Beranda / Rumah Tangga / ISTRI SEMPURNAKU / Membantu Menenangkan Anak

Share

Membantu Menenangkan Anak

Penulis: Intan Resa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-20 08:28:47

"Makasih, ya, Dek, kamu sudah maafkan Abang. Lain kali Abang tidak akan terlalu laju, " ujarku, masih merasa bersalah. Nurul tertawa sekilas, menggenggam jemariku dengan erat. 

"Aku beruntung punya suami kayak Abang. Pengertian banget. Jarang ada suami sebaik Abang di dunia ini. Stoknya terbatas. Jaga hati Abang, ya, jangan sampai diincar pelakor," balasnya. 

Aku tertawa. Ucapan istriku berlebihan. Aku bukanlah pria tampan dan punya banyak uang berlebih. Aku cuma karyawan di perusahan orang lain dengan gaji yang cuma cukup membiayai keluarga dan sedikit menyimpan untuk tabungan masa depan. Aku tak punya modal untuk berfoya-foya dengan para pelakor yang biasanya mengincar harta korbannya, lalu mencampakkan setelah ia tak mendapatkan apa yang ia inginkan.

Semoga hidup kami jauh dari hal-hal seperti itu. Cinta segitiga yang akan menyakiti salah satu pihak. Ya Allah, tetapkan hatiku agar selalu berada di dalam jalanMu. 

"Dek, pernah gak Adek marahi anak-anak?" tanyaku penasaran karena melihatnya begitu penyabar melihat tingkah anak-anak. 

"Pernah lah, Bang. Tapi jangan sampai melukai perasaan mereka. Marahnya dengan tujuan mendidik. Lagian mereka masih dalam tahap tumbuh kembang, tidak bisa sekali dua kali dibilangin. Kalaupun mereka diam saja, aku yang malah repot."

"Harusnya senang, dong, kok malah repot?" tanyaku. 

"Kalau balita aktif tiba-tiba diam saja, berarti kurang sehat, Bang. Nurul pengen anak-anak sehat-sehat terus," balasnya, memandangi satu-persatu buah hati. Aku memang tidak salah pilih menjadikannya istriku.

Dia memang istri sempurna di mataku. Dalam setiap kemarahan yang biasa terjadi pada wanita, dia tak pernah melampiaskan kekesalannya pada anak-anak. Dia tak pernah lepas kendali. Tutur katanya tak pernah menyakiti meskipun aku salah. Ngomel ya gitu, nyerocos aja. Tidak ada umpatan kasar ataupun menyebutkan nama-nama hewan. Aku jadi jatuh cinta setiap hari padanya yang menawan hati. 

Bagiku dia wanita kuat. Sesekali Nurul menangis di bahuku, lalu mengatakan kalau anak-anak sedikit rewel. Karena cuma menggunakan kata sedikit, suami tak pengertian ini pun sering abai. Ah, aku memang tidak peka. 

"Dek, memang Abang yang nyari uang, tapi menteri keuangan itu adalah seorang istri. Maafkan Abang  sekali lagi karena  membelanjakan dana tidak sesuai dengan APBNN," ujarku lagi dengan nada manja. 

"APBNN apaan sih, Bang? Kayak negara saja," ujarnya dengan nada manja pula. 

"Anggaran pendapatan dan belanja Nyonya Nurul," balasku, menjawil pipinya. Wanitaku semakin bersemu malu. 

Tidak ada salahnya tetap manja-manjaan meskipun sudah punya anak tiga. Mumpung pasukan lagi anteng nonton kartun bertiga, kesempatan jadinya godain mama mereka. Jarang-jarang punya waktu begini karena ada saja halangannya yang harus dihadapi dengan kepala dingin. 

"Paket!" seru kurir dari luar. 

"Paket apa ya. Gak mungkin pesanannya sudah datang," gumam istriku. 

"Lihat sana, Dek. Mana tahu cuma salah alamat," ujarku, tersenyum tipis. 

Nurul bangkit dan bergegas ke luar, menemui kurir yang kuyakini membawa baju untuk istriku.

Aku selonjoran sambil mencuri pandang mimik wajah istriku yang sedang berjalan mendekat. Dia senyam-senyum sambil melihat benda di tangannya. 

"Ini pasti ulah Abang kan? Apaan ini, Bang?" cecarnya. Hmm, padahal senang, tetap aja protes. Kebiasaan emak-emak yang harus dipahami. 

"Buka dong, Dek," balasku dengan senyum lebar. Menepuk lantai agar istriku kembali duduk di dekatku. Dengan gerakan cepat, Nurul membuka kotak berbentuk kado itu. 

"Buat istri sempurnaku," baca istriku. Hah? Aku melirik kartu ucapan yang tersemat dalam kotak. 

Istriku langsung berbinar bahagiada melirik ku dengan senyuman terkulum. Bisa juga Sobari dan istrinya bikin kejutan buat istriku. Nurul membuka baju-baju itu dan tersenyum terus sambil seskali menyenggolku. Aku juga ikut senang karena wrnanya sangat enak dipandang mata. 

"Ini kan baju-baju yang lagi musim, Bang. Sudah lama aku pengen ini. Kok bisa saja Abang tahu seleraku, ya?" lirihnya.

"Kamu kan istriku, Dek. Abang tahu dong apa yang Adek inginkan. Gak marah lagi, kan soal yang tadi?" balasku.

Nurul mengernyit. 

"Marah kenapa, Bang?"

Begitu dapat hadiah yang pas,  istri langsung lupa kesalahanku yang memesan semua isi troli aplikasi belanja online-nya. 

Jadi catatan penting nih, kalau mau istri kembali ceria, senangkan hatinya dengan barang atau makanan yang ia sukai. 

"Makasih banyak loh, Bang. Nurul suka semua bajunya. Apa boleh Nurul coba?" tanyanya. 

Aku mengangguk pasti. Jika dia bahagia, aku lebih senang memandangnya. 

Emak-emak anak tiga itu langsung masuk kamar untuk berganti baju. Tak lama kemudian aku mengekor dan memberikan pujian dengan keserasian pakaian itu di badannya yang ramping. 

Aku dan Nurul pun saling melempar senyum bagaikan pengantin baru dimabuk asmara. 

=====

Malam ini, setelah kami semua makan, kusuruh Nurul dan bayi kami tidur duluan. Biarlah aku begadang menunggui dua bocah yang masih sibuk bermain. 

Mungkin karena perasaannya yang bahagia seharian ini, mama dari anak-anakku itu tidur dengan pulas. Senyumnya juga masih terlihat mebingkai wajahnya yang teduh. 

'Oh duhai bidadari surgaku, ikhlaskanlah semua tenaga dan pikiran yang engkau korbankan untuk keluarga kecil kita.'

Kukecup keningnya dengan penuh cinta, lalu bergegas menemani Wandi dan Pita di ruang tamu.  Dua bocah itu masih sibuk saja bermain lego.

Keesokan harinya, sesuai janji kemarin, aku akan membawa istri dan anak-anakku tamasya sederhana. Terserah Nurul mau dibawa kemana, aku akan mengantar dengan senang hati. Shopping tidak perlu lagi karena sudah dibelanjakan melalui aplikasi.

Tapi sebelum berangkat, tetap saja pagi kami begitu sibuk.  Aku yang berniat membantu memasak juga malah bikin lama dan dapur semakin kacau.

"Abang gendong Dimas saja ya biar aku yang ngerjain semuanya," usul istriku. 

Aku mengiyakan, karena tangan istriku begitu cekatan. Seperti memiliki tangan lebih dari dua. Dia bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. 

Luar biasa. 

"Dimas gak mau samaku, Dek. Gimana nih?" tanyaku panik. Anak bungsu kami terus saja menangis saat kugendong kali ini. 

"Pakai dasterku yang tersangkut di belakang pintu, Bang. Bentar lagi siap nih," serunya dari kamar mandi. Masak sambil memandikan bocah. 

Luar Biasa. 

Gegas kupakai daster milik emaknya anak-anak  yang sudah memiliki banyak ventilasi. Sekalian saja kupakai jilbab sorong berwarna merah. Yang penting dedek Dimas gak nangis lagi. 

Ajaib, bocah ganteng itu langsung diam. 

Aku menggendong Dimas di ruang tamu sambil menonton bola si Wandi yang tergeletak di lantai. 

"Assalamualaikum," ujar seseorang dari balik pintu dan langsung masuk. 

Mata kami bertemu dan saling pelototan. 

"Yaqin? Kamu Yaqin anak Ibu atau Nurul menantu Ibu sih?" cerocos  Ibu dan berusaha menyingkap dasterku.

"Jangan dong, Bu. Malu. Ini Yaqin kok," ujarku sambil merapatkan paha. 

"Ibu tidak yakin kalau kamu Yaqin yang ibu yakini anak tertampan Ibu. Kok malah cantik sekarang?" cecar perempuan paruh baya itu. 

Aku terpingkal-pingkal. Apa iya seorang ibu tak mengenali anak lelakinya hanya karena pakai daster dan kerudung. Ibu memang berlebihan. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ISTRI SEMPURNAKU   Selesai

    Yaqin menautkan jemarinya yang dingin saat berkali-kali menghapal ijab qobul sebelum pengantin wanitanya datang."Kayak baru pertama kali mau ijab qobul aja, Mas. Keringatan gitu. Santai saja dong," ledek Pandi, calon suami sang pemilik panti. Ia menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Yaqin yang ia dengar kabar pernah beristri dua. "Ini jauh lebih mendebarkan, Pan. Sebentar lagi kamu juga akan merasakan hal yang sama saat mau menikahi Isma," balas Yaqin. Pandi tersenyum dan melirik calon istrinya sekilas. Mereka ikut bahagia melihat kisah cinta yang tak biasa itu. Tak berapa lama, rombongan pengantin sudah datang. Sengaja tak menggelar acaranya di hotel agar anak-anak panti ikut menyaksikan acara bahagia itu. Pandi yang merupakan pengusaha sekaligus youtuber terkenal sudah menyiapkan tim untuk mengabadikan kisah mengharukan ini. Mengabarkan pada dunia bahwa pasangan ini layak disebut sebagai pecinta sejati. Kesalahpahaman yang sempat memisahkan, tapi kalau sudah ditakdirkan be

  • ISTRI SEMPURNAKU   Lamaran

    "Tidak usah dengarkan dia, Nurul. Jangan sampai hatimu merasa terpaksa mengiyakan keinginan anak ini. Dia pergi dan meninggalkan luka untuk kita semua. Sekarang Bapak adalah orang tuamu, jadi turuti perkataan Bapak," tegas pria yang memiliki andil menghadirkan aku ke dunia ini. Matanya berkaca-kaca, tapi tetap menampilkan ketegasan di hadapan semua orang. Bapak, orang yang sangat membelamu sejak dulu. Sekarang beliau begitu marah kepadaku. "Kamu memang gak punya malu, ya, Qin. Baru pertama berjumpa setelah sekian tahun, kamu berani mengajaknya dalam kesusahan. Bikin malu saja. Orang mengajak bahagia saja, masih ada susahnya juga. Apalagi niatnya mau menyusahkan Nurul."Ibu pun ikutan bicara. Nurul masih saja bungkam. Jika memang dia menolakku, aku sudah siap. Aku hanya mengekspresikan rasa yang ada dalam hati ini. Aku butuh dia. Dia, wanita sempurna di hatiku dan selamanya akan begitu."Aku ingin tanya satu hal, boleh?" tanya Nurul. Aku mengangguk pasti. Mendengar suaranya saja s

  • ISTRI SEMPURNAKU   Bolehkah Aku Menyusahkanmu

    "Iya, kami udah sampai, Nad, tapi belum ketemu sama orangnya," jelasku pada Nadia melaui sambungan telepon. "Hati-hati, ya, Mas. Aku merindukanmu. Kamu harus pulang ke rumah sebelum maghrib. Aku mau buatkan makanan spesial untukmu," balas wanita yang akrab disapa Bunda oleh anak-anakku. "Iya, Mas juga merindukanmu," bisikku, lalu menutup telpon. Takut kalau Nurul cemburu dan justru itu bisa memperngaruhi kesehatannya. Aku mau memutar badan saat ponselku bersering lagi, ada panggilan masuk dari bosku. Aku begitu antusias saat mendengar kabar gembira dari bos. "Baik, Pak. Makasih telah mempercayakan saya untuk proyek besar ini. Bapak memang orang baik, sangat peduli dengan karyawan biasa seperti saya. Saya akan segera ke sana," ujarku, mengakhiri perbincangan melalui ponsel dengan atasan. Berita ini sangat bagus karena aku memang butuh biaya banyak. Aku punya dua istri dan tiga anak yang merupakan tanggung jawabku. Aku tidak mau kalau Nadia terlalu banyak mengeluarkan uang untuk ke

  • ISTRI SEMPURNAKU   Tangisan Rindu

    "Ibu, Bapak, Puspita, Wandi, Dimas!" panggil Nurul membuat jantungku hampir copot. Belum usai keterkejutanku bertemu dengannya, yang lainnya juga ternyata ada di sini. Entah apa yang membawa mereka ke panti asuhan ini. Tergopoh-gopoh Ibu dan Bapak menyongsong wanita yang tetap cantik itu, sementara aku panik. Entah mau bersembunyi di mana.Detak jantungku berpacu lebih cepat, was-was seperti buronan yang tertangkap polisi. Peluh membasahi pelipis dan bajuku pun dibanjiri keringat. Aku ingin menghilang dari sini, tapi tak punya daya. Aku bukan Yaqin yang dulu. Aku tidak berdaya, hanya insan lemah yang akan menyusahkan orang-orang yang kusayang. "Ada apa, Nur? Kamu bikin kaget Bapak sama Ibu saja. Kamu baik-baik saja, kan, Nak?" tanya Ibu dengan raut cemas. Beliau masih cantik meskipun sudah menua. Perhatian beliau masih sama seperti dulu saat aku memperkenalkan Nurul sebagai calon menantu.Aku melirik dengan ekor mata dan terasa berkaca-kaca saat wanita yang melahirkanku begitu khaw

  • ISTRI SEMPURNAKU   Bertemu Lagi

    Aku menyajikan minuman dan kue untuk Ibu dan Bapak yang sedang mengobrol dengan bersuka cita bersama dokter Endru dan Bu Tyas.Sejak aku resmi bercerai, Ibu dan Bapak sangat bersemangat. Mereka semakin senang saat dokter Endru mengabarkan akan datang beberapa hari lagi. Aku gelisah hingga sekarang orang yang ditunggu mantan mertuaku telah ada di depan mata.Dokter Endru sesekali melirik padaku dan mengajak bicara Dimas. Sejak pria berkemeja garis-garis itu datang, ia begitu bahagia. Mungkin karena merindukan sosok seorang ayah yang perhatian, Puspita, Dimas dan Wandi antusias saat dibawakan bermacam mainan. Aku merasa seperti disogok melalui anak-anak. Aku berhutang budi pada mereka, tapi apakah aku harus berkorban perasaan? Pernikahan tidak sekadar hubungan sebulan dua bulan, melainkan seumur hidup. Tapi jika aku menolak, banyak hati yang kecewa. Aku bimbang. "Duduk di sini, Nak. Sejak tadi kamu pura-pura sibuk saja," ujar Ibu sambil mengulum senyum. Aku tersenyum hambar dan dudu

  • ISTRI SEMPURNAKU   Surat Cerai

    "Kalian tidak malu menangis di sini? Orang-orang yang lewat bisa heran melihat kelakuan kalian. Pita saja tahu kalau mau menangis itu bukan di ruang terbuka. Ayo kita nangis di dalam saja," ujar Bapak, menyusut sudut mata dengan telunjuk. Sindiran halus yang mengena ke hati. Aku melonggarkan pelukan di bahu Ibu mertuaku dan mengusap mata dengan kasar. Kenapa kami malah terlena dalam kesedihan? Putriku lagi butuh penjelasan. Aku bersegera masuk dan mengetuk pintu kamar putriku. Kulihat gadis kecil sainganku itu sedang telungkup di atas ranjangnya. "Sayang, kamu kenapa menangis sih?" tanyaku sambil mengusap-usap rambutnya yang lurus sebahu. Gadis berwajah manis itu duduk dan menghadapku. Dengan jempol kanannya, ia mengusap pipiku. "Ibu sama Nenek menangis gara-gara Pita, ya, Ma. Maafkan Pita telah nakal," ujarnya sambil mencium tanganku. Ah, putri solehaku. "Ibu yang harusnya minta maaf karena tidak bisa bahagiain Pita," balasku. "Enggak, Bu. Pita janji tidak akan marah-marah l

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status