Share

SELAMAT ULANG TAHUN SAYANG

“Bisa, aku baru saja mengatakannya kepadamu!” hardik marah Bibi Huang yang langsung saja mendorong Alicia agar segera keluar dari rumahnya.

Tidak hanya mendorong, bahkan Bibi Huang menyiram Alicia dengan tempat sampah yang sudah dipenuhi oleh air hujan, “Pergi kau dari sini!” ujarnya sambil melempar tempat sampah itu, lalu masuk dan menutup pintu dengan keras karena kemarahan yang memuncak.

Alicia berdiri di bawah hujan deras, memandang kosong ke pintu yang baru saja tertutup. Berpikir jika ibu dan anak itu  memang sengaja menjauhkan dia dari Paman Keduanya, "Hah! keluarga ... apa ini yang disebut keluarga," pikir Alicia. 

Dia berharap Pamannya itu setidaknya bisa memberikan bantuan untuk mendapatkan kembali perusahaan Huang, yang sekarang ada di tangan Ayahnya dan juga Selirnya yang baru saja naik status menjadi istri sah ayahnya itu.

Sudah beberapa tahun belakangan ini semenjak wanita itu masuk ke perusahaan Huang. Malah makin memperparah sakit perusahaan. Berpikir kekacauan yang sedang melanda, Alicia pun berpendapat jika Paman keduanya itu pastilah sudah  sangat sibuk dan tidak memiliki waktu untuk mengurus kekacauan yang Ayahnya telah perbuat untuk keluarga Huang.

Alicia pun berjalan lunglai menahan rasa kesakitan di hati dan di tubuhnya, memilih untuk pulang. Dalam keadaan tubuh setengah kering, setengah basah dia memasuki Mansion Smith. Kepala Pelayan menyapa, berkata jika Tuan Smith tidak akan ada di Mansion Smith entah sampai kapan.

Alicia mendengarkan sebentar sembari mengangguk lalu berkata, “Aku mengerti!” ujarnya seraya pergi masuk ke kamarnya.

Alicia segera pergi mandi air hangat, berganti piyama lalu pergi beranjak tidur. Pada saat ini, Anthony sedang berada di sebuah Villa. Dia datang bersama dengan Anna Hwang. Keduanya sama-sama sedang memegang hadiah ulang tahun. Tepat ketika jam dua belas malam tiba mereka masuk ke dalam kamar, mereka berjalan dengan perlahan lalu meletakan kado itu di ranjang.

Anthony menundukan kepalanya dan membisikan sesuatu, “Selamat ulang tahun sayang!”

Anna Hwang juga ingin melakukan hal yang sama, tapi tiba-tiba saja, yang sedang  tidur di ranjang malah membalikan badannya, dan menutup kepalanya dengan bantal. Wajah wanita itu terlihat canggung.

Anthony menarik tangan Anna seraya berkata, “Sebaiknya kita jangan membangunkannya!”

Mereka pun pergi meninggalkan kamar itu, pintu kamar tertutup. Yang tertidur tadi pun membuka kedua matanya. Lalu  bangun dan duduk di ranjang sambil menatap hadiah ulang tahunnya. Lionel mengambil salah satunya, lalu mulai mengendusnya, mengenali aroma pamannya yang tertinggal di hadiah tadi, maka langsung saja dia membuang hadiah yang satunya.

Merasa sudah mendapatkan hadiah dari pamannya, maka dia tidak memerlukan hadiah yang lain. Sementara itu di Mansion Smith, Alicia tengah tertidur dengan tidak nyenyak, suhu tubuhnya terasa panas, hidung pun tersumbat. Ini membuatnya sedikit-sedikit terbangun, duduk dan menengadahkan kepalanya ke langit-langit kamarnya.

Menjelang dini hari barulah Alicia bisa tertidur. Namun baru saja mata terpejam nyenyak, suara dering dari ponselnya malah membangunkannya, “Halo,” jawabnya masih dengan suara yang sedikit sengau mengantuk.

“Kau di mana?” tanya Edna.

“Masih di kamar,” jawab Alicia sembari menarik selimutnya kembali, “Pendingin ruangan ini sangat dingin,” ujarnya dalam hati.

“Ada apa menelpon pagi-pagi begini?” lanjut tanya Alicia.

“Apa kau belum melihat berita?” tanya Edna.

“Berita apa?” tanya Alicia mulai sedikit tersadar dari tidurnya.

“Ini gawat, benar-benar gawat. Ada seorang Nyonya yang ingin bunuh diri, karena semenjak suaminya meninggal dia jadi banyak hutang!” jelas Edna.

“Apa hubungannya denganku?” tanya Alicia lagi.

“Jelas ada hubungannya, Perusahaan Huang belum mengeluarkan uang santunan untuk suaminya , dan juga  yang lebih parah lagi perusahaan Huang selama ini ternyata  tidak membayaran jaminan sosial pekerjanya!” cerita Edna.

“Ayo Cepat datang ke sana, Nyonya itu ingin melompat dari atas Gedung perusahaan Huang!” imbuh Edna lagi.

Gedung kantor yang dimiliki oleh perusahaan Huang memang hanya sampai lantai tiga saja. Tapi, tetap saja jika terjun bebas dari atas sana maka akan mengalami cidera parah, atau mungkin mati seketika.

Alicia pun menutup sambungan ponselnya, mandi sekedarnya, menyambar baju dengan asal lalu memakainya. Dia pun segera berlari turun, bertemu dengan kepala pelayan lalu dengan cepat berkata, “Aku pinjam mobilmu sebentar, mana kuncinya?” 

Kepala pelayan itu tertegun sesaat, tidak bisa berkata lalu merogoh sakunya dan memberikan kunci mobil miliknya “Terima kasih,” ujar Alicia seraya berlalu pergi untuk melajukan mobil pinjaman itu.

Sesampainya di Gedung perusahaan Hua, Alicia segera turun dari mobil. Berjalan sambal menguncir rambut panjang hitamnya tinggi-tinggi. Edna langusng saja berkata, “Dia  ada di sana!” ujarnya sembari menunjuk ke atas. 

Dari bawah, Alicia  Mendongak ke atas, melihat Nyonya yang sedang putus asa sambil menangis, pemandangan ini membuat dia  teringat akan ibunya.  Alicia segera saja masuk ke dalam gedung, menekan tombol lift, tapi petugas keamanan malah berkata, “Maaf Nona, Liftnya rusak!”

“Kita naik tangga saja!” ujar Edna sambil menarik tangan Alicia.

Alicia menoleh ke pintu tangga. “Hish … mengapa di saat seperti ini malah rusak!” gumam kesalnya.

Alicia pun memutuskan untuk naik tangga dari lantai satu ke lantai tiga. Sementera itu, di Villa Anthony sedang bersama Anna Hwang, mereka sedang mencoba membujuk Lionel agar mau pergi keluar Bersama mereka.

“Apa suka hadiah dari Paman?” tanya Anthony dengan lembut kepada keponakannya itu.

Lionel mengangguk seraya tersenyum, lalu Anna berkata, “Hadiah dariku suka tidak?”

Dengan wajah datar, Lionel menatap Anna lalu menunjuk ke arah jendela. Anthony dan Anna saling berpandangan, lalu sama-sama berjalan ke arah balkon kamar Lionel.

Alis Anna mengernyit, ketika melihat Hadiahnya sudah ada di tanah, “Apa dia membuangnya?” gumam pelannya.

Anthony langsung saja masuk ke kamar lalu duduk di sisi Lionel dan berkata “Kenapa membuang hadiahnya?”

Lionel hanya diam tidak menjawab sambil memegangi hadiah dari Anthony dengan kedua tangannya. Melihat binar mata Lionel yang menahan tangis, maka tentang hadiah yang dibuang itu pun tidak dipermasalahkan lagi.

Anthony memeluk keponakannya itu sambil berkata, “Apa mau ke pemakaman Papa dan Mama?”

Lionel tersenyum dan menganggukan kepalanya. Anthony pun tersenyum seraya mengusap puncak kepala bocah yang baru saja berusia enam tahun.

Di Perusahaan Huang, Alicia pun akhirnya sampai di lantai atas gedung perusahaanya. “Nyonya … aku mohon jangan gegabah!” ujarnya.

“Jangan melompat! Jangan lakukan itu,” ujar Alicia lagi.

Edna menarik tangan Alicia yang ingin naik ke ujung balkon tempat Nyonya itu berdiri, “Itu berbahaya!”

“Dia boleh mati hari ini, tapi tidak di gedung Huang!” ujar Alicia sembari naik ke atas balkon gedung.

“Oh ya Tuhan mengapa kau ini nekat sekali!” ujar Edna sembari menepuk tepuk  pelan keningnya sendiri.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kania Rahma
uhhhh bkn deg deg an kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status