengambilnya untuk melindungi dirinya. Pintu kamar mandi berhasil dibuka, Alicia bereakasi dengan langsung memukul kepala pria yang baru saja membuka pintu.
“Sudah kubilang jangan sentuh aku!” hardik marah Alicia dengan tatapan jijik.
Pria tersebut langsug terjatuh bersimbah darah, Alicia menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri. Kamar mandi di kamar Suite ini kebetulan dekat dengan pintu keluar kamar. Sementara para pria di sana terdiam sesaat karena terkejut.
Alicia berlari dengan sangat kencang, pintu lift terbuka seorang anak kecil tengah masuk ke dalam lift, lalu Alicia pun ikut masuk, dengan cepat dia menekan-nekan tombol tutup pada lift hotel itu.
Wajah Alicia semakin panik, ketika melihat beberapa pria keluar dari kamar suite untuk mengejarnya. Bocah kecil yang ada di dalam lift itu memandang wajah ketakutan Alicia. Lalu dia mengulurkan tangannya, dan mengambil jemari tangan Alicia yang terlihat sedikit gemetaran itu.
“Kakak cantik apa baik-baik saja?” tanya bocah kecil yang terlihat baru berusia lima tahun itu.
Alicia mengatur napasnya lalu berkata, “Ya aku baik-baik saja!” jawabnya sambil melempar senyum cantik kepada bocah itu.
Begitu sampai di lobi, maka Alicia pun segera berlari kecil di lobi. Langkahnya terhenti ketika melihat ada si penagih hutang yang tadi membawa dia kemari. Dia pun langsung membalikan tubuhnya dan memilih bersembunyi di balik pot besar yang ada di dekat pintu keluar lobi hotel.
Sebuah mobil Roles Royce berhenti di depan Lobi hotel, melihat jika si penagih hutang semakin mendekat, otak Alicia seperti mendidih. Tidak tahu apalagi apa yang harus dilakukan. Melihat jika mobil yang sedang terparkir tanpa pikir panjang, Alicia langsung saja membuka pintu dan masuk ke dalam Rolls Royce itu.
Alicia menenggelamkan tubuhnya, mencoba untuk bersembunyi, sementara supir yang di depan memperhatikan gerak-geriknya, Melihat sedang di perhatikan Alicia meletakan satu jari tangan di mulutnya, meminta agar supir itu diam saja, jangan bereaksi.
Supir itu mellihat ke beberapa yang sedang mencari-cari seseorang, lalu pria yang sedang memegang kendali mobil itu pun berkata, “Nona, sebaikanya segera keluar dari mobil ini, jika tidak aku bisa mendapat masalah dari Tuan-ku?”
“Aku mohon sebentar saja!” pinta Alicia sembari melirik ke jendela.
Alicia membenarkan posisi duduknya, pintu di sebelahnya pun terbuka, Dan, itu membuatnya terkejut “Anthony!” ujar Alicia.
Melihat ada Alicia di dalam mobilnya, Anthony langsung memanggil nama assitennya dengan nada marah. Melihat ini Alicia langsung memegang tangan Anthony, “Dia tidak ada hubungannya, aku masuk sendiri ke mobil ini!”
Mendengar itu, tatapan Anthony semakin terlihat marah. Anthony berpikir, “Baru saja berbicara tadi pagi, sekarang dia sudah datang mengejar jawaban.”
Merasa sedikit aman karena tidak mellihat si penagih hutang lagi. Lalu dia melihat taksi berhenti di lobi dan berkata, “Ok, begini saja sudah cukup!” ujarnya sembari keluar dari mobil lalu masuk ke dalam taksi.
Alicia semakin tidak memikirkan kesan dirinya di depan Anthony, bersikap baik atau bar bar di depannnya sama saja, dia akan selalu dianggap buruk. Taksi pun membawa Alicia melaju pergi, sementara Anthony masih memandang dingin kepada asistennya itu seraya berkata, “Sekali lagi kau mengizinkan wanita itu masuk, maka kau tidak perlu pergi bekerja denganku lagi!”
Malam ini Alicia tidak ingin kembali ke Mansion River Side, Dalam hati sungguh dia merasa hari ini adalah hari yang penuh kesialan, “Di kehidupan selanjutnya, aku tidak ingin kisah ini terulang, aku harap cintaku juga bukanlah dia!” ujarnya dalam hati seraya menghapus air matanya.
Gerimis masih menyapa, Alicia mengulurkan jemari tangannnya yang sedikit gemetaran. Lalu dia mengetuk-ketuk pintu, berharap penghuni di dalam rumah membukakan pintu. Alicia sedikit menggigil, dia memeluk tubuhnya sendiri.
“Alicia …! Sapa suara orang yang baru saja membukakan pintu.
Pintu pun dibuka, sebuah suara yang nyaring seperti burung pipit berkicau langsung saja terdengar, "Hei! Apa yang terjadi padamu, kau terlihat berantakan sekali!" ujar Edna teman kecil Alicia. "Sepertinya aku baru saja membunuh orang!" jawab Alicia. "Membunuh bagaimana, membunuh siapa?" ujar Edna seraya menarik masuk Alicia ke rumah petakannya yang mungil. "Aku baru saja memukul kepala seseorang dengan vas porselen,” cerita Alicia dengan nada suara yang sedikit bergetar, tubuh gemetaran."Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Edna seraya menarik Alicia untuk duduk di sofa.Alicia langsung saja menceritakan kejadian yang baru saja menimpanya, lalu berkata, "Apa yang harus aku lakukan?" ujarnya sembari berjalan ke sana kemari, terlihat sangat gugup dan ketakutan. "Selama tidak ada pencarian dari polisi maka kau aman!" hibur Edna. "Menurutmu begitukah?" ujar Alicia ikut membesarkan hatinya sendiri. "Eum ..." imbuh Edna seraya menganggukan kepalanya. Di Mansion Smtih, Anthony baru
Alicia hanya melempar senyum tipis, sembari terus menekan tombol lift. Anna pun melepaskan tangannya dan pintu pun tertutup.Alicia berjalan ke parkir mobil dengan sambil menghapus air matanya yang terjatuh di pipi.Alicia masuk ke dalam taksi yang kebetulan berhenti tepat di depannya. Di dalam taksi dia beberapa kali menghela napas panjang, berpikir pasti saat ini Anthony telah menggangap jika dirinya adalah wanita pemburu harta.Beberapa hari kemudian Asisten Lee datang ke rumah Edna untuk menjemput Alicia, Edna pun langsung berkata, “apa kalian akan pergi sekarang?” Asisten Lee mengangguk, lalu segera membawa Alicia pergi ke rumah sakit. Hari ini akan diadakan pengecekan keseluruhan untuk kesehatan yang bertujuan demi penentuan jadwal operasi sum-sum tulang belakang.Di dalam mobil Alicia terus saja bertanya, “Apakah proses pemeriksaan akan lama?”“Hanya beberapa jam saja,” jawab asisten Lee.“Apakah nanti operasinya akan terasa sakit?” tanya Alicia lagi dengan suara sedikit ge
Tidak, dia menentang pernikahan ini jadi mana sudi dia menunjukan kehadirannya,” jawab Alicia acuh tak acuh.“Entah apa yang telah kau perbuat kepadanya, kehidupan terdahulu aku rasa dia juga sangat membencimu,” ujar Edna lagi dengan sedikit merinding sambil mengusap-usap bahunya sendiri.“Sudah tidak perlu membahas mereka lagi, katakan kepadaku bagaimana hari pertamamu bekerja di tempat baru?” tanya Alicia.“Menyenangkan, hanya saja …” jawab Edna terbata.“Hanya saja kenapa?” tanya Alicia penasaran.“ Jadi, ketika hampir jam waktu pulang tiba, datang seorang murid yang sepertinnya sulit sekali bicara. Ditanya malah diam saja, bukankah itu aneh” Cerita Edna sambil sedikit memiringkan kepalanya.“Wah, anak itu hebat sekali bisa mengabaikan guru terbaik kita,” ujar Alicia sedikit meledek kawan baiknya itu.Teringat jika dia baru bekerja, Edna pun langsung memeluk Alicia dan berkata, “Maaafkan aku, karena tidak akan bisa hadir di pernikahanmu nanti!”“Tidak apa, lagipula itu bukan aca
“Tentu saja, aku sangat mencintainya. Kau bisa melihat dengan jelas bukan?" jawab sarkas Anthony.Pria yang sedang menatap benci kepada Alicia itu, tiba-tiba saja pipinya menjadi merona karena mencium aroma Vanila yang dia suka dari tubuh wanita yang akan segera menjadi istrinya itu. Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Kepala Anthony sedikit pusing sedikit memijit-mijit pelipisnya lalu berkata, “Pulang! Jangan sampai aku menyeretmu!”Alicia memegangi perutnya, lalu mau tak mau dia pun ikut pulang bersama Anthony. Dua mobil berhenti di depan parkir lobi, Asisten Lee keluar langsung berkata, “Silakan Nona!” ujarnya menunjuk ke arah mobil yang dia kendarai.Alicia pun pulang ke Mansion Smith, diantar oleh asisten Lee. Hari ini Anthony datang ke Mall karena ingin membeli sebuah hadiah, karena untuk orang yang begitu spesial dia pun memutuskan untuk pegi sendiri mencari hadiah itu.Aroma tubuh Alicia yang tadi menghampiri indera penciumannya masih terjejak di ujung hidung Anthony, dia pun m
“Bisa, aku baru saja mengatakannya kepadamu!” hardik marah Bibi Huang yang langsung saja mendorong Alicia agar segera keluar dari rumahnya.Tidak hanya mendorong, bahkan Bibi Huang menyiram Alicia dengan tempat sampah yang sudah dipenuhi oleh air hujan, “Pergi kau dari sini!” ujarnya sambil melempar tempat sampah itu, lalu masuk dan menutup pintu dengan keras karena kemarahan yang memuncak.Alicia berdiri di bawah hujan deras, memandang kosong ke pintu yang baru saja tertutup. Berpikir jika ibu dan anak itu memang sengaja menjauhkan dia dari Paman Keduanya, "Hah! keluarga ... apa ini yang disebut keluarga," pikir Alicia. Dia berharap Pamannya itu setidaknya bisa memberikan bantuan untuk mendapatkan kembali perusahaan Huang, yang sekarang ada di tangan Ayahnya dan juga Selirnya yang baru saja naik status menjadi istri sah ayahnya itu.Sudah beberapa tahun belakangan ini semenjak wanita itu masuk ke perusahaan Huang. Malah makin memperparah sakit perusahaan. Berpikir kekacauan yang se
Alicia perlahan berjalan untuk mendekati Nyonya itu, kedatangannya langsung saja diberi tatapan tajam, “Apa kau pemilik perusahaan ini?” tanyanya.“Nyonya, ayo turun. Kita bicara baik-baik,” bujuk Alicia.“Pembohong! Kalian semua pembohong!” Hardik marahnya.“Jika begini aku tidak akan paham situasinya,” ujar Alicia lagi dengan nada melemas.Nyonya itu mulai menangis, “Kalian bilang setelah aku tanda tangan, maka uang santunan akan keluar. Dasar penipu, mengapa malah mengatakan jika aku meminta kalian menyumbangkan semua uang santunan ke Yayasan kalian!”“Sumbangan ke Yayasan,” gumam pelan Alicia dengan nada terheran.Nyonya itu pun melangkah menjauhi Alicia, melihat ini Edna semakin panik. Karena yang dia tahu Langkah nyonya itu semakin menjauhi posisi kasur udara berukuran besar yang disediakan dibawah, untuk keselamatan Nyonya yang mencoba bunuh diri.Edna segera saja berlari ke bawah, dengan cepat dia menuruni tangga, bahkan sampai melangkahi beberapa anak tangga agar lebih cepat.
"Tidak apa, aku sudah lebih baik sekarang," imbuh Alicia seraya meyakinkan kawan baiknya itu. Edna pun hanya bisa pasrah sambil memapah Alicia keluar dari kamarnya, "Kau duduk di sini saja, aku akan membereskan administrasi rumah sakitnya!" Alicia mengangguk lalu bersandar di kursi tunggu sambil memejamkan matanya, selain masih sedikit pusing dia juga enggan jika saja terihat sedang menangis, Pada saat ini dia merasakan sedang ada yang mengelus dengan lembut bagian atas telapak tangannya. Alicia membuka kedua matanya, lalu melihat itu adalah bocah kecil yang beberapa waktu belakangan ini sering bertemu. "Ei ... Lionel sedang apa di sini? " tanya Alicia sembari membetulkan posisi duduknya. "Apa tante baru saja menangis?" tanya Lionel. "T-tidak ... hanya saja tadi ada sedikit debu masuk ke mata," jawab asal Alicia. "Jelek ... jelek sekali!" ujar Lionel. "Hah! apa?" ujar Alicia dengan sedikit bingung. "Jika menangis wajah menjadi jelek!" jawab Lionel. Alicia pun tersenyum dan de
Langkah pertama yang harus dia lakukan lebih dulu adalah menyelesaikan permasalahan nyonya yang ingin melakukan percobaan bunuh diri dari melompat dari atap Gedung perusahaan Huang. Mereka pun tiba di Mansion Smith.Alicia turun dari mobil Edna dan berkata, “Aku baik-baik saja, kau bisa beristirahat sekarang.”“Apa yakin tidak ingin aku temani?” tanya Edna.“Ya, aku akan baik-baik saja, aku juga akan beristirahat,” ujar Alicia.Edna pun melajukan mobilnya pergi meninggalkan Mansion Smith. Alicia merasa masih belum sehat dia pun kembali ke kamarnya, merebahkan diri di ranjang dan mulai memejamkan matanya, Berharap ketika bangun nanti dia sudah kembali dengan sehat.Keesokan paginya dia malah terbangun karena mencium bau disenfektan lagi, “Eum, apa ini di rumah sakit.”Alicia mencubit-cubit tangannya sambil berkata, “Tidak mimpi kan!”Merasa sakit maka dia pun yakin saat ini sudah berada di rumah sakit lagi. Di hari kemarin ketika pelayan memanggil-manggil Alicia, tidak ada jawaban lalu