Home / Rumah Tangga / ISTRI SEMPURNAKU / Wisata Sederhana

Share

Wisata Sederhana

Author: Intan Resa
last update Last Updated: 2023-07-20 08:29:32

"Neneeek! Kapan Nenek datang? Pita rindu banget sama Nenek," ujar putri sulungku sekaligus yang tercantik di antara dua adiknya. Ia langsung menghambur ke pelukan sang Nenek yang juga berbinar bahagia. 

"Masya Allah, cucu Nenek udah besar rupanya. Nenek baru saja datang karena rindu sama kalian. Perasaan minggu kemaren kamu belum segini deh, Ta. Kayak nambah beratnya sebutir jagung," balas Ibu melebih-lebihkan.

Aku mengulum senyum. Sebutir jagung? Mana terasa kalau nambah. Memang ada saja ya ucapan Ibu yang bisa membuat cucunya tersenyum bangga. Pita langsung bercerita kalau dia lahap makan tanpa disuruh dan juga sudah bisa jaga adeknya. 

"Sana ganti baju, Bang. Biar aku yang gendong Dimas," bisik istriku. 

Oh iya, sampai kelupaan. Ternyata enak juga pakai daster yang memiliki banyak ventilasi. Ketiak jadi adem dan kaki pun lebih bebas bergerak. 

Kuserahkan anak bungsu kami kepada mamanya. Terlihat Dimas kebingungan, mungkin susah membedakan mana mamanya yang asli. Soalnya saat bercermin tadi  di kamar, aku melihat bayanganku tak kalah jauh dengan kecantikan istriku satu-satunya. 

"Maaf, ya, Bu, Nurul lagi sibuk di dapur sampai baru tahu kalau Ibu sudah datang," ujar istriku. Dia mengulurkan tangan untuk menyalami tangan ibu mertuanya yang juga cuma satu-satunya. 

"Iya, gapapa, Nur. Kamu masak apa sih? Ibu belum makan nih. Sengaja biar makan masakan kamu," ujar Ibu. 

"Biasa, kesukaan Ibu.  Bentar lagi kita makan ya, Bu," balas istriku. 

Duh, adem banget rasanya melihat dua wanita itu tertawa bersama. Semua rasa capek menghilang begitu saja.

"Nur, kalian punya pembantu sekarang?" tanya Ibu, mencolek tangan menantunya, tapi mata mengarah padaku yang masih berdiri di tempat dengan pakaian yang belum berganti. 

Apa jangan-jangan ….? 

"Kata Bang Yaqin mau cari asisten rumah tangga sih, Bu. Tapi belum dapat orangnya," ujar Nurul, belum menoleh padaku yang cengar-cengir.

"Lalu itu siapa? Kenapa ada wanita memakai dastermu di rumah ini, Nur? Gak boleh pakaian sendiri dikasih sama wanita lain

Kalau suamimu salah orang dan memeluknya dari belakang, bisa perang dunia kalian. Atau dia itu pencuri jemuran?  Biar Ibu yang tangani orang itu," seru Ibu. Aku gemetar melihat Ibu menyingkap lengan bajunya.

Rasanya pengen beli obat penumbuh kumis dan jenggot biar bisa langsung dikenali. 

"Stop, Bu!" seruku, mengarahkan telapak tangan ke wajah Ibu. Kubuka kerudung dan memperlihatkan wajahku. 

"Yaqin?" ujar Ibu dengan mata membeliak.

"Iya, Bu. Masa gak mengenali anak sendiri? Apa aku anak yang keluar dari batu?" rajukku.

Ibu terpingkal-pingkal sambil memukul-mukul bahuku. 

"Kalau sekarang, ibu baru yakin kalau kamu memang Yaqin anak Ibu," kekehnya.

Kubantu Ibu kembali duduk di sofa karena kalau ketawa bisa sampai terduduk di lantai. Berlebihan memang, apalagi dalam rangka menertawakan anak sendiri. 

"Ibu pake diapers, gak? Jangan sampai sofa bau pesing ya, Bu," bisikku.

"Bwuahahaha, cepat angkat Ibu ke kamar mandi," seru Ibu. 

"Ibu bisa aja," balasku cuek.

"Cepat, Yaqin!  Engsel-engsel Ibu udah kendor nih. Gak bisa ditahan lama-lama," teriaknya. 

Astaga. Engsel-engsel apaan nih? Gini nih kelakuan Ibuku. Digodain malah langsung mau buang air kecil. 

Terpaksa kuangkat tubuh Ibu yang juga tetap ramping menuju kamar mandi. Huh,  Ibu memang kebiasaan kalau ketawa gak bisa nahan diri. 

Daripada Ibu nanti menertawaiku lagi, aku bergegas membuka baju 'dinas' istriku. Bahaya kalau sampai bolak-balik ngangkat nenek-nenek ke kamar mandi. 

Setelah berpakaian normal, aku duduk di dekat istriku. Ibu sepertinya mau bicara serius. 

"Memang begitu seharusnya berumah tangga, Qin. Kamu harus tetap perhatikan apa yang dibutuhkan istrimu. Sudah lama Ibu pengen bilang agar kalian punya pembantu saja, tapi istrimu menolak. Katanya pengen berburu pahala sebanyak-banyaknya," ujar Ibu dengan wajahnya yang menenangkan. 

Aku memandang istriku yang menunduk. Nurul memang wanita solehaku. Setiap kerjaan diniatkannya sebagai ibadah. Kugenggam erat tangannya, seolah mentrasnfer kekuatan dan memberitahukan kalau diri ini akan siap berkolaborasi dengannya. 

"Semua pekerjaan rumah tangga yang kamu kerjakan bernilai pahala. Itu memang benar sih, Nur, tapi kamu juga harus perhatikan diri sendiri. Kalau kamu sakit, rumah tangga kalian bisa oleng, karena Yaqin tidak akan bisa mengerjkan semuanya. Anak kalian ada tiga loh. Ngejaga Yaqin saja dulu, Ibu kewalahan. Dia itu persis cacing kepanasan. Gak bisa diam mulutnya, badannya juga. Bahkan saat tidur pun harus dijaga agar tidak terlempar dari tempat tidur. Lebih kurangnya kayak Wandi, cucu Ibu," ujar wanita yang sangat kuhormati itu. 

Astaga, apa benar sikap Wandi sekarang adalah turunan sifatku di masa kecil? Semoga saja setelah dewasa, dia jadi pria yang tidak bisa diam untuk mencari nafkah.

Hampir setengah jam kami berdua dinasehati Ibu. Kalau Pita dan Wandi gak merengek minta pergi sekarang, mungkin dua jam ke depan akan Ibu habiskan untuk memberi wejangan. 

Ternyata, Nurul yang menelpon mertuanya ini untuk ikut, agar Ibu juga merasakan bahagianya berkumpul dengan keluarga dalam rangka jalan-jalan. 

Kalau Bapak, memang beliau tidak suka meninggalkan rumah lama-lama  karena sibuk dengan hobinya pelihara burung. 

Tujuan kami hari ini bukan pusat perbelanjaan. Istriku mau mengajak anak-anak mengunjungi kebun binatang. Ibu, meskipun sudah paruh baya, tetap saja suka dengan hal beginian. Beliau tidak protes saat diajak melihat berbagai macam hewan yang bisa menambah wawasan anak-anak. 

Pita dan Wandi terus saja menunjuk hewan-hewan yang ada di sana dengan gembira. Wandi terus bertanya dan kami bergantian menjawabnya. 

Wisata sederhana tanpa banyak modal begini saja telah membuat kami sekeluarga bahagia. Aku memang harus lebih sering meluangkan waktu untuk menyenangkan hati mereka agar rezeki pun ikutan lancar. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI SEMPURNAKU   Selesai

    Yaqin menautkan jemarinya yang dingin saat berkali-kali menghapal ijab qobul sebelum pengantin wanitanya datang."Kayak baru pertama kali mau ijab qobul aja, Mas. Keringatan gitu. Santai saja dong," ledek Pandi, calon suami sang pemilik panti. Ia menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Yaqin yang ia dengar kabar pernah beristri dua. "Ini jauh lebih mendebarkan, Pan. Sebentar lagi kamu juga akan merasakan hal yang sama saat mau menikahi Isma," balas Yaqin. Pandi tersenyum dan melirik calon istrinya sekilas. Mereka ikut bahagia melihat kisah cinta yang tak biasa itu. Tak berapa lama, rombongan pengantin sudah datang. Sengaja tak menggelar acaranya di hotel agar anak-anak panti ikut menyaksikan acara bahagia itu. Pandi yang merupakan pengusaha sekaligus youtuber terkenal sudah menyiapkan tim untuk mengabadikan kisah mengharukan ini. Mengabarkan pada dunia bahwa pasangan ini layak disebut sebagai pecinta sejati. Kesalahpahaman yang sempat memisahkan, tapi kalau sudah ditakdirkan be

  • ISTRI SEMPURNAKU   Lamaran

    "Tidak usah dengarkan dia, Nurul. Jangan sampai hatimu merasa terpaksa mengiyakan keinginan anak ini. Dia pergi dan meninggalkan luka untuk kita semua. Sekarang Bapak adalah orang tuamu, jadi turuti perkataan Bapak," tegas pria yang memiliki andil menghadirkan aku ke dunia ini. Matanya berkaca-kaca, tapi tetap menampilkan ketegasan di hadapan semua orang. Bapak, orang yang sangat membelamu sejak dulu. Sekarang beliau begitu marah kepadaku. "Kamu memang gak punya malu, ya, Qin. Baru pertama berjumpa setelah sekian tahun, kamu berani mengajaknya dalam kesusahan. Bikin malu saja. Orang mengajak bahagia saja, masih ada susahnya juga. Apalagi niatnya mau menyusahkan Nurul."Ibu pun ikutan bicara. Nurul masih saja bungkam. Jika memang dia menolakku, aku sudah siap. Aku hanya mengekspresikan rasa yang ada dalam hati ini. Aku butuh dia. Dia, wanita sempurna di hatiku dan selamanya akan begitu."Aku ingin tanya satu hal, boleh?" tanya Nurul. Aku mengangguk pasti. Mendengar suaranya saja s

  • ISTRI SEMPURNAKU   Bolehkah Aku Menyusahkanmu

    "Iya, kami udah sampai, Nad, tapi belum ketemu sama orangnya," jelasku pada Nadia melaui sambungan telepon. "Hati-hati, ya, Mas. Aku merindukanmu. Kamu harus pulang ke rumah sebelum maghrib. Aku mau buatkan makanan spesial untukmu," balas wanita yang akrab disapa Bunda oleh anak-anakku. "Iya, Mas juga merindukanmu," bisikku, lalu menutup telpon. Takut kalau Nurul cemburu dan justru itu bisa memperngaruhi kesehatannya. Aku mau memutar badan saat ponselku bersering lagi, ada panggilan masuk dari bosku. Aku begitu antusias saat mendengar kabar gembira dari bos. "Baik, Pak. Makasih telah mempercayakan saya untuk proyek besar ini. Bapak memang orang baik, sangat peduli dengan karyawan biasa seperti saya. Saya akan segera ke sana," ujarku, mengakhiri perbincangan melalui ponsel dengan atasan. Berita ini sangat bagus karena aku memang butuh biaya banyak. Aku punya dua istri dan tiga anak yang merupakan tanggung jawabku. Aku tidak mau kalau Nadia terlalu banyak mengeluarkan uang untuk ke

  • ISTRI SEMPURNAKU   Tangisan Rindu

    "Ibu, Bapak, Puspita, Wandi, Dimas!" panggil Nurul membuat jantungku hampir copot. Belum usai keterkejutanku bertemu dengannya, yang lainnya juga ternyata ada di sini. Entah apa yang membawa mereka ke panti asuhan ini. Tergopoh-gopoh Ibu dan Bapak menyongsong wanita yang tetap cantik itu, sementara aku panik. Entah mau bersembunyi di mana.Detak jantungku berpacu lebih cepat, was-was seperti buronan yang tertangkap polisi. Peluh membasahi pelipis dan bajuku pun dibanjiri keringat. Aku ingin menghilang dari sini, tapi tak punya daya. Aku bukan Yaqin yang dulu. Aku tidak berdaya, hanya insan lemah yang akan menyusahkan orang-orang yang kusayang. "Ada apa, Nur? Kamu bikin kaget Bapak sama Ibu saja. Kamu baik-baik saja, kan, Nak?" tanya Ibu dengan raut cemas. Beliau masih cantik meskipun sudah menua. Perhatian beliau masih sama seperti dulu saat aku memperkenalkan Nurul sebagai calon menantu.Aku melirik dengan ekor mata dan terasa berkaca-kaca saat wanita yang melahirkanku begitu khaw

  • ISTRI SEMPURNAKU   Bertemu Lagi

    Aku menyajikan minuman dan kue untuk Ibu dan Bapak yang sedang mengobrol dengan bersuka cita bersama dokter Endru dan Bu Tyas.Sejak aku resmi bercerai, Ibu dan Bapak sangat bersemangat. Mereka semakin senang saat dokter Endru mengabarkan akan datang beberapa hari lagi. Aku gelisah hingga sekarang orang yang ditunggu mantan mertuaku telah ada di depan mata.Dokter Endru sesekali melirik padaku dan mengajak bicara Dimas. Sejak pria berkemeja garis-garis itu datang, ia begitu bahagia. Mungkin karena merindukan sosok seorang ayah yang perhatian, Puspita, Dimas dan Wandi antusias saat dibawakan bermacam mainan. Aku merasa seperti disogok melalui anak-anak. Aku berhutang budi pada mereka, tapi apakah aku harus berkorban perasaan? Pernikahan tidak sekadar hubungan sebulan dua bulan, melainkan seumur hidup. Tapi jika aku menolak, banyak hati yang kecewa. Aku bimbang. "Duduk di sini, Nak. Sejak tadi kamu pura-pura sibuk saja," ujar Ibu sambil mengulum senyum. Aku tersenyum hambar dan dudu

  • ISTRI SEMPURNAKU   Surat Cerai

    "Kalian tidak malu menangis di sini? Orang-orang yang lewat bisa heran melihat kelakuan kalian. Pita saja tahu kalau mau menangis itu bukan di ruang terbuka. Ayo kita nangis di dalam saja," ujar Bapak, menyusut sudut mata dengan telunjuk. Sindiran halus yang mengena ke hati. Aku melonggarkan pelukan di bahu Ibu mertuaku dan mengusap mata dengan kasar. Kenapa kami malah terlena dalam kesedihan? Putriku lagi butuh penjelasan. Aku bersegera masuk dan mengetuk pintu kamar putriku. Kulihat gadis kecil sainganku itu sedang telungkup di atas ranjangnya. "Sayang, kamu kenapa menangis sih?" tanyaku sambil mengusap-usap rambutnya yang lurus sebahu. Gadis berwajah manis itu duduk dan menghadapku. Dengan jempol kanannya, ia mengusap pipiku. "Ibu sama Nenek menangis gara-gara Pita, ya, Ma. Maafkan Pita telah nakal," ujarnya sambil mencium tanganku. Ah, putri solehaku. "Ibu yang harusnya minta maaf karena tidak bisa bahagiain Pita," balasku. "Enggak, Bu. Pita janji tidak akan marah-marah l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status